mira.miracleAvatar border
TS
mira.miracle
Di rudapaksa Waktu
Spoiler for Instagram:


Tahun yang sangat pedih tengah aku rasakan, waktu itu masih duduk di bangku sekolah. Masih terlampau awan untuk mengetahui apakah hidup itu memiliki arti, atupun tidak. Bahkan tidak akan pernah menyangka, jikalau harus mengalami perjalanan yang membuat kulit ari koyak-koyak.

Sekelumit nostalgia kembali mengenang, betapa dahulu itu aku menjadi sangat bodoh, karena hanya memahami cinta, sesederhana bernapas dan menikmati udara saja, sedangkan hal yang lainnya, tidak pernah terpikirkan sama sekali, yang akhirnya menjadi serupa rejaman, pembuat tulang belulang pada akhirnya berteriak untuk segera beristirahat kepada malaikat maut.

"Ibu, ibu .... Aku naik kelas!"
Anak kecil berusia sembilan tahun itu menghampiriku, memberikan raport nya, lalu memutari tubuhku.

"Diam! Duduk dan bantu aku." Tidak banyak bicara, langsung duduk dan membantu untuk mengupas bawang merah.

Sebenarnya terkadang aku ingin membunuh anak ini, jika sudah khilaf dengan keras nya kehidupan dunia. Namun selalu gagal, takala senyumnya menandakan dia ingin hidup.

"Bu Guru bilang lain kali ibulah yang harus datang!" Sambil menatap mataku, seolah-olah ingin mencari jawabannya.

Namun aku hanya memasang wajah datar, bukannya tidak sayang, namun aku mendidiknya untuk selalu menjadi kuat, sendiri tanpa siapapun nantinya. Karena pada saatnya nanti, dia akan hidup sendirian saja. Untuk itulah rasa acuh ini dimunculkan. Agar ketika kehilangan diriku, tidak akan ada air mata.

"Apakah ibu sudah makan? Aku ambilkan yak!"

Mataku seperti mau copot, ketika dengan santainya anak kecil tersebut, menyuruhku untuk makan. Mengertak meja dan menyuruhnya untuk segera makan. Karena aku tau pasti, perut kecil nya itu sudah kelaparan.

"Makan saja untuk mu, bukankah kau yang kelaparan? Sejak semalam tidak makan bukan?"

"Aku masih kuat! Yang penting ibu harus makan."

"KAU YANG MAKAN! Setelah itu bantu aku, tidak ada toleransi lagi."

Akhirnya dia makan dengan raut mata penuh kecemasan. Ya anak ini begitu sayang kepadaku, namun sungguh, aku sangat membenci dirinya. Hanya karena perbuatan ayahnya, mantan kekasihku, Andromeda.

Berkisah sepuluh tahun yang lalu, yang mana hanya karena tidak rela jika hubungan kami putus, dia akhirnya nekad merudapaksaku, kemudian lari menjauh, setelah kedua orang tuaku memintanya bertanggungjawab atas janin yang berada di dalam perutnya. Yang akhirnya terbentuk lah anak kecil ini, yang kemudian di beri nama Anisa olehku.

Quote:


Beratnya hidup saat pada saat itu, hanya kami berdua saja yang rasakan, ketika semua orang mengutuk perbuatannya dan menghakimiku. Yang mana menurut para warga sudah tidak layak untuk terus hidup berada di kampung. Terusir lah kemudian, hidup terlunta-lunta di Jakarta, tanpa sanak saudara. Bahkan dengan janin yang tidak mau pergi, walaupun ribuan racun, sudah mencoba berencana untuk membuat takdir kematian atasnya.

Quote:


Namun pada dasarnya dialah yang membuat aku kuat menjalani kehidupan yang sangat keras ini.

Saat sedang asik asiknya melamun, iba-tiba pintu terbuka, ada seorang wanita tinggi, kurus, berhidung mancung, berdandan glamor, masuk begitu saja tanpa mengucapkan salam. Memberikan sepucuk surat, juga sejumlah uang kepadaku. Kemudian pergi begitu saja tanpa sepatah kata.

Membuka surat tersebut dan membacanya.


Dear sayangku Meiday

Aku telah sampai di muka pintu rumahmu, bisakah kau melihatku, sejenak saja keluar dari rumah mu?

Kesayangan mu
Andromeda


Bagaikan di sambar petir di siang hari, demi membaca nama dalam surat tersebut. Kemudian dengan jantung yang terpompa lebih cepat dan tidak beraturan, dada yang penuh dengan darah yang mendidih. Keluar rumah untuk melampiaskan segala amarah, akan tetapi ....

"Mas, Andromeda... Kau kau kau ...." Melihatnya di kursi roda hanya bisa terkejut, akhirnya Jantung dan dadaku kembali normal, demi melihat keadaan Andromeda yang sudah cacat fisiknya.

"Ya, ini aku! Sudah beberapa tahun koma di rumah sakit, maaf aku baru datang setelah beberapa tahun siuman, mencarimu kemana-mana dan hari ini baru bisa menemukan. Bagaimana dengan anak kita? Sudah sebesar apakah dia?"

"Ada apa denganmu, Mas Andro? Kupikir kau kabur bersama Mia, pacar barumu, setelah kita berpisah. Bahkan dulu kau tidak ingin menikahiku. Setelah merudapaksaku dengan penuh napsu di balai desa."

"Saat aku hendak mengawini mu, mobilku masuk ke dalam jurang. Namun demikian tidak meninggal. Hanya koma dalam kurun waktu yang sangat lama sekali."

"Masuklah! Kita bicara di dalam."

Andromeda akhirnya masuk ke dalam rumah, itupun di bantu oleh beberapa orang. Karena dia sudah tidak bisa berjalan dengan benar.

"Anita, ayahmu sudah pulang. Kemarilah, Nak!" Anita yang baru hari ini diperlakukan dengan manis, sedikit terkejut, bahkan dia sempat bersyukur doanya sudah terkabul.

"Terimakasih, Ya Allah!"

Anita menuju ke arah Andromeda dengan langkah yang tegap dan mantap, setelah sejarak dua kaki, diapun berkata; "Apakah kau ayahku?" Andromeda hanya mengangguk, memeluknya dan berkata, "maafkanlah ayah yang baru datang setelah tahun tahun tersulit, kalian jalani."

"Tau kah kau bagaimana ibuku berduka untukmu? Kupikir kau sudah meninggal, ayah!"

"Maafkanlah ayah, Nak!"

"Aku hanya ingin kau menjaga ibu. Demi aku dia banyak menderita."

Anita banyak mengisahkan tentang aku, yang berjuang untuk menghidupinya, walaupun dengan sikap kasar dan nampak tidak menyukainya, padahal selama ini tersimpan dengan apiknya, rasa sayang ku untuk nya di kotak memori. Tapi entah bagaimana bisa, dia mengetahui bahkan sampai sedalam ini.

Menghampiri dirinya dan berkata, "jadi kau tau tentang perasaan ku kepadamu dan tentang Pak Burhan?"

"Ibu, aku anakmu. Bagaimana pun."

"Maafkan aku sehingga kau hampir saja di rudapaksa untuk kedua kalinya. Bahkan kau hidup dalam fitnah. Aku sudah mendengar banyak cerita dari orang orang di kampung."

"Sudahlah! Aku harus bekerja. Ku tinggal kalian berdua."

Andromeda meraih tanganku dan berkata, "jangan bekerja lagi. Aku sudah di sini. Biarkan aku yang bertanggungjawab atas diri kalian."

"Kau sudah cacat! Lalu apakah harus mengurusimu juga? Hidupku sudah susah. Uang yang kau bawa ini tidak akan pernah cukup untuk biaya selanjutnya ...."

"Aku tidak se-miskin itu, Meiday. Izinkanlah aku untuk meminangmu. Aku tau ini sudah sangat terlambat, akan tetapi tidak untuk berhenti."

"Mas aku sudah tidak ingin berhubungan lagi denganmu, bukankah kita sudah putus lama, bahkan sebelum ada janin tersebut di dalam rahimku?"

"Aku tidak bisa melupakan kisah kita, walaupun sedetik saja, Meiday. Jangan kembali menolakku untuk kali ini saja."

"Ibu, tanganmu sudah cukup menyeka air mata. Ayah sudah pulang, kita bisa bersama-sama untuk mencapai kebahagiaan."

Terkejut dengan apa yang baru saja kudengar. Mengapa bisa anak berusia sembilan tahun ini, berbicara seperti orang dewasa.

"Meiday! Jangan menolak, ya! Aku janji tidak akan menyuruhmu untuk merawatku. Ada banyak pelayan yang akan membantu semua kebutuhan kita."

Pada akhirnya akupun menyetujui apa yang menjadi keinginan dari mereka. Mungkin sudah waktunya aku kembali terikat, oleh cinta yang membawa banyak sekali kesedihan di dalamnya.

"Baiklah, Mas! Anita maafkan aku yang belum bisa menjadi sosok ibu, yang bisa kau banggakan."
ariemail
bukhorigan
bukhorigan dan ariemail memberi reputasi
5
1.1K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan