- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[ Cerita Horor ] Imah Leuweung


TS
diosetta
[ Cerita Horor ] Imah Leuweung
Spoiler for Makhluk di Pohon Beringin Asrama:
Desa Sukmaraya (nama disamarkan)...
beberapa rentetan kejadian yang memakan korban menyebabkan warga desa dilarang untuk keluar saat matahari terbenam.
Beberapa orang ditemuka terluka dan hampir kehilangan nyawa akibat serangan makhluk halus bertubuh besar yang belakangan diketahui dengan nama "Lelepah".....
![[ Cerita Horor ] Imah Leuweung](https://s.kaskus.id/images/2021/04/29/592757_20210429054943.jpeg)
Spoiler for "Imah Leuweung":
IMAH LEUWEUNG
Sudah satu minggu aku tinggal di kampung ini , Kampung Sukmaraya yang terlelak di kaki gunung Gede. Sebenarnya tujuanku ke sini adalah untuk mengurus berkas-berkas, untuk persiapanku melamar kerja di kota asalku di jogja.
Dulu aku sempat tinggal cukup lama di sini, sampai akhirnya, aku Pulang kejogja dan belum sempat merubah berkas kependudukanku.
Perkenalkan namaku Dananjaya Sambara , panggil Danan saja. Setelah lulus , aku bekerja di pabrik gula pamanku di area klaten , namun karena suatu hal, aku memutuskan untuk tidak bekerja lagi di tempat itu, dan mencoba melamar di perusahaan swasta.
Di kampung ini aku tinggal di rumah budeku , sebuah rumah di perkampungan yang cukup padat, dengan pemandangan yang selalu membuatku rindu, yaitu sebuah pohon beringin besar yang selalu bisa dilihat dari sudut manapun kampung ini. Bahkan, saat inipun aku masih menatapnya dengan ditemani secangkir kopi pahit dan sebatang rokok.
“ Masuk A, sudah mau maghrib.. “ tiba-tiba suara seorang ibu yang lewat memecah lamunanku.
“ Njih bu… eh, maksudnya.. iya bu” saya lupa , saya sedang tidak di jogja.
“ Masnya bukan orang sini ya? “
“ Iya bu, saya dari jogja.. “ balasku
“ Mas, di kampung ini kalo sudah maghrib langsung masuk ke rumah ya.. jangan keluar-keluar , habis ada insiden” Cerita ibu itu.
“ Iya bu… sudah dibilangin juga sama bude, terimakasih diingatkan” balasku
“Mangga A “ Pamit ibu itu..
Cerita ini memang sudah menyebar di seluruh kampung , sudah hampir satu bulan dibuat aturan tidak tertulis, bahwa setelah maghrib warga dilarang keluar rumah.
Berdasarkan cerita warga, sempat ada kejadian misterius, dimana seorang anak hilang di kampung ini, dan ditemukan tak bernyawa di pinggir sebuah sumur ,dengan kondisi tidak utuh seolah diserang oleh hewan buas.
Selain itu, ada saksi juga seorang pemuda yang diserang sesosok makhluk besar saat sedang berjaga malam.
“Punten… Mas Danan sudah siap?” Panggil Kang Asep salah satu warga desa sini.
“Sudah kang, sebentar…” jawabku
Malam ini kita sudah janjian untuk melakukan sisir kampung bersama beberapa warga di sini. Bude Ranti memang memintaku untuk membantu warga sini untuk menyelesaikan masalah yang membuat desa ini menjadi sangat mencekam.
“yang ikut berapa orang kang asep?” tanyaku
“hari ini cuma kita bertiga mas , begitu saya info Mas Danan mau ngecek ka imah leuweung, yang lain ga mau ikut ” jawab Kang asep
“ Ya udah , ga papa… toh kita Cuma ngecek aja, Satu lagi siapa?”
“Pak Kuswara , itu lagi ngabisini rokok dulu…” Lanjut kang Asep
Pak Kuswara adalah salah satu sesepuh desa sini, dia biasa dipercaya untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan hal ghaib di desa ini.
“Malam Pak Kus… “ Sapaku
“Malam Mas Danan… sudah persiapan? “ Balas Pak Kuswara.
“Sudah Pak… semoga ga ada halangan yang berarti”
“Ini coba Mas Danan pegang… nanti dibalikin ke saya setelah kembali dari imah leuweung.” Perintah Pak Kuswara sembari memberikan sebuah kujang kecil , saya tau dengan jelas bahwa ini adalah pusaka.
Yang saya khawatirkan , jangan sampai energi di kujang ini bentrok dengan energi yang ada pada saya. Namun, saya tetap menerimanya karena Pak Kuswara pasti punya tujuan menitipkan benda ini pada saya.
Imah Leuweung adalah sebuah rumah yang rumah yang lokasinya berada di tengah hutan di pinggir kampung , dulunya rumah ini adalah tempat singgah untuk para pekerja di kebun karet, yang berlokasi tepat di sisi belakang hutan ini. Semenjak perkebunan sudah tidak beroperasi, tempat ini sangat tidak terawat.
Saat sampai di perbatasan kampung, kami tidak melihat lagi jalan setapak, kecuali rumput-rumput yang setinggi mata kaki , di depan kami ada hutan dengan pohon jati yang menjulang tinggi .
Kondisi jalan yang gelap dan sunyi memaksa kami untuk berjalan lebih hati-hati.
“Mas Danan, masih mau lanjut…? “ Tiba-tiba suara pak Kus memecah keheningan.
Sepertinya Pak Kus sudah sadar dengan kondisi di sekitar sini.
Aku menengadahkan kepala dan melihat kondisi sekeliling hutan ini.
“Sialan… “ umpatku dalam hati.
Rupanya rasa gelisahku disadari oleh kang asep.
“Emangnya, Ada apa Mas Danan? “ tanya kang asep penasaran.
“ Pocongan… “ jawabku.
“Astaga….. Mas Danan , Kenapa diomongin sih.” Keluh Kang Asep sambil mengernyitkan mukanya.
“Lah, kan kang asep yang nanya… ini juga baru sedikit, kayaknya semakin malam semakin banyak yang bakal muncul..” Lanjutku
“Jadi masih mau lanjut Mas Danan? “ tanya Pak Kus lagi
“Segini banyak makhluk yang jagain tempat itu, pasti ada sesuatu yang besar di sana.. kita lanjut dulu gmn pak?”
“Kang Asep kalo ga kuat tunggu di sini dulu aja…” lanjutku
“Enak aja, Mas Danan jangan becanda .. masa saya ditinggal di sini sama makhluk2 itu” balasnya dengan kesal.
“Ya sudah , kita pasang perlindungan dulu.. “ perintah Pak Kus.
Segera Pak kus duduk bersila dan membacakan beberapa amalan yang ku kenal adalah ilmu perisai batin .
Tak ketinggalan akupun mengambil posisi yang sama dan merapalkan ajian muksa pangreksa dengan tujuan menutupi kami bertiga dari niat jahat makhluk yang ada di sini.
Kami melanjutkan perjalanan, pepohonan dan semak belukar semakin lebat menghalangi jalur yang kami lewati.
Hanya suara angina dan langkah kaki yang terdengar saat ini.
….
….
“A , Bade angkat Kamana? (mas mau pergi ke mana) “ mendadak suara seorang perempuan mendekati kami.
Jelas saja kami tidak menghiraukan suara itu ,
Kami mempercepat langkah kaki , dan sebuah rumah gubuk tua yang hampir tak berbentuk mulai terlihat.
Sekali lagi terdengar suara dari semak semak.
“naon anu anjeun lakukeun di dieu?” (apa yang kalian lakukan di tempat ini) suara wanita itu terdengar lagi, namun disertai suara semak-semak yang tersibak seolah dilewati hewan hutan.
Kamipun menoleh, dan apa yang kami lihat…
Sesosok wanita dengan wajah yang tak berbentuk dengan bola mata yang tidak lagi ditempatnya , rambutnya terurai di tanah dengan tubuh bawah berbentuk ular dengan sisik berwarna hitam.
