Pemilu 2024 masih cukup lama, tapi parpol sudah mendaftar ke KPU dan menurut berita yang dimuat di laman republika.co.id, jumlah parpol yang mendaftar ada 40 parpol. Meskipun belum tentu lolos verifikasi semuanya, namun kemungkinan besar akan banyak parpol baru yang akan mengikuti pertarungan di pesta demokrasi 2024.

Hal ini menyadarkan kita kalau masih saja ada para politisi yang nekat, kenapa? Karena beratnya syarat untuk masuk ke parlemen yang harus melewati ambang batas parlemen sebesar paling tidak 4%. Pada Pemilu 2019 saja, yang lolos ke parlemen hanya 8% saja. Dua partai baru yaitu Perindo dan PSI tidak lolos ke parlamen, bahkan Hanura harus tersingkir dan tidak mendapatkan sebiji kursi pun di DPR.

Lantas, untuk apa partai baru ikutan Pemilu 2024, mengingat peluangnya cukup kecil?

Parpol Baru Hanya Coba-Coba Saja?

Ada cukup banyak parpol baru yang mendaftar ke KPU untuk ikutan Pemilu 2024, beberapa yang terkenal adalah Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora) yang petingginya adalah Fahri Hamzah dan Anis Mata yang merupakan mantan PKS. Lalu ada Partai Ummat yang didirikan oleh Amien Rais, Partai Negeri Daulat Indonesia (Pandai) pimpinan Farhat Abbas, dan parpol-parpol lainnya seperti Partai Buruh sampai Partai Mahsyumi.

Seberapa besarnya peluang mereka untuk lolos ke DPR? Menurut ane cukup kecil kalau mereka tak punya figur yang sangat kuat dan punya pendukung serta pengikut yang begitu besar. Karena Perindo saja yang kampanye-nya super gila dan bertahun-tahun di tv, ketumnya punya stasiun tv dan punya dana yang nyaris tidak terbatas, tetap saja kalah dan gagal lolos ke parlemen karena tak mampu mendapatkan kepercayaan dari rakyat walaupun sudah bagi-bagi gerobak di berbagai daerah.

Dengan kata lain, parpol baru yang tidak serius nyaris pasti tidak akan lolos ke parlemen. Hanya jadi penggembira dan memperbesar ukuran surat suara Pemilu. Menjadi tim penggembira layaknya tim anak bawang di kompetisi sepakbola, jadi lumbung gol. Nah, kalau di sini parpol gurem hanya jadi pelengkap dan hanya akan mendapatkan suara yang tidak seberapa.

Ane jadi inget pas waktu Pemilu 1999 saat diikuti oleh 48 parpol, kala itu banyak partai yang tidak mendapatkan satu suara pun di berbagai TPS, beberapa tahun kemudian parpol-parpol tersebut pada bubar.

Sanggupkah Parpol Baru Bersaing?

Ada beberapa Parpol baru yang disorot dan salah satunya adalah Partai Gelora-nya Fahri Hamzah, memang Fahri ini cukup punya nama tapi sanggupkah dia menembus parlemen? Jawabannya adalah tergantung kepercayaan rakyat terhadapnya, kalau kita lihat sepak terjang Fahri selama ini ane sih ragu rakyat akan percaya sama dia.



Kemudian ada Partai Masyumi versi "Reboot" pimpinan Abdullah Hehamahua yang mengklaim mengembalikan kejayaan 1955. Pertanyaannya, mampukah Masyumi reborn ini menggaet suara dari pemilih konservatif Islam? Mengingat kaum konservatif Islam mayoritasnya sudah ada PKS, lantas Masyumi reborn ini untuk apa? Kalau misalkan pemimpin Masyumi baru ini adalah UAS mungkin masih masuk akal akan mendapatkan banyak pendukung.

Lalu ada Partai Idaman pimpinan Farhat Abbas, kalau yang ini tak perlu dibahas sih, sudah pasti hanya jadi guyonan.

Ada lagi Partai Buruh-nya Said Iqbal, mampukah partai ini menarik hati para buruh? Ya, tergantung solidaritas buruh saja. Tapi kalau berkaca pada Pemilu 1999 dan 2009 yang juga ada partai bertema buruh, tetap saja mereka gagal meraih banyak suara.

Nah gan, itu saja dari ane. Apakah agan juga akan bikin parpol?

Referensi