Jakarta, CNN Indonesia -Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menghitung apabila harga bbm jenis Pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter, maka inflasi diperkirakan tembus 6 persen-,65 persen secara tahunan.

"Dikhawatirkan menjadi inflasi yang tertinggi sejak September 2015," ujarnya, Rabu (17/8) kemarin.

Kenaikan harga Pertalite, sambung dia, sudah pasti akan berdampak langsung pada daya beli masyarakat, bahkan bisa meningkatkan jumlah orang miskin baru.

Menurutnya, ekonomi 40 persen kelompok rumah tangga terbawah dikhawatirkan akan semakin berat. Ditambah lagi, 64 juta UMKM bergantung pada BBM subsidi.

Pemerintah, lanjut Bhima, juga harus memikirkan efek kenaikan harga terhadap UMKM karena BBM subsidi bukan hanya untuk kendaraan pribadi, tapi dipakai untuk kendaraan operasional UMKM.

Karenanya, Bhima menyarankan pemerintah sebaiknya menunda proyek infrastruktur dan mengalokasikan dana untuk menambah subsidi energi. Lalu, mengalihkan sebagian dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) untuk subsidi energi.

Selain itu, melakukan penghematan belanja pegawai, belanja barang dan jasa, termasuk transfer ke daerah. "Pemerintah dibekali dengan UU darurat keuangan, di mana pergeseran anggaran bisa dilakukan tanpa persetujuan DPR," terang dia.

Sementara itu, Direktur Eksekutif for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menghitung selisih harga keekonomian pertalite dengan harga di pasar sebetulnya bisa membuat anggaran berhemat Rp41,23 triliun, jika Pertalite dinaikkan.

Sepakat dengan Bhima, ia menilai kenaikan harga Pertalite akan mendorong laju inflasi. "Kalau harga Pertalite naik, bersamaan dengan solar, maka inflasi naik dan akan mengurangi potensi pertumbuhan ekonomi," tandasnya.

SUMURRRR


inflasi US aja tertinggi sepanjang beberapa tahun terakhir, ya RI jgn mau kalah lah



lagian pertumbuhan ekonomi masih 5% . ditambah inflasi 6% mayan lah 11% tuntutan kenaikan upah nanti