Fenomena Flexing dan Pansos : Sekedar Ikut-Ikutan Atau Haus Pengakuan?

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang topik ini alangkah baiknya mari kita definisikan dulu dua kata yang kini sedang populer di kalangan anak muda ini. Ya, flexing dan pansos. Mayoritas generasi Z pasti sudah familiar dengan dua kata ini. Tetapi bagaimana dengan generasi sebelumnya? Hmm mungkin ada yang masih belum paham bukan? Kalau begitu, mari kita memahami terlebih dahulu apa definisi dari dua hal diatas.

Dilansir dari berbagai sumber Pansos adalah singkatan dari panjat sosial atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan social climbing. Istilah ini merujuk pada perilaku seseorang yang suka membuat dirinya terlihat memiliki status sosial lebih tinggi dibanding orang sekitarnya. Sedangkan Secara harfiah, flexing dalam bahasa Inggris berarti 'pamer'. Pengertian lebih spesifik ditulis dalam Cambridge Dictionary menjelaskan bahwa flexing adalah menunjukkan sesuatu kepemilikan atau pencapaian dengan cara yang dianggap orang lain tidak menyenangkan.

Nah, sekarang sudah paham kan apa makna dari flexing dan pansos. Keduanya adalah istilah yang sebenarnya identik. Kedua istilah diatas mempunyai kesamaan dalam kegiatan atau tindakannya. Lalu mengapa generasi zaman sekarang khususnya generasi Z lebih cenderung untuk melakukan dua hal tersebut. Dalam perspektif saya, setidaknya ada beberapa penyebab mengapa kecenderungan tersebut bisa terjadi.

Pertama adalah karena perkembangan sosial media dan dunia digital. Keadaan yang demikian ini menjadikan persebaran informasi dan hiburan yang begitu masif dan super cepat. Dalam sepersekian detik saja, semua aktivitas para pengguna media sosial dan platform digital bisa dengan mudah diketahui. Dalam dunia entertainment apalagi seseorang berprofesi sebagai publik figur, adalah hal wajar jika mereka kemudian melakukan flexing atau pansos. Tentu saja bukan untuk tujuan sombong atau pamer, tetapi itu adalah bagian dari mekanisme komersial yang harus mereka penuhi. Mereka memang di kondisikan seperti itu untuk dalam rangka membangun citra atau bagian dari sebuah pekerjaan di mana mereka misalnya melakukan promosi terhadap produk tertentu demi menarik minat khalayak umum yang pada giliranya diharapkan akan membeli atau berlangganan produk tersebut. Jadi, flexing dan pansos dalam kategori ini adalah dalam rangka kepentingan entertainment atau bisnis.

Yang menjadi problem kemudian adalah ada sebagian orang yang menyalahgunakan atau setidaknya gagal paham terhadap hal ini. Mereka kemudian mengikuti cara para idolanya dan melakukan hal yang sama. Kalau yang bersangkutan benar-benar kaya dan berstatus sosial tinggi ya tidak masalah. Tetapi kenyataannya, banyak yang malah memiliki kondisi yang sebaliknya.

Kedua banyak generasi muda kita, terutama para generasi Z ini yang kehilangan kepercayaan diri dan eksistensi sehingga mereka melakukan sebuah tindakan yang bisa membuat orang banyak memperhatikan dan memberikan pengakuan kepadanya. Setiap hal dalam hidupnya seolah sia-sia jika tidak mendapat apresiasi dari orang lain. Semua yang mereka lakukan adalah agar membuat orang lain memuji dan mengelu-elukannya. Tak peduli pujian dan perhatian tersebut benar-benar tulus atau cuma pemanis bibir semata. Pun sebaliknya, mereka akan cenderung menjadi tipe yang mudah marah, kecewa dan incsecure jika keberadaannya tidak dianggap. Pada akhirnya, ini hanya akan membuat mental dan psikologis mereka terganggu, dan tentu saja itu adalah hal yang buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan kejiwaan.

Well, pada akhirnya yang harus kita lakukan adalah hidup apa adanya. Setiap hal yang dimiliki oleh orang lain belum tentu dapat kita miliki. Pun sebaliknya apa yang kita punya belum tentu bisa dicapai oleh orang lain.

Nah bagaimana menurut GanSis, apakah ada POV lain? Silahkan tambahkan komentar GanSis. See you on the next thread.

***
Sumber Pendukung :

https://www.google.com/search?q=pans...obile&ie=UTF-8

https://www.google.com/search?q=flex...e-gws-wiz-serp

https://sakumas.com/berita/penyakit-pamer-kekayaan