Seketika aku kembali merapalkan amalan-amalan untuk mengusir makhluk itu dari sini , namun sebelum selesai makhluk itu mengatakan
“Urang henteu maksad nganyenyeri, ngan ukur ngingetkeun anjeun..” (saya tidak bermaksud menyakiti, saya hanya memperingatkan kalian) ucap makhluk itu.
“brukk!” suara kang asep jatuh terduduk
“ Naon eta siaaa… “ (apaan itu sialan?) teriak kang asep yang mukanya mulai pucat.
Kukira hanya Pak Kus dan saya yang bisa melihat makhluk-makhluk ini, entah kenapa siluman ini bisa dilihat sama kang asep.
Perjalan kami dilanjutkan dengan sedikit gangguan-gangguan , namun akhirnya kami sampai juga di lokasi yang kami tuju..
.. imah leuweung.
Sekilas bangunan ini seperti tidak pernah di datangi oleh manusia lagi. Atapnya yang bolong , kayu-kayu yang jatuh termakan rayap benar-benar membuat orang tidak peduli dengan bangunan ini.
Aku memberanikan diri memasuki pekarangan rumah tersebut. Alangkah terkejutnya , Puluhan… tidak, mungkin lebih… makhluk putih yang mengganggu kita sepanjang perjalanan tadi muncul berkumpul di sini mengepung kami.
Ya, itu Pocong…
Aku sedikit gentar, belum pernah aku melihat pocongan sebanyak ini di satu tempat. Bukan masalah hantu pocong ini.. tapi makhluk apa yang ada di dalam rumah itu , sehingga bisa memiliki tumbal sebanyak ini.
Aku merasa belum siap , namun lain dengan Pak Kus dia hanya memandangku dan memastikan keputusanku.
Kemampuan Pak Kus Jelas mumpuni, tapi untuk mengurus semua ini terlalu beresiko, oleh karena itu aku tetap dibutuhkan .
“Jangan nekat mas… “ peringat pak kus dari belakang.
Aku tetap berusaha maju , dan para pocong itu mendekatiku , kakiku dicengkram oleh makhluk yang aku sendiri belum sempat melihat bentuknya.
Tetesan liur dari wajah yang tak berbentuk menetes di telapak tanganku. Rasa gatal yang tak tertahan muncul dari bekas liur itu.
Segera aku melindungi diri dengan amalan penyembuh luka ghaib dan membakar makhluk itu. Namun jumlah mereka yang tidak terhitung tidak memberiku ruang.
Pak Kus mengeluarkan pusaka berbentuk mata panah yang segera ia bacakan doa dan melemparnya ke tanah.
Sontak , setengah dari makhluk itu terbakar dan menghilang.
“ Rupanya benar, dibawah tanah ini terkubur puluhan mayat ,g kemungkinan mereka para pekerja kebun karet yang menghilang” ucap pak kus
Bagaimana dengan kang asep? Dia bersembunyi di dekat pak kus , tidak ada makhluk yang menyerangnya.. kemungkinan ia juga dibekali pusaka oleh pak kus.
Tidak terima dengan serangan Pak Kus , sesosok makhluk bertubuh ular mencoba menyerangku dan melilitku dengan ekornya.
“saha maneh wani ngaganggu tempat ieu?”(siapa kalian berani mengganggu tempat ini) ucap makhluk itu sambil melilit tubuhku.
Badanku mulai lemas, rupanya siluman ini bukan siluman biasa .
Bisa jadi makhluk inilah yang meminta tumbal sebanyak ini.
Aku membaca ajian pembakar tapi makhluk itu tidak bergeming , amalan pedangpun Nampak tidak berguna untuk makhluk ini.
Pak Kus mencoba membantuku , namun ia disibukan oleh puluhan makhluk halus dari seluruh penjuru hutan yang menyerang bersamaan.
Nampaknya tidak ada pilihan lain,
aku melepaskan sukmaku dari raga, dan menyerang siluman ular itu dengan keris pusaka yang telah menyatu dengan sukmaku.
Makhluk itu kesakitan dan teriak dengan suara yang hampir terdengar ke seluruh hutan.
Makhluk itu terlihat sangat marah , belum sempat aku kembali ke ragaku , siluman jahanam itu menggigit pergelangan tanganku dan menariknya hingga terputus.
“Sialan !” Teriakku sambil berusaha menyatukan ragaku.
Aliran darah segar membasahi bajuku dan meneteskan darah yang tidak sedikit. Rasa sakit yang tak tertahan membuatku terguling di tanah.
“Mas Danan !” Teriak Kang asep yang segera berlari ke arahku.
Pak Kus menyusul kang asep, namun sebelum sampai di tempatku sebuah pukulan dari makhluk raksasa menghempasnya hingga terguling.
Kang asep mencoba mengikat lenganku, namun siluman ular itu merebut dan melilitku. Aku mencoba kemungkinan terakhir, menarik keris itu dari sukmaku dan merapalkan mantra yang diturunkan oleh leluhurku
Jagad lelembut boten nduwe wujud
Kulo nimbali
Surga loka surga khayangan
Ketuh mulih sampun nampani
Tekan Asa Tekan Sedanten…
Mendadak langit menjadi gelap , hujan turun begitu deras dan muncul sesosok mahkluk
Seorang kakek tua bungkuk berambut putih panjang tergerai menembus rintikan hujan.
“Debog Bosok pancen Asu.. ono opo kowe nyeluk!” (cucu kaya anj** ngapain kamu manggil2) umpat makhluk itu.
“Nyuwun pangapuro mbah…rrrgghhh, kulo nyuwun pitulung” (maaf mbah, aku minta pertolongan) ucapku dengan berusaha sekuat tenaga.
Kakek tua itu tertawa seperti orang gila , berlari dengan tangan di bawah seperti anjing dan menghampiri siluman ular yang melilitku.
Belum sempat siluman itu berbicara, kakek tua itu segera memasukan tangan ke mulut siluman itu dan merobeknya dengan keji sambil tertawa.
Tidak puas sampai di situ ia mengambil badan siluman itu dan memakan dadanya dengan buas hingga darah hitam bermuncratan di tanah.
“Gila! Makhluk sekuat itu dihabisi tanpa ampun..” pikirku.
Tidak berhenti di situ , pocong , raksasa, makhluk tanah dihabisi dengan begitu brutal seolah tubuh mereka hanya terbuat dari kapas.
“Uwis mbah!” teriaku.
Seolah tidak mendengarkan, makhluk berwujud kakek tua itu tetap mengamuk sambil tertawa cekikikan sambil menggila bahkan tak luput ,wajah kang asep tersapu oleh cakaran kakek itu.
Aku semakin khawatir, kakek itu berlari menuju pak Kus
“Sial, maksudku menyelamatkan diri malah memanggil masalah baru…” gerutuku
Aku berlari sebisaku dengan luka disekujur tubuhku .
Makhluk itu semakin dekat, mencoba menyerang pak Kus namun mendadak berhenti.
“kulo dudu mengsahe panjenengan” (Saya bukan musuhmu) mendadak Pak Kus berbahasa jawa.
Kakek itu seolah memandang sosok di belakang pak kus dan kembali ke arahku.
Aku segera menarik kembali keris pusaka ke dalam sukmaku dan sosok kakek itu perlahan menghilang.
“sing tak pateni kuwi dudu empune , ojo ngelawan nek kowe durung siap “
(yang aku lawan itu bukan empunya, jangan ngelawan kalau kamu belum siap)
“nanging, sopo wae sing wani gawe loro keturunanku, urusane mbek awake dewe”
(tapi siapa saja yang berani menyakiti keturunanku , harus berurusan dengan saya)
Makhluk itu menatap kang asep dan menghilang bersama rintikan hujan yang berhenti bersamaan.
“Kita kembali dulu “ ucap pak kus sembari membantuku berdiri
…
…
Tak terasa waktu sudah mendekati subuh , kami keluar hutan dan berniat segera mencari pertolongan.
Rasa nyeri merayap di seluruh tubuhku, aku takut tidak mampu bertahan sampai pertolongan datang.
“Mas Danan, sekarang kujangnya sudah bisa dikembalikan “ ucap Pak Kus tiba-tiba.
Aku mengeluarkanya dari saku dan segera mengembalikanya ke Pak Kus. Saat pusaka itu berpindah tangan mendadak pusaka itu retak dan pecah.
Aku bingung dengan kejadian itu, tapi hal aneh terjadi.. semua lukaku hilang , lenganku kembali muncul.
“Ini maksudnya apa pak?” tanyaku ke Pak Kus
“Kujang ini adalah pusaka pengganti raga, dia menyimpan raga manusia tepat pada saat kujang ini diterima”
“Saat pusaka ini dilepas , dia akan mengembalikan raga seperti sedia kala. Dan akan hancur saat tugasnya selesai “ jelas Pak Kus.
Gila, aku tidak menyangka ada pusaka sehebat ini. Seandainya saja aku bisa memilikinya lagi.
“Terima kasih Pak Kus , pantas saja Pak Kus membiarkan saya menghadapi makhluk itu sendirian” ucapku
Akhirnya aku kembali ke rumah bude Ranti , dan sedikit menceritakan tentang kejadian semalam.
Beliau cukup kaget dan tidak menyangka kondisinya separah ini.
“Kalau ada banyak tumbal , harusnya ada pemilik yang memelihara makhluk itu” ucap bu Ranti
“Tapi siapa? Kita tidak bisa menuduh warga seenaknya.. kecuali ada petunjuk”
“ada dua makhluk yang mengumpulkan tumbal , siluman ular yang sudah mati dan sesosok makhluk raksasa yang membuat Pak Kus kewalahan” Jelasku
“Seperti Buto atau Genderuwo? “ Tanya Bu Ranti
“ Bukan , agak berbeda saya sendiri tidak tahu itu makhluk apa” jawabku
..
..
“Lelepah” Tiba tiba seorang anak kecil menyerobot pembicaraan kami.
Itu Dio , seorang anak kelas 4 SD yang dititipkan oleh orang tuanya di sini untuk bersekolah.
“ Apa? Lelepah? Kamu pernah liat?” Tanyaku ke Dio
“Pernah, pas hujan di kebun belokan setelah tanjakan setelah gerbang masuk perkampungan ini” Jawabnya
“Kamu ga ngarang kan Di?” Tanya Bu Ranti, walau Bu Ranti tahu Dio bukan anak yang suka berbohong.
“Ngga Bu , Makhluk itu menggigit entah apa yang mengeluarkan darah” Jelasnya sambil terlihat menahan rasa takut.
Jika ucapan Dio benar , kemungkinan yang digigit Leleupah itu adalah tumbalnya. Dan tanah tempat makhluk itu mengeksusi tumbalnya sudah pasti rumah sang pemilik ilmu.
“Mas Danan, kebun setelah tanjakan yang diceritakan Dio, bukanya itu rumah majikanya Kang Asep?” ucap Bu Ranti gelisah....
Spoiler for "Urutan Cerita ":
![[ Cerita Horor ] Imah Leuweung](https://s.kaskus.id/images/2021/04/29/592757_20210429055410.jpg)
1. Makhluk di Pohon Beringin Asrama
2. Imah Leuweung
3. Imah Leuweung - Tumbal Pertama
4. Imah Leuweung - Perang Ghaib
5. Imah Leuweung - Penyesalan
6. Imah Leuweung - Brakaraswana
7. Imah Leuweung - Para Penghuni Neraka
8. Imah Leuweung - Penebusan 20/5/2021 TAMAT
9. Imah Leuweug - EpilogTerbaru 2/6/2021 Epilog
Diubah oleh setta 08-04-2022 09:08






itkgid dan 67 lainnya memberi reputasi
66
39K
Kutip
160
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan