Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

inal74Avatar border
TS
inal74
Nawaswara Soebandrio Perihal G30S PKI

Luruskan sejarah yang telah mereka bengkokkan...........Pecahkan kebungkaman!!,
(Dr. H. Soebandrio, 1914-2004)


Semasa hidupnya, Dr. H. Soebandrio adalah seorang diplomat, politisi sekaligus negarawan di masa Orde Lama. Beliau berpendidikan terakhir sarjana kedokteran ahli bedah lulusan Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta tahun 1938. Setelah lulus menjadi dokter, beliau terjun ke dunia politik praktis (pernah aktif di PSI dan PNI, tapi tidak pernah menjadi anggota PKI) hingga akhirnya menjadi salah seorang yang sangat dekat dengan Presiden Orde Lama Soekarno mulai dari masa Demokrasi Parlementer (1950-1959) hingga masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966).

Ketika Presiden Orde Lama Soekarno menunjuk Soebandrio sebagai Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Djuanda pada tahun 1957-1959, Soebandrio membuat sebuah gagasan fenomenal, yaitu: merumuskan poros anti kapitalis "Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Beijing-Pyongyang" sebagai kebijakan politik luar negeri Indonesia kala itu. Poros ini tentu saja tidak disukai oleh Amerika Serikat. Lalu pada Kabinet Dwikora I dan Dwikora II (1962-1966), Soebandrio didapuk sebagai Wakil Perdana Menteri I (Waperdam I).
Waperdam 1/Menlu Indonesia Soebandrio sangat dekat dengan Soekarno

Setelah peristiwa G30S PKI 1965, karir politik Soebandrio berakhir menjadi tahanan politik Orde Baru selama 29 tahun (1966-1995) dengan hukuman mati (namun kemudian berubah menjadi dipenjara seumur hidup), karena divonis bertindak subversif dan menjadi saudara seperjuangan PKI oleh pengadilan Mahkamah Militer Luar Biasa rezim Orde Baru. Soebandrio meninggal dunia pada tahun 2004 di usia 90 tahun, dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Jeruk Purut, Cipete, Jakarta Selatan. Meskipun kini Soebandrio telah tiada, namun beberapa pendapat beliau tentang sekelumit fakta yang berhubungan dengan G30S PKI sangatlah menarik untuk disimak. Setidaknya, terdapat 9 (nawa) suara hati Soebandrio yang layak untuk direnungkan seperti di bawah ini.

1) Sebelum G30S PKI meletus, Soeharto bersahabat dengan Letkol TNI AD Untung Syamsuri (Komandan Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa) dan Kolonel TNI AD Abdul Latief (Komandan Garnisun Kodam Jaya). Bukti persahabatan "di luar jalur komando" ini adalah: Soeharto dan istri menghadiri pernikahan Untung Syamsuri di Kebumen. Lalu, Soeharto dan istri menghadiri acara khitanan anak Abdul Latief.

2) Sebelum G30S PKI meletus, Jenderal Ahmad Yani pernah menampar Soeharto, dan Jenderal Nasution pernah mengusulkan agar Soeharto diadili di Mahkamah Militer serta segera dipecat dari Angkatan Darat. Dua orang jenderal ini berlaku seperti itu setelah mengetahui bahwa Soeharto bekerjasama dengan Liem Sioe Liong alias Sudono Salim (pemilik Salim Group) melakukan penyelundupan berbagai barang untuk kepentingan pribadi.

Liem Sioe Liong dan Soeharto pada masa kejayaan Orde Baru


3) Pada 15 September 1965, Untung Syamsuri mendatangi Soeharto dan berkata kepada Soeharto tentang adanya Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta. Untung Syamsuri berkata kepada Soeharto bahwa dirinya punya rencana akan mendahului gerakan Dewan Jenderal dengan menangkap mereka lebih dulu sebelum mereka melakukan kudeta.

Letkol TNI AD Untung Syamsuri

4) Semua buku yang menceritakan tentang sakitnya Soekarno itu tidak benar. Soekarno diperiksa oleh seorang dokter cina yang dibawa oleh D.N Aidit, tetapi dokternya adalah dokter cina dari Kebayoran Baru (bukan dari Tiongkok). Sebagai seorang dokter yang juga sangat dekat dengan Soekarno, Soebandrio pun (didampingi oleh Dr. Leimena) memeriksa kondisi kesehatan Soekarno. Hasil pemeriksaan semua dokter tersebut sama, yaitu: Presiden Soekarno masuk angin. Namun kabar yang beredar di luar istana adalah bahwa Soekarno sakit parah, sehingga muncul spekulasi bahwa PKI kemudian menyusun kekuatan untuk melakukan kudeta.

5) Pada tahun 1968, dalam wawancaranya dengan seorang jurnalis Amerika Serikat bernama Arnold Brackman, Soeharto mengatakan bahwa kedatangan Abdul Latief ke RSPAD Gatot Subroto pada 30 September 1965 malam hari adalah untuk mengecek keberadaan dirinya benar-benar ada di sana. Lalu, ketika diwawancarai oleh wartawan dari media Der Spiegel (Jerman Barat) pada tahun 1970, Soeharto mengatakan bahwa Abdul Latief datang bersama kelompoknya pada 30 September 1965 malam hari ke RSPAD Gatot Subroto adalah untuk membunuh dirinya.

Kolonel TNI AD Abdul Latief ketika di penjara Cipinang

6) Jika PKI mendalangi G30S atas prakarsa Dipa Nusantara Aidit, maka Indonesia akan menjadi lautan darah. Betapa ngerinya membayangkan 3 juta kader PKI beserta 17 juta anggota organisasi-organisasi sayapnya berperang melawan tentara (AD, AU, AL) yang jumlahnya hanya ratusan ribu.

7) Tragedi berdarah di pagi buta pada 1 Oktober 1965 (G30S) sampai sekarang masih ditafsirkan secara berbeda-beda, baik di dalam maupun di luar negeri. Tetapi jelas substansi peristiwa itu tidak seperti mitos versi Angkatan Darat, yaitu: percobaan kudeta yang didalangi oleh PKI. Versi Angkatan Darat ini sama sekali tidak benar.

8) Ketika Untung Syamsuri sama-sama dipenjara di Cimahi bersama Soebandrio, Untung Syamsuri pernah berkata dengan yakin kepada Soebandrio bahwa dia (Untung Syamsuri) tidak akan dieksekusi, meskipun pengadilan sudah menjatuhkan hukuman mati, sebab Untung Syamsuri yakin telah mendapat dukungan dari Soeharto untuk menghantam Dewan Jenderal. Tapi akhirnya Untung Syamsuri dihukum mati.

9) Di dalam penjara, awalnya saya mengalami depresi. Kesalahan saya satu-satunya adalah menjadi pengikut setia Bung Karno. Namun kemudian saya tidak menyesal menjadi pengikut setia Bung Karno, sebab itu sudah menjadi tekad saya. Dan, ini merupakan risiko bagi semua orang yang berkecimpung di bidang politik.
Pengadilan Soebandrio ketika Orde Baru mulai berkuasa

Nawaswara (9 suara hati) Soebandrio di atas memang subyektif. Meski begitu, meskipun Soebandrio bukan siapa-siapa di mata negara, namun sebagai salah seorang pelaku sejarah, saksi kunci sejarah, sekaligus korban stigmatisasi PKI oleh rezim Orde Baru, Soebandrio beserta suara hatinya ini tidak bisa dikesampingkan begitu saja.

Sumber:
Soebandrio, "Kesaksianku Tentang G30S", dalam Menguak Tabir Peristiwa 1 Oktober 1965 Mencari Keadilan, dihimpun oleh Cyntha Wirantaprawira, Penerbit: Lembaga Persahabatan Jerman-Indonesia Heidelberg RF Jerman, 2005.
Diubah oleh inal74 15-08-2022 06:55
scorpiolama
farazoiii
farazoiii dan scorpiolama memberi reputasi
2
1.3K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan