Kaskus

Story

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Biduk Tak Bersauh (Sajak Hening 1)
BIDUK TAK BERSAUH (Sajak Hening 1)

Biduk Tak Bersauh (Sajak Hening 1)

Batin yang sedang erat bertautan.
Tak akan pernah saling meninggalkan.
Meski jarak senantiasa memisahkan.
Sebab ia tahu arti sebuah pengorbanan.

Sengaja ku dobrak pintu hatimu.
Sekedar menengok sisa-sisa rindu.
Yang dulu sempat kutitipkan kepadamu.
Ingin ku raih lagi pecahan asmara itu.

Andai ada retak di wajah mu yang lusuh.
Akan kusirami rindu walau kau tak butuh.
Agar kau lirik kembali biduk tak bersauh.
Kini berlabuh di dermaga mu yang rapuh.

Cobalah berbagi kesedihan denganku.
Tak peduli sepahit empedu nestapamu.
Apapun dari mu bagi ku arak tercandu.
Karena tanpa mu gemerlap dunia terasa pilu.

Kau Yang Tak Pernah Beranjak Dari Ingatanku ....

Dengarkanlah pinta ku.
Bersandar manjalaah di bahu ku.
Hingga sirna bercak-bercak letih mu.
Sampai redah segala lelah mu.

Lantas setelah semuanya binasa.
Kembalilah pada tujuan mu semula.
Mencari rumah bangsalan pelipur lara.
Agar keluhmu dapat berbaring di sana.

***


Dari perpisahan yang kau suka.
Alangkah eloknya aku berduka.
Sehingga betapa gembira terasa.
Ketika kembali ku berbahagia.

Dari perpisahan yang kau gagas.
Ada baiknya aku meringis menangis.
Agar nuansa terasa betapa romantis.
Bila tiba masanya ku tersenyum manis.

Dari perpisahan yang kau pinta.
Kadang aku cenderung merana.
Supaya terasa betapa bahagia.
Dikala kita kembali bersua.

Sekiranya detik ini kita harus berpisah.
Sebaiknya juga aku rela dan pasrah.
Agar hidup ini terasa betapa mesra.
Jika tiba saatnya kita berjumpa.

Harapan ku kita bisa saling usung.
Walau hanya lewat rima-rima puisi usang.
Agar dukamu dukaku abadi terpasung.
Pada bait aksara para pujangga ulung.

***


Kala angin berhembus dingin melarut.
Di setiap derainya mengepul kabut.
Tak ada senyuman merekah lembut.
Mengiringi kelakar gayung bersambut.

Tinggallah ratapan mengukir derita.
Bayangan memanjang goreskan lara.
Dari rundukkan prahara singgasana.
Gerayang panasnya menggerogoti gelora.

Angin membisu di titik misteri nan mencekam.
Kala gulita merambat angin kian muram.
Bias mentari menjadi saksi dalam diam.
Berpendar buliran air mata hiasi kelam.

Angin kembali berhembus sambil berbisik lirih.
Sampaikan kabar usang bertajuk pedih.
Tentang Sang Petarung yang dulu tangguh.
Kini terburu nafsu tergerai rapuh.

Semangat juangnya menurun drastis.
Ketika kecurangan menjadi praktis.
Manakala kejujuran tak lagi elastis.
Seiring kebohongan menyulam strategis.

Apa mau di kata semuanya telah terjadi.
Hampa nalar kian terasa mendera hati.
Memasung imaji saraf pun menjadi nyeri.
Sang Petarung ingin meradang namun tak berani.

Sebab nurani tak lagi di depan.
Keresahan pasti mengambil peran.
Disitulah Sang Petarung kan terbebani.
Karena takut pada kekuasaan tirani.

Inilah jejak langkah Petarung semu.
Penuh getir bermada sendu.
Tercekam batin di tepian waktu.
Sisakan keluh-kesah nan membatu.

*===*
gramediapubl701Avatar border
penikmatbucinAvatar border
penikmatbucin dan gramediapubl701 memberi reputasi
4
290
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan