Tertakdir terlahir di dunia adalah sebuah anugerah. Rabb pencipta juga membekali panduan lengkap dalam menjalani kehidupan.

Hanya saja, manusia seringkali lalai bahkan sengaja mengabaikan pesan-pesan dari sang maha pencipta. Manusia justru sering kali menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat untuk kehidupan abadinya kelak.

Berikut beberapa kesibukan manusia-manusia yang terlena dengan kehidupan dunia:


Mulai dari mata terbuka hingga menjelang malam, ada beberapa manusia yang hanya disibukkan bagaimana strategi-strategi agar mudah mencari uang, agar uang cepat mengalir ke rekening-rekening mereka.

Lebih parahnya jika kesibukan itu benar-benar melalaikan manusia dari hakikat penciptaannya. Bahkan tidak memikirkan atau mempertimbangkan halal dan haram dalam memperolehnya.

Padahal semua itu akan dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya. Tidak hanya itu, jika telah terkumpul banyak, lalu tiba-tiba rabb pencipta mencabut nyawanya, lalu untuk apa uang-uang dan harta yang dimilikinya?



Selain uang, harta dan kekayaan, sebagian orang ada yang gemar sekali menyibukkan diri dengan memikirkan ketenaran, segala bentuk upaya diusahakan hanya demi ia dikenal oleh banyak orang.

Orang semacam itu hanya menginginkan disanjung dan dipuja-puja, itulah baginya sebuah kebahagiaan. Padahal rabb sang pencipta telah menunjukkan siapakah manusia yang mulia itu?



Manusia mulia menurut sang pencipta bukanlah orang yang memiliki banyak pengikut, banyak penganut yang menyanjung dan memujanya. Menurut Rabb semesta alam, manusia mulia adalah yang paling bertaqwa di hadapannya. Lalu, untuk apa repot-repot dan sibuk hanya mencari popularitas?


Bagian ketiga adalah manusia-manusia yang mungkin lupa, bahwa dunia hanya tempat singgah. Sehingga ia sangat panjang mengangankan hidup di dunia itu lama, lalu yang memenuhi pikirannya adalah bagaimana mengangankan ini dan itu yang sia-sia.

Di mana tidak dapat menjadi bekal untuk berpulangnya di kehidupan yang kekal kelak.




Orang-orang yang menganggap bahwa kehidupan itu ya hanya dunia, ia tidak meyakini bahwa ada kehidupan yang lebih kekal dan abadi, yaitu kampung akhirat, maka umumnya mereka akan menikmati kehidupan dunia dengan hanya bersenang-senang.

Mereka tidak memikirkan benar-salah, baik-buruk, yang ada di benaknya hanya bagaimana ia hidup senang menurutnya sendiri, bukan menuruti sang pencipta.




Ada sebagaian orang yang beranggapan bahwa materi itu segala-galanya, sehingga ia dapat membeli apa itu umur dan kehidupan.

Kebanyakan orang semacam itu akan takut mati. Mereka ingin hidup di dunia lebih lama, menikmati gemerlap dunia sepanjang hidupnya. Hidup tanpa aturan, peraturan hanya apa menurutnya suka, menyenangkan atau menguntungkan.



Itulah beberapa hal yang dapat menipu manusia sehingga kecintaannya kepada kampung akhirat lebih kecil dibanding godaan dunia.