- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cinta Ini Bukan Hayalan


TS
nona212
Cinta Ini Bukan Hayalan
Spoiler for Instagram:
Quote:
"Dia (cinta) menghidupkan, menggerakkan, juga menumbuhkan sel-sel kehidupan, bahkan bisa membakar seluruh dunia, antaranya. Namun bisa mematikan pula, walau demikian, napasnya naik turun, bisa bertahan lama, atau bahkan sekedarnya saja, tergantung kepada bahan yang cocok dan pas menurut takaran yang semestinya, untuk sebuah ikatan rasa di antara ujung lidah yang sangat memahami setiap kecapan kecapannya berproses."
Spoiler for prolog:
Seperti memori terpisah-pisah, lalu menjadi beberapa bagian seperti puzzle, terpasang tetapi tidak sesuai dengan tempatnya, lalu pada akhirnya menghilang dan mati. Seperti itulah kisah cinta Issa, yang hanya bisa di terbangkan oleh angin dan lenyap tanpa bekasnya.
Apalagi saat mengetahui bahwasanya semua itu hanyalah fatamorgana lepas, menyerbuk hingga timbunan nya membengkak di dalam, padahal baru saja membuka jendela mata hatinya.
Quote:
Pagi yang cerah, Issa bersemangat untuk pergi ke taman, karena Iwan memberitahu bahwasanya dia ingin membicarakan sesuatu yang menurutnya sangat penting.
"Hai, Mas Iwan!"
"Hai cantik!"
"Ada apa, Mas?"
"I love you."
"Issa juga sayang, Mas!" Sambil memeluk Iwan."
"Menurut Issa, apakah Linda akan menerimaku?"
"Maksudnya, Mas?
"Aku sudah lama menyukai Linda. Kakak sepupumu itu. Dia harus menjadi milikku sekarang."
"Tapi, Mas ... Issa sudah terlanjur jatuh cinta duluan."
"Sa, aku hanya menganggapmu sebagai adik saja. Kau cantik, carilah yang lebih membuatmu bahagia. Tapi bukan aku."
"Tapi isa hanya suka, Mas saja! Tidak bisakah...."
"Maafkanlah aku, Issa."
_________________&&&&&&&&__________
"Blarrr"
Petir seolah-olah datang menyambar tubuh Issa. Tiba-tiba saja, seperti tersengat oleh ribuan volt aliran listrik, keseluruh bagian tubuh, bahkan tanpa henti-hentinya menyerang. Seperti ada rasa hangat, tapi sangat menyakitkan, terluka namun tidak berdarah-darah.
"Issa, issa, issa ...."
Tubuhnya tiba-tiba dingin, kaku dan tidak bergerak. Seperti ada yang salah dengan gerakan jantungnya pula, Iwan panik, namun tidak terlampau banyak bicara. Karena merasa bersalah, telah membuat gadis polos itu salah paham atas semua perhatian khusus yang diberikan olehnya.
"Maafkan aku ...."
Lantas Iwan menelpon abangnya untuk sesegera mungkin di tangani, agar tidak terjadi sesuatu yang buruk kepadanya. Dan dengan bantuan beberapa orang yang berada di sekeliling taman, pada akhirnya Issa di bawa ke rumah sakit. Walaupun ada rasa cemas yang membuat wajah Iwan pucat pasi.
_______________&&&&&&&&_____________
"Di mana dia, Wan?"
"Masih di UGD. Mungkin sebentar lagi mendapatkan kamar."
Barzah kakaknya Issa menuju UGD dan melihat kondisinya.
"Bagaimana keadaannya, Dok?"
"Lambungnya bermasalah dan .... Nanti kita lihat saja hasil rontgen nya."
______________&&&&&&&&&______________
Dingin, sepi dan berbau aroma apotik, ketika Issa membuka matanya, setelah mengalami pingsan selama beberapa jam.
Pandangan matanya kosong, tanpa harapan. Bahkan tanpa senyuman, apalagi saat Barzah, kakak sepupunya datang dan menggodanya dengan cara yang paling unik, yang biasanya mampu membuat guratan tawa, menghiasi pipinya yang saat ini nampak berwarna lebih pucat.
"Issa, ada apa sih! Katakan kepadaku, sayang."
"Aku mau tidur saja, Mas!"
"Hai, ceritakan lah kepadaku. Apa yang terjadi? Apakah nilai ujianmu buruk? Kali ini seburuk apa?"
"Aku tidak lulus di semua tes kehidupan."
"Don't worry! Masih banyak pintu cahaya yang akan terbuka jika kau tersenyum."
Namun Issa memilih untuk memejamkan matanya, menikmati alur rasa sakit dalam dadanya yang membuat nya kesulitan untuk bernapas dengan baik, seperti biasanya.
"Kau masih kesulitan untuk bernapas? Luruskan tubuhmu dan biarkan mesin yang membantu."
Issa hanya diam saja, sambil menatap ke seluruh ruangan. Tak seberapa lama kemudian, datang Iwan dengan membawa banyak makanan kesukaan Issa, juga buah-buahan. Dan Iwan pun membujuknya, untuk menikmati betapa manisnya buah-buahan yang dibelikan nya dan nampaknya masih sangat segar.
Ada rasa cemas yang nampak sekali pada wajah Iwan, mendekati Issa, lalu mencoba untuk menyuapinya. Namun Issa menolaknya dengan alasan mengantuk.
Akhirnya Iwan pun pergi dan meninggalkan Issa, karena Barzan memberikan sandi untuk meninggalkannya sendirian.
"Kak, apakah Issa baik-baik saja?"
"Pasti! Dia bukan gadis yang lemah."
"Tapi kenapa dia tiba-tiba pingsan tak berdaya?"
"Karena sistem imunnya sedang tidak bagus. Tenanglah! Dia pasti akan tersenyum esok lusa, jangan khawatir. Linda sudah menunggumu, jangan biarkan wanita menunggu terlampau lama."
"Oh iya, Kak! Pamit pulang. Assalamualaikum wr wb."
"Waalaikum salam wr wb."
Nampak pandangan mata Linda seperti tidak menyukai mata Barzah. Walaupun mereka adalah kakak adik, namun hubungan mereka tidak berjalan dengan baik, seperti kepada Issa. Walaupun pada dasarnya mereka hanya sepupuhan saja.
________________&&&&&&________________
Dokter masuk ke ruangan, memeriksanya dan menyuruh Issa untuk menstabilkan emosi dalam diri, agar kesehatannya bisa lekas membaik. Namun nampaknya Issa tidak mau mendengarkan apa yang dituturkan oleh dokter.
Dan Sepertinya tubuh Issa saja yang ada di sana, namun jiwanya tidak terhubung dengan keadaan di sekelilingnya. Pandangan matanya sangat kosong, bahkan tanpa keinginan untuk melihat keindahan senja, yang biasanya di nantikan olehnya, setiap hari, tanpa bosan, hanya untuk menikmatinya bersama dengan gitar kesayangannya, ataupun secangkir kopi robusta.
Selepas dokter memeriksa, beberapa jam kemudian, tiba-tiba Issa berhalusinasi. Dia melihat ibunya mendekatinya dan mengusap kepalanya yang sudah dingin oleh AC.
"Issa, is, issa. Waktunya minum obat, sayang!"
Ibunya dengan sabarnya membujuk untuk makan dan meminum obat. Namun Issa seperti enggan untuk membuka mulutnya. Bahkan menolak dengan berbagai alasan.
"Ibu, mulutku pahit. Tidak bisakah hari ini libur untuk minum obat?"
Barzah terkejut mendengarnya. Bahkan dia loncat dari tempat duduknya.
"Issa, sa, Issa. Sadarlah! Ibumu sudah berpulang sejak setahun yang lalu. Jangan membuatku khawatir, dek bangunlah!"
Barzah memanggil suster jaga dengan secepat mungkin. Keringatnya bercucuran, datak jantung nya terpompa lebih cepat dan rasa khawatirnya begitu sangat kentara pada wajahnya yang nampak sangat letih akibat bekerja seharian.
"Ya Rab, jangan lagi ambil seseorang yang aku cintai."
______________&&&&&&&------------------
Keadaan Issa membaik, setelah penanganan yang terbaik dari rumah sakit. Bahkan Iwan pun sudah bernapas dengan lega. Karena nyawa Issa bisa di selamatkan. Namun dia harus menjaganya dengan ekstra hati-hati mulai saat ini.
"Kak pulanglah! Issa berjanji untuk sehat dan menjaga diri."
"Percuma, dek! Di rumahpun belom tentu bisa memejamkan mata. Lebih baik di sini. Rasa khawatir akan segera hilang, saat senyuman di pipimu merekah."
Akhirnya Issa hanya bisa diam dan memakluminya saja.
______________&&&&&&&&&&&&________
Saat Barzah bekerja, Issa menghibur dirinya dengan ponsel pemberian dari pamannya, lalu berselancar ke dunia maya, berkelakar dengan kawan-kawannya yang tidak satupun dia ketahui wajah wajah aslinya, bahkan mereka tidak tahu keadaan dirinya, dia hanya ingin bersenang-senang dan bersemangat saja. Agar Barzah tidak mengkhawatirkan dirinya lagi.
Beberapa hari berselancar di media sosial, pada akhirnya dia berkenalan dengan seorang pria, yang datang menyapanya melalui inbox. Bahkan banyak sekali