ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Monetisasi si Miskin. Baik sih, tapi....
Sebelum membaca maka cobalah untuk mencetak dua fakta ini dalam pikiran kalian. Pertama, hidup itu nggak adil. Kedua, tak ada yang gratis di dunia ini.



Okay, konflik Citayam fashion dan Baim Wong akhirnya selesai, setidaknya untuk sekarang. Konflik yang berpusat antara hak paten dan uang ini sekali lagi mengingatkan kita bahwa di mana ada kesempatan, di situ pula ada orang yang ingin memperbanyak pundi-pundi uangnya. Katanya (katanya lo) fashion week ini dibuat oleh orang miskin sebagai hiburan tetapi pada akhirnya beberapa orang kaya ikut bermain demi popularitas dan keuntungan. Hmm, cerita lama.

Memang cerita lama, dan temanya selalu sama, monetisasi si miskin.

Contohnya begini; ingat Bedah Rumah? Ingat Tukar Nasib? Uang Kaget? Acara-acara itu memiliki satu kesamaan yakni menargetkan orang-orang yang butuh uang, menunjukkan kehidupan mereka yang menguras air mata, lalu memberi mereka bantuan. Jika dipikirkan secara pendek maka itu adalah acara-acara yang bagus karena membantu orang miskin dan membuka mata kita tentang penderitaan orang lain. Namun bagaimana jika dipikirkan secara panjang?



Bukan rahasia lagi kalau orang miskin memang sangat mudah dijadikan sumber uang. Mungkin Anda pernah lihat beberapa youtuber yang membuat konten tentang memberi makan orang-orang miskin, atau juga konten tentang orang-orang yang bermain game untuk memperebutkan hadiah uang. Bagi kita yang menonton, tayangan seperti itu akan terlihat seru, menyentuh, dan menginspirasi. Namun bagi pemilik tayangan, itu sumber uang yang tak ada matinya.

Jujur sajalah, orang paling dermawan pun pasti butuh uang, apalagi yang tidak. Jika seseorang menghabiskan satu juta untuk memberi makan orang miskin lalu mendapat sepuluh juta dari kontent tersebut maka orang itu bisa saja hidup mewah berkat si miskin sementara si miskin hanya kenyang beberapa jam dan lapar lagi.



Memberi makan orang miskin jelas hal yang baik, tak peduli kegiatan itu direkam atau tidak. Sisanya hanya masalah si penerima apakah dia ingin menerima atau tidak.

Saya pernah membaca tentang seorang tuna wisma yang menolak menerima makanan dari kelompok mahasiswa karena anak-anak itu merekamnya saat memberi bantuan itu. Saya tak bilang bahwa tindakannya itu salah, hanya saja harga diri yang terlalu tinggi akan membuat Anda kelaparan.

Dan sekarang kita membahas tentang harga diri. Sekarang bukan hanya orang kaya lagi yang memanfaatkan si miskin, bahkan orang miskin pun mulai memanfaatkan kemiskinannya. Pernah lihat orang melakukan stand up comedy dengan menghina dirinya sendiri? Ada orang yang miskin dan cacat, dan mereka menggunakan kekurangan itu dengan baik untuk mendapatkan uang. Ada juga orang yang senang hidup miskin karena dia hanya perlu duduk di pinggir jalan sembari mengemis dan tak perlu melakukan apa pun lagi untuk mencari uang.



Orang-orang ini memanfaatkan kekurangannya, hidup dengan belas kasihan orang lain, dan mendadak menjadi lebih kaya dibanding orang-orang yang mengasihaninya. Harga diri? Lupakan saja. Uang adalah satu-satunya Tuhan berwujud fisik di dunia ini.

Singkat kata semua kembali pada diri masing-masing. Beberapa orang mungkin terganggu bila dijadikan konten dan itu hak mereka untuk menolak. Semua tergantung pada diri Anda. Apakah Anda ingin tetap menjaga harga diri, atau mempermalukan diri demi sesuatu yang mungkin lebih baik?

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.
Diubah oleh ih.sul 27-07-2022 08:48
babyabs
bang.toyip
indrag057
indrag057 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
4.7K
42
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan