Kaskus

Entertainment

wahyuadjin17066Avatar border
TS
wahyuadjin17066
Subkultur Di Jepang Yang Pernah Hidup
Konten Sensitif
Subkultur Di Jepang Yang Pernah Hidup

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Subkultur Yang Pernah Hidup di Jepang - Kebudayaan yang hidup di suatu masyarakat atau kaum merupakan sebuah simbol bagaimana masyarakat tersebut menjalani hidup setiap harinya. Setiap kebudayaan yang dimiliki suatu suku atau masyarakat akan memiliki perbedaan dengan kebudayaan yang lain. Kebudayaan bisa saja berubah mengikuti perkembangan zaman atau kondisi yang sedang dialami masyarakat bahkan bisa saja menimbulkan suatu kebudayaan baru di luar ekspetasi.

Dalam penjelasnya subculture merupakan  sebuah perilaku dari sekelompok orang atau beberapa orang yang memiliki perbuatan serta kepercayaan yang berbeda dengan kultur asli kebudayaan mereka. Perkembangan sebuah subculture bahkan bisa mengubah banyak orang bukan cuma beberapa orang bahkan bisa menjadi tren masal, kita ambil saja contohnya di Indonesia seperti citayem fasion week atau Jamet. Jaman dahulu di Indonesia banyak orang yang bergaya seperti Jamet yaitu dengan berpenampilan nyentrik dengan rambut dipanjangkan.

Baiklah sob kita kali ini akan membahas mengenai Subkultur Yang Pernah Hidup di Jepang jadi ikuti pembahasanya ya gan.

GYARU

Subkultur Di Jepang Yang Pernah Hidup
Gyaru merupakan subkultur kebudayaan dari jepang yang menyerang para kaum wanita. Perkembangan subkultur ini dimulai pada tahun 1980 an penyebab utama munculnya subkultur ini diakibarkan oleh semakin tingginya gaya materialistik perempuan di perkotaan jepang. Jadi munculnya mereka berawal dari orang-orang kota yang notabenya mereka memiliki harta yang berkecukupan bahkan kaya. Berbeda dengan jamet yang ada di Indonesia, jika disini mereka berasal dari kaum-kaum yang kurang beruntung dalam perekonomianya.

Gyaru diambil dari kata serapan bahasa inggris bernama girl yang memiliki arti perempuan. Budaya ini menyerang perempuan yang masih berada di masa anak-anak sampai remaja pada rentang umur 10 - 20 tahun. Gaya berpakaian mereka cukup menarik mata atau nyentrik dengan rambut kebanyakan diwarnai dengan warna coklat keemasan namun ada juga yang diwarnai dengan warna cerah lainya.

Alasan Wanita Jepang Menjadi Gyaru

Para wanita jepang memilki alasanya sendiri untuk menjadi gyaru, hal tersebut dilakukan karena mereka ingin mencoba mengekspresikan fashion dirinya sendiri, bukan cuma itu saja terdapat faktor lainya yaitu seperti ingin melawan atau menentang standart kecantikan tradisional di jepang. Kita tahu bahwa kebanyakan perempuan jepang memiliki kulit putih dan cara menggunakan fashionya yang itu-itu saja. Jika tidak berpakaian seperti itu perempuan bisa jadi dianggap tidak cantik atau menarik.

Standart kecantikan itulah yang dilawan oleh kaum gyaru dengan merubah total kulit yang semula putih dijadikan menjadi warna hitam, yang semula rambut mereka hitam diubah menjadi warna warni. Dengan perjalanan waktu, semakin lama Gyaru bertumbuh pesat dan akhirnya Gyaru dibagi lagi menjadi beberapa kategori, hal ini dibuat agar mempermudah seseorang dari kaum yang ekonominya kurang baik bisa bergabung.


DECORA

Subkultur Di Jepang Yang Pernah Hidup
Decora merupakan subkultur di jepang yang berperan dalam bidang fashion sama seperti dengan Gyaru, namun disini kita nanti akan menemukan perbedaanya. Kata Decora berasal dari serapan kata Decoration yanga artinya menghias. Subkultur ini berkembang di jalanan Harajaku, mereka dapat dengan mudah dikenali, cukup dengan melihat pakaian mereka saja. Pakaian Decora memiliki corak warna warni dan memiliki banyak aksesoris.

Awal mula subkultur ini dimulai pada sekitar tahun 1990 an dan sampai sekarang masih hidup di Jepang. Harajuku disinyalir menjadi awal mula perkembangan subkultur Decora, semakin zaman berkembang subkultur ini tidak pernah mati karena perkembanganya menyebar di pusat Harajuku yang sekarang seperti menjadi kotanya fashion jepang.

BOSOZOKU

Subkultur Di Jepang Yang Pernah Hidup

Bosozoku mulai hidup setelah perang dunia ke 2, pada saat itu banyak dari tentara jepang yang melakukan tindakan bernama "Kamikaze" yaitu menabrakan dirinya sebagai peluru terakhir ke arah musuh, jadi saat perang dunia ke 2 berlangsung jika terdapat pilot dari tentara jepang kehabisan pelurunya maka dia akan menjadi peluru terakhir yang ditembakkan bersama dirinya sendiri. Namun terdapat juga tentara jepang yang tidak melakukan kamikaze dengan alasan apapun atau takut maka dirinya sendiri akan menganggap gagal telah menjadi manusia.

Dari tentara yang gagal inilah Subkultur Bosozoku lahir, karena mereka sudah tertanam mindset bahwa gagal menjadi manusia karena tidak melakukan kamikaze, para tentara ini sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat, seperti sulit untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Akhirnya mereka berpindah haluan dari seorang tentara menjadi pengendara. Generasi pertama dari Bosozoku dikenal sebagai Kaminari Zoku, mereka mengendarai sepeda motor pada malam hari dengan suara knalpot bising. Perilaku ini mulai muncul dampaknya pada masyarakat apalagi untuk kaum remaja, banyak dari remaja dengan masalah kehidupanya seperti broken home, masalah sekolah mulai mengikuti trend ini.

Kemunculan Bosozoku Modern

Setelah berkembang di masyarakat, bosozoku mulai semakin berubah yang semula dilakukan oleh tentara sekarang dilakukan oleh anak-anak muda umur 16 sampai 20 tahun. Untuk stylenya, pada bagian rambut menggunakan gaya pampadour,  pakaian dengan simbol-simbol nasionalis dibelakangnya, biasanya mereka menggunakan jaket, baju kontruksi bangunan atau pakaian lain. Penambahan aksesoris seperti masker, kacamata hitam dan juga Hachimaki (ikat kepala khas jepang) tidak luput digunakan, bertujuan agar polisi tidak bisa mengenali wajah mereka.

Semakin lama Bosozoku mulai meresahkan warga, dikarenakan mereka sudah membentuk banyak geng-geng berbahaya yang selalu memperebutkan wilayah masing-masing, setiap geng bosozoku akan dipersenjati dengan senjata seperti stik bisboll atau pipa bahkan ada juga yang membawa pisau.



Itulah sob pembahasan kita kali ini mengenai subkultur di negara jepang. Sebenarnya subkultur di Jepang kebanyakan mengarah ke fasion namun terdapat juga yang lainya. Pengaruh sebuah subkultur bisanya berdampak besar tapi banyak dari masyarakat kurang menyenangi meskipun begitu jika mereka tidak menimbulkan kerusuhan seabiknya kita sebagai masyarakat bisa menerima perilaku "nyleneh" mereka.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
naekiAvatar border
aryowbsAvatar border
riodgarpAvatar border
riodgarp dan 3 lainnya memberi reputasi
2
1.4K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan