- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Indonesia Masih Menjadi Importir Gula Yang Menggiurkan Bagi Negara Produsen


TS
rifqi.habibiii
Indonesia Masih Menjadi Importir Gula Yang Menggiurkan Bagi Negara Produsen

Sudah banyak disampaikan berbagai saran, kiat dan pendapat mengenai pencapaian swasembada gula. Salah satu yang paling sering disebut adalah, perlunya pemerintah merevitalisasi sebagian besar dari pabrik gula yang masih aktiv untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Disamping, melakukan pembangunan pabrik gula baru.
Sehubungan dengan rencana pembangunan pabrik gula baru, dikabarkan bahwa pemerintah setidaknya menerima 23 proposal pembangunan pabrik gula di berbagai daerah. Sebagian besar dari 23 perusahaan yang mengajukan izin tersebut adalah investor lokal, sementara sisanya merupakan investor asing.
Dari 23 proposal tersebut, pemerintah memilih membangun 10 pabrik gula baru hingga 2019 untuk memenuhi target swasembada gula. Pendirian ke-10 pabrik gula itu harus segera direalisasi sehingga targer swasembada gula bisa segera dipenuhi.
Gula merupakan salah satu komoditas pangan strategis. Ketersediaan komoditas ini harus selalu terjamin karena kekurangan pasokan gula dapat menyebabkan keresahan sosial yang cukup rawan. Harga gula pun tidak bisa terlalu tinggi karena akan menyusahkan konsumen, namun juga tidak bisa terlalu rendah karena akan merugikan ratusan
ribu petani tebu.
Berbicara soal swasembada gula, kita harus merasa malu mengingat pada masa silam kala wilayah yang saat ini menjadi negara Indonesia merupakan eksportir gula utama di pasar internasional. Bahkan menjadi eksportir gula terbesar kedua di dunia pada pada awal abad 20.
Saat itu, produksi gula Indonesia—yang sebagian besar berasal dari Jawa—mencapai sekitar 3 juta ton per tahun. Tingkat produktivitas gula sebesar ini tidak pernah tercapai lagi pada masa Indonesia modern. Sejumlah produsen utama gula dunia, seperti Brasil, India dan Thailand, saat itu jauh di bawah Indonesia produksinya. Beberapa
tahun lalu, industri gula Brasil mencapai kejayaan dengan mengembangkan produksinya hingga menembus angka 29 juta ton.
Bagaimana dengan industri gula Indonesia saat ini? Dengan potensi lahan yang cukup luas, terus terang situasi pergulaan nasional sangat memilukan. Produksi saat ini tidak pernah lagi lebih dari 2,5 juta ton per tahun, paling banter 2,9 juta ton. Tingkat rendemen tebu yang menggambarkan produktivitas tebu sangat rendah, hanya berkisar
6%-7%. Di sisi lain, pabrik gula yang dimiliki oleh sejumlah BUMN sudah tua kondisi mesin gilingnya sehingga tidak mampu berproduksi secara maksimal.
Akibatnya jelas, Indonesia sekarang menjadi importir gula dengan pasar yang menggiurkan bagi negara-negara produsen gula. Saat ini setiap tahun Indonesia setidaknya mendatangkan 2-3 juta ton gula mentah tiap tahun.
Pemerintah memang menyadari pentingnya merevitalisasi industri gula nasional. Sejumlah upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali industri komoditas ini. Sejumlah BUMN mulai berbenah dengan membangun pabrik baru atau mengganti mesin-mesin giling yang sudah tua menyusul suntikan penyertaan modal dari pemerintah (PMN).
PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) misalnya, menambah kapasitas produksi gula seiring dengan persetujuan penyertaan modal negara senilai Rp1 triliun. BUMN ini akan membangun pabrik gula (PG) baru di Comal, Pemalang senilai Rp550 miliar serta revitalisasi PG Mojo di Sragen sebesar Rp225 miliar sedangkan revitalisasi PG Rendeng di
Kudus dialokasikan Rp225 miliar sehingga total kapasitas produksi akan bertambah 14.000 ton per hari.
BUMN lainnya, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) juga membangun satu pabrik gula baru di Cirebon senilai Rp2 triliun dan diperkirakan mulai produksi pada 2017.
Tidak hanya merevitalisasi atau membangun pabrik baru, pemerintah juga telah mengalokasikan pembukaan lahan baru seluas 500.000 hektare untuk tanaman tebu untuk mendukung pabrik gula baru.
Tentu kita menyambut baik berbagai langkah pemerintah untuk kembali menghidupkan industri gula nasional sehingga diharapkan mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri seperti satu abad silam. Namun masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk mewujudkan impian swasembada gula itu. Sebut saja soal kete-
gasan berhadapan dengan mafia gula, yang seringkali mengimpor gula mentah saat tingkat produksi gula kristal putih sedang tinggi.
Pemerintah harus cakap memainkan persoalan ini. Tarik ulur soal importasi gula mentah ini jangan sampai mematikan minat petani tebu, namun di sisi lain juga tidak
merugikan industri makanan dan minuman yang sangat tergantung pada gula rafinasi.*
0
852
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan