Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mr.josh.mantapAvatar border
TS
mr.josh.mantap
7 Kejanggalan Tewasnya Brigadir J yang Diungkap Keluarga
7 Kejanggalan Tewasnya Brigadir J yang Diungkap Keluarga
Jenazah Brigadir J telah diserahkan kepada pihak keluarga di Jambi (Foto: dok. Istimewa)


Pihak keluarga meminta kasus tewasnya Brigadir J atau Nopryansah Yosua Hutabarat (Brigadir Yosua) diusut tuntas. Brigadir J tewas usai baku tembak dengan Bharada E.

Peristiwa itu terjadi di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan (Jaksel), pada Jumat (8/7) pukul 17.00 WIB.

Tim khusus yang dibentuk Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sudah mulai bekerja untuk mengusut insiden baku tembak tersebut. Tim khusus ini dipimpin Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono.

"Oleh karena itu, saya telah membentuk tim khusus yang dipimpin oleh Pak Wakapolri, Pak Irwasum, kemudian ada Pak Kabareskrim, Pak Kabik (Kabaintelkam) kemudian juga ada As SDM, karena memang beberapa unsur tersebut harus kita libatkan, termasuk juga fungsi dari Provos dan Paminal," kata Jenderal Sigit di Mabes Polri, Selasa (12/7) kemarin.

Komnas HAM dan Kompolnas turut disertakan dalam tim khusus itu. Dia memastikan proses penyelidikan, penyidikan, hingga temuan terkait kasus itu akan disampaikan transparan dan periodik sehingga menjawab keraguan publik.

Jenderal Sigit mengatakan proses pengusutan kasus dilakukan secara objektif dan transparan. Dia juga memastikan penyelidikan dan penyidikan kasus tetap menjunjung HAM dan undang-undang.

Jenazah Brigadir J telah diserahkan ke pihak keluarga di Jambi. Pihak keluarga pun mempertanyakan sejumlah kejanggalan.

Berikut pengakuan keluarga Brigadir J:

1. Brigadir J Kena 7 Luka Tembak
Brigadir J mengalami 7 luka tembakan hingga akhirnya meninggal. Luka-luka tersebut berasal dari 5 tembakan yang dilepaskan Bharada E.

Pihak keluarga curiga atas banyaknya luka tembak tersebut. Mereka menilai tak seharusnya Brigadir J mendapatkan luka tembak sebanyak itu.

"Kalau memang adik saya melakukan hal tersebut, kenapa ditembak sebanyak itu. Itu nggak masuk logika, melakukan tembakan pertama nggak kena sasaran, kalau memang dia melakukan pelecehan, kenapa tembakan seperti itu, seperti pembunuhan secara brutal," kata kakak Brigadir Yosuha, Yuni Hutabarat, Selasa (12/7).

Keluarga menyesalkan dan minta kasus diungkap transparan. Yuni berharap kejadian ini bisa diproses seadil-adilnya.

"Kalau mungkin dia bersalah, cukup dilakukan penembakan sekali, terus dilumpuhkan, dibawa diadili atau langsung dipecat kan bisa," katanya.

2. Tak Percaya Brigadir J Lecehkan Istri Kadiv Propam
Yuni juga mengaku tak yakin adiknya melakukan pelecehan terhadap istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo. Apalagi tuduhan itu tanpa dilengkapi bukti.

"Saya rasa sesuatu yang disebutkan tanpa bukti nyata itu kan sama saja seperti hal mengada-ada ya. Kami di sini butuh bukti nyata," ujar Yuni kepada detikSumut, Senin (11/7).

Dia hanya berharap agar kejadian tewasnya adiknya itu bisa diusut tuntas dan lebih terbuka. Yuni tidak ingin almarhum adiknya malah disudutkan dalam kasus ini.

"Mustahil kan di rumah dinas seorang jenderal tidak ada CCTV-nya," terang Yuni.

3. Curiga Luka di Tubuh Brigadir J
Pihak keluarga juga curiga terhadap luka yang ada di tubuh Brigadir J. Dia mengatakan ada luka bekas tembakan hingga memar yang diduga bekas penganiayaan.

"Belum keseluruhan diperiksa, kami lihat melakukan penambahan formalin ada di dada, agak ke kanan, bahu kanan, terus kami tanyakan, kok di mata ada seperti bekas pisau sangkur, tapi polisi bilang itu kena bekas tembakan. Tembus dari mana itu goresan peluru, nggak ada benda tajam, di hidung tak ada bekas tembakan," sebutnya.

Menurutnya, bekas penganiayaan dapat terlihat jelas di wajah Brigadir J. Sebab, rahang Brigadir Yoshua bergeser. Begitu juga dengan sejumlah luka memar di bagian tubuh dan kaki korban.

4. Tak Ada CCTV di Rumah Kadiv Propam
Yuni Hutabarat tak percaya almarhum adiknya melecehkan istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo. Dia meminta hal itu dibuktikan, salah satunya lewat rekaman CCTV.

"Perwakilan dari Mabes Polri bilang tidak ada CCTV, kan tidak masuk logika di rumah dinas seorang jendral tidak ada CCTV," ujar Yuni, Selasa (12/7).

Yuni juga mendapatkan informasi adiknya sudah pernah melakukan kesalahan yang sama beberapa waktu lalu. Namun dia heran kenapa adiknya masih dipercaya menjadi ajudan Kadiv Propam.

"Kalau memang benar salah, katanya kan almarhum ada melakukan dua kali, kenapa masih dipakai (ajudan)," katanya.

5. HP Brigadir J Tak Ditemukan
Yuni mempertanyakan soal keberadaan ponsel milik adiknya. Melalui ponsel itu dia yakin akan banyak hal baru yang bisa terungkap.

"Kami juga menanyakan handphone adik kami, itu sampai sekarang tidak ada disampaikan ke kami. Alasannya tidak ditemukan, padahal bukti lain katanya bisa ditemukan, HP kok nggak bisa ditemukan," tanya dia.

Dia curiga ponsel atau HP milik adiknya sengaja dihilangkan atau dibuang. Apabila tidak ditemukan di lokasi penembakan, kata dia, harusnya HP adiknya ada di kamar atau di tempat lain.

"Dibuang atau dihilangkan dengan sengaja. Padahal kan di rumah itu pasti, ketika melakukan baku tembak pasti HP tinggal di rumah atau di kamar almarhum, kok tak bisa ditemukan," ungkapnya.

"Kami perlu bukti, bisa ngecek HP dan percakapan dengan istri Kadiv Propam," lanjutnya.

6. Brigadir J Disebut Pernah Diancam Dibunuh
Yuni mengatakan adiknya pernah mendapat ancaman pembunuhan. Dia mengatakan Brigadir J pernah cerita kepada pacarnya yang ada di Bangko Merangin, Jambi.

"Ternyata dia pernah cerita di sini sama pacarnya, bahwasanya, tidak tahu kapan pastinya bercerita, pacarnya itu baru kasih tahu kemarin setelah datang jenazah almarhum. Bahwasanya almarhum dapat ancaman ingin dibunuh," kata Yuni, Selasa (12/7).

"Dia tidak berani cerita ke orang tua kami, takut drop atau apa, tapi dia bercerita seperti itu," katanya.

Menurut Yuni, semasa hidup, adiknya tidak pernah menceritakan hal yang jelek-jelek. Bahkan Brigadir J juga cerita sudah dianggap sebagai keluarga oleh Kadiv Propam.

"Dia tidak pernah menceritakan kesedihan, selalu menceritakan kebaikan, bahwa Pak Sambo dan Ibu baik, dia sudah dianggap anak sendiri, dia nggak pernah diperlakukan hal buruk," ungkapnya.

7. Sempat Dilarang Lihat Jenazah Brigadir J
Keluarga mengaku sempat dilarang melihat jenazah Brigadir J. Pihak keluarga sempat dilarang membuka peti jenazah Brigadir Yosua dengan alasan sudah menjalani proses autopsi.

"Ayahnya waktu itu minta peti itu dibuka karena kan pengin lihat anaknya, kan. Awalnya tidak boleh dibuka karena sudah proses autopsi," kata salah satu keluarga, Rohani Simanjuntak, Rabu (13/7).

Orang tua Brigadir Yosua tetap ingin membuka peti itu. Mereka tak mau tanda tangan penyerahan jenazah jika peti tak dibuka.

"Lalu, setelah runding-runding, barulah dibuka petinya dan dilihat cuma sebatas dua kancing pakaian saja. Waktu itu dibuka sambil menunjukkan kalau di tubuhnya sudah dilakukan autopsi," ucap Rohani.

Pada saat itu, polisi utusan dari Jakarta lantas menjelaskan tentang luka-luka yang ada di tubuh Brigadir Yosua. Mereka juga menjelaskan kronologi insiden baku tembak di antara dua polisi itu.

Pada Minggu (10/7), keluarga kembali penasaran terhadap kondisi tubuh Brigadir Yosua, yang disebut tewas akibat baku tembak dengan dugaan yang dibeberkan.

"Pada hari Minggu kami buka lagi peti itu. Di situ kami lihatlah ada kejanggalan, mulai bentuk sayatan di muka, lalu ada luka lebam di perut, lalu kami buka kaus kakinya ada juga luka di bagian kaki itu. Cuma di bagian pinggang yang celananya tidak kami buka, cuma bagian atas sampai pinggang serta kaus kakinya saja, dan di situ kami lihat ada kejanggalan," ucap Rohani.

https://news.detik.com/berita/d-6176...uarga?single=1



BONGKAR!!! USUT TUNTAS!!! 













emoticon-Takut (S) emoticon-Takut (S) emoticon-Takut (S)
pilotwaras108
pilotwaras108 memberi reputasi
2
1.8K
21
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan