- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Cerpen: Anakku Tak Hapal Al-Fatihah
TS
muhammadrapil
Cerpen: Anakku Tak Hapal Al-Fatihah

Lely menatap putrinya dengan hati remuk. Gadis kecil berambut sebahu itu terpatah-patah membaca surat Al-Fatihah. Sesekali napasnya terisak dan ekor mata mencuri-curi ke arah ibunya.
Lely baru mengetahui bahwa Kia, anaknya yang kini telah masuk SD, belum hapal surat Al-Fatihah. Kekecewaan meremas hatinya. Ada pula terselip rasa malu dan gagal sebagai ibu.
'Bagaimana mungkin?' batinnya berulang-ulang. Al-Fatihah pasti diajarkan di TK, kenapa sampai SD masih belum juga hapal?
Lely memang merupakan wanita karir, tetapi bukan berarti dia hanya mengutamakan pekerjaan. Dia juga tetap berusaha menyeimbangkan keluarga dengan karir. Bahkan, itulah syarat yang diberikan sang suami padanya. Boleh bekerja, asal jangan melalaikan kewajiban.
Lely berusaha, sekuat tenaga dan upaya. Setiap hari bangun pukul tiga pagi, menyiapkan dan memastikan kebutuhan keluarganya terpenuhi, baru kemudian bersiap untuk bekerja.
Dia bekerja pun karena memang kondisi perekonomian keluarga mereka yang belum stabil. Jika mereka telah lebih mapan, Lely juga ingin hanya fokus mengurus keluarga.
Sepenat apapun, malam hari selalu disempatkannya memantau kemajuan Kia dalam pelajaran. Membantu mengerjakan PR, menghapal perkalian, memperkaya perbendaharaan kata dalam Bahasa Inggris. Dalam pelajaran umum, Lely selalu mengangguk dengan puas. Kia memenuhi harapannya dengan baik.
Malam ini, dia ingin mengetahui progres Kia dalam hapalan Al Qur'an. Ternyata, baru dalam surat pertama, Lely harus menelan kekecewaan.
Kia sebenarnya bukan anak yang tidak mampu menangkap pelajaran, tetapi entah kenapa tadi lisannya macet total sewaktu ibunya menyuruh Kia muroja'ah.
Ayat 1-5 dibaca dengan lancar. Kia mulai terbata-bata di ayat ke-6.
Lely yang tadinya mendengarkan dengan mata setengah terpejam akibat lelah sepulang kerja, sontak terbelalak menyadari kekeluan anaknya.
Kia semakin menciut melihat mata sang ibu yang mulai menyala. Kini dia bahkan tidak hanya terbata, melainkan termangu-mangu seperti orang yang sama sekali buta huruf hijaiyah.
"Ya ampun, Kia, udah tujuh tahun masa Al-Fatihah enggak hapal juga? Kamu gimana sih? Kan Bunda udah ajarin!" hardik Lely tajam. Hatinya makin bergemuruh melihat anaknya yang hanya terdiam.
'Tolol sekali,' celanya dalam hati.
Kia semakin mengerut dalam tatapan tajam ibunya. Tidak hanya lidah yang kelu, kini otaknya pun bagaikan menguncup rapat.
Untunglah sang ayah datang tepat pada waktunya. Mendengar hardikan Lely, Ardi segera keluar dari kamar dan menyusul ke ruang tengah.
Ardi menatap dengan penuh tanya. Dengkus kasar napas Lely membuat kekecewaannya pekat memenuhi ruangan. "Kia enggak hapal Al-Fatihah. Hapalan surat lain juga enggak maju-maju, mentok terus di Al-Fiil," desisnya dari sela gigi yang terkatup rapat.
Ardi ganti memandang Kia yang sekarang termenung dalam sisa isakan. Diraupnya sang putri dalam gendongan, lalu diajaknya ke kamar. Bobot Kia terasa lebih berat dari biasanya karena Kia lunglai dalam dekapan ayahnya.
Lely mendelik kepada Ardi. Menurutnya itulah yang membuat Kia semakin manja. Sang ayah selalu membujuk Kia jika dia berbuat kesalahan, sehingga Kia bukannya mendapat pelajaran dari kesalahannya, tetapi malah semakin menjadi-jadi.
Setidaknya itulah yang dipikirkan Lely. Dia merasa telah melakukan yang terbaik, tetapi anaknya saja yang bebal.
'Gara-gara dimanjain terus, Al-Fatihah aja enggak hapal,' rutuknya dalam hati.
[ Baca selengkapnya ]
***
0
382
2
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan