Kaskus

Entertainment

sinsin2806Avatar border
TS
sinsin2806
Setrika Payudara Di Negara Afrika Adalah Bukti Tradisi Bisa Menjadi Kekerasan Seksual
Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan leluhur secara terus menerus dan turun temurun, biasanya tradisi adalah ciri khas dari suatu etnis atau kelompok yang tidak bisa ditinggalkan, dan sebagai generasi penerus sudah menjadi tugasnya untuk meneruskan dan melestarikan tradisi tersebut. Namun apa jadinya jika tradisi yang dijunjung dan dilakukan selama ini oleh para leluhur justru menyiksa dan menimbulkan penyakit. Pertanyaanya apakah tradisi seperti ini masih patut untuk diteruskan?

Setrika Payudara Di Negara Afrika Adalah Bukti Tradisi Bisa Menjadi Kekerasan Seksual
sumber gb

Tradisi tak lazim dan menyakitkan tersebut adalah Setrika Payudara, di negara Kamerun, Nigeria dan negara bagian Afrika lainnya, setiap gadis yang mulai beranjak dewasa wajib melakukan tradisi ini. Sudah tidak terhitung berapa banyak gadis yang telah menjalani tradisi ini karena tradisi ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Ane sendiri tidak bisa membayangkan betapa menyakitkanya ketika proses tradisi ini berlangsung, ane seorang wanita dan tau ketika payudara sedang bertumbuh saja itu nyeri sekali apalagi ketika sedang merasakan nyeri pertumbuhan payudara ditambah harus menahan nyeri panas dari benda-benda tumpul.

Payudara bukan hanya sekedar hiasan bagi seorang wanita, payudara adalah alat vital penghasil air susu yang harus dijaga pertumbuhannya. Tapi sayangnya bagi pria-pria brengsek, mereka memandang payudara sebagai fantasi seksual yang akhirnya membuat wanita berpikir bahwa payudara bisa memicu pelecehan seksual.

Mindset Wanita Afrika, Hingga Akhirnya Muncul Tradisi Setrika Payudara. 

Kebanyakan wanita sangat ingin menjadi cantik, karena dengan menjadi cantik akan dapat mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak. Namun berbeda dengan pemikiran wanita Afrika, menurut mereka cantik adalah beban dan sebisa mungkin harus dihilangkan, karena cantik hanya akan membuat pria semakin birahi dan memicu perbuatan jahat yang mampu merusak kehidupan si wanita. Jadi intinya wanita Afrika menganggap kecantikan adalah sumber dari  malapetaka.

Nah mindset inilah yang akhirnya mendorong wanita terutama para ibu untuk melindungi masa depan putri mereka dengan cara melakukan aksi menghilangkan simbol kecantikan putrinya yaitu payudara, para ibu berpikir untuk menghilangkan payudara anak-anaknya sehingga tercetuslah setrika payudara untuk menghilangkan payudara.

Mindset ini tentu tidak muncul dengan sendirinya, pemerkosaan sangat sering terjadi di negara Afrika bahkan kebanyakan korbannya adalah gadis-gadis belia yang masih berusia dibawah 15 tahun. Oleh karena itu para ibu mensiasati untuk menghilangkan payudara sebelum payudara itu terlihat menonjol, dengan harapan setelah payudara itu hilang, sang anak akan terbebas dari resiko pemerkosaan.

Bagaimana Cara Perempuan Afrika Menyetrika Payudara Anaknya?
Seperti namanya menyetrika, yah menyetrika seperti yang ada di pikiran kalian dengan menggunakan media yang dipanaskan lalu disetrikakan ke bagian payudara. Medianya bisa menggunakan kayu, batu atau logam. Media batu atau logam tentu akan terasa lebih menyakitkan, karena kedua benda ini lebih banyak dan cepat meresap daya panas ketimbang kayu. Ini dilakukan setiap pagi, dan setelahnya payudara akan diikat menggunakan semacam kain atau korset untuk menekan pertumbuhan payudaranya. Korset ini dipakai sepanjang proses sampai berbulan bulan bahkan bertahun-tahun sampai sekiranya payudara ini sudah berhenti tumbuh.

Kebanyakan gadis Afrika hanya menurut saja ketika ibunya melakukan tradisi gila ini, karena mereka berpikir ini untuk kebaikan dan masa depan mereka sendiri. 



Faktanya, Setrika Payudara Bisa Berakibat Fatal.

Pada prakteknya, tradisi ini sebenarnya sudah banyak sekali mendapatkan tentangan dari berbagai negara lain. Karena tradisi ini dinilai sebagai kekerasan seksual, sudah banyak sekali relawan yang terjung langsung ke negara-negara penganut tradisi ini dan dilakukan penyuluhan bahwa solusi untuk pemerkosaan atau pelecehan seksual oleh lawan jenis bukanlah tradisi konyol seperti ini. Karena tradisi setrika payudara ini bisa berakibat fatal bagi kesehatan sang wanita bahkan yang terburuk bisa merenggut nyawa. Jadi alih-alih untuk melindungi anak perempuanya dari pelecehan seksual malah menyakiti anak nya. 

Adapun akibat yang timbul dari tradisi setrika payudara ini adalah demam ekstrem, luka permanen pada payudara yang tidak akan bisa sembuh, payudara tidak simetris, kerusakan jaringan payudara sehingga tidak bisa memproduksi ASI dan bahkan bisa menyebabkan kanker.

Setrika Payudara Membuat Trauma(Pengakuan Dari Korban Tradisi Strika Payudara)
Lewat CNN Nkepile Mabuse tahun 2011 Korban tradisi bernama Terisia Techu menceritakan kisahnya, Saat itu usianya baru menginjak 9 tahun, suatu pagi ibunya bernama Grace Techu membawa alu yang sudah dipanaskan, Terisia mengira alu itu akan digunakan untuk menumbuk tapi dugaanya salah, alu itu ditempelkan ke payudara Terisia. Alu itu terasa panas sekali sampai meninggalkan bekas luka sampai sekarang. Namun naasnya pada usia 15 tahun Terisia mengalami pemerkosaan dan dia hamil, ia pun sadar apa yang dilakukan ibunya yaitu menyetrika payudara tidaklah berguna dan hanya membuat trauma berkepanjangan. Bahkan setelah Trisia mempunyai anak sekarang ini, ia lebih memilih untuk hidup jauh dari keluarga dan ibunya agar anaknya nanti tidak turut menjadi korban tradisi setrika payudara, Trisia tidak ingin anak perempuanya mengalami trauma yang sama seperti yang Trisia rasakan. Trisia adalah warga Afrika yang sadar bahwa pada jaman sekarang ini untuk mencegah pelecehan seksual alih-alih menggunakan tradisi menyakitkan seperti itu lebih baik bicarakan melalui pendidikan seks dan pencegahan hamil, agar masa depan gadis juga tetap bisa terjaga.

Bagaimana Praktek Setrika Payudara Sekarang ini?
Tradisi Setrika payudara saat ini masih ada di kota-kota terpencil, walaupun tradisi ini dikecam oleh berbagai pihak. Namun warga Afrika masih banyak yang memegang tradisi ini untuk menekan angka populasi serta untuk menurunkan angka penyebaran HIV/AIDS.

Nah kalau menurut kalian gimana gan sist? Apakah tradisi seperti ini masih patut dilakukan? Yuk tulis komentar kalian tentang tradisi ini di kolom komentar, jangan lupa cendol dan ratingnya ya ane tunggu, supaya ane lebih getol lagi nulis thread-thread lainnya. see you.

sumber : 1 , 2 
Diubah oleh sinsin2806 30-03-2020 11:55
4iinchAvatar border
sebelahblogAvatar border
infinitesoulAvatar border
infinitesoul dan 9 lainnya memberi reputasi
10
3K
16
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan