Manusia terlahir tidak membawa apa-apa. Tidak membawa harta maupun jabatan. Seiring berjalannya waktu kita hidup, tidak ada yang tahu kehidupan kita kelak. Terutama dari hal rezeki.

Rezeki sudah ditentukan selama kita lahir. Dan tentu rezeki semua orang itu sama meskipun dalam wujud yang berbeda-beda. Mungkin sebagian orang terlahir sebagai milyader di satu sisi orang terlahir sebagai pegawai. Banyak orang membandingkan sesuatu dengan apa yang tampak. Bisa jadi kebahagian diantara 2 orang tersebut lebih besar orang yang menjadi pegawai tersebut.

Ada banyak masyarakat yang beranggapan bahwa orang yang mempunyai jabatan dan berduit merupakan orang yang hebat. Saya pribadi beranggapan tidak demikian. Setiap orang punya jalannya masing-masing. Roda terus berputar. Kehidupan ini hanyalah seperti roda. Ada kalanya kita dibawah dan ada kalanya kita diatas.

Allah sebagai pengatur kehidupan ini patut kita imani. Banyak orang yang dulunya berada dibawah diangkat ke atas. Bukan, bukan karena orang tersebut hebat. Tapi karena ketentuan allah lah yang menjadikan orang tersebut berada diatas. Kun fayakun. Begitu mudah allah membolak-balikan kehidupan. Kita sebagai manusia harus selalu bersyukur dan ingat kepada allah bahwa rezeki yang kita dapatkan ini tidak lain hanyalah titipan.

Boleh jadi rezeki tersebut hanyalah suatu cobaan bagi seseorang. Sesuai dengan pepatah kuno, “apabila kalian ingin melihat watak asli seseorang, berilah jabatan dan harta”. Allah ingin menguji kita sebagai manusia, apakah kita masih ingat kepada allah dan tidak terlena dengan kehidupan duniawi.

Ada kalanya kita selalu berpikir bahwa “saya hanyalah manusia biasa, tidak ada kehebatan yang ada pada diri saya, saya dulunya bukan orang yang berada, popular, dan sebagainya. Saya tidak menyangka mendapatkan jabatan atau harta sebesar ini. Ya allah, ya tuhan kami begitu besar rezeki yang engkau berikan kepada saya. Saya takut tidak bisa mempertanggung jawabkan rezeki dan jabatan yang engkau berikan kepada saya. Ya allah jangan jadikan hamba orang yang sombong dan kikir. Jadikan saya orang yang selalu ingat kepadamu. Jadikan rezeki yang engkau berikan kepada saya menjadikan hamba menjadi orang yang lebih giat lagi dalam beribadah”

Semua ini hanyalah titipan. Jabatan dan harta. Allah secara mudah mencabut semua itu. Tentulah kita menjadi orang yang merugi karena selama diberi kenikmatan kita tidak bisa mempertanggung jawabkan. Ada kalanya apabila kita diberi harta, kita menyisihkan harta kita sebagai wujud syukur kepada allah dan juga pertanggung jawaban atas nikmat yang kita berikan selama kita hidup. Tentu dibalik itu semua menjadikan kita semua sadar diri disaat kita tidak memiliki harta lagi atau mengalami kekurangan, setidaknya kita bisa berkata “Alhamdulillah saya sudah mempertanggungjawabkan kenikmatan yang diberikan oleh allah kepada saya disaat saya masih berkecukupan dahulu”

Bagi kita yang terlalu sering membandingkan diri kita dengan orang lain, berhentilah. Sesungguhnya rezeki seseorang ada kadarnya masing-masing dan tidak akan mungkin tertukar. Percayalah bahwa rezeki kita tidak bisa diambil oleh orang lain. Oleh sebab itu teruslah bersyukur kepada allah dan berbaik sangkalah hingga allah memberikan yang terbaik bagimu. Jangan khawatir, karena semua akan indah pada waktunya.

Salam Syukur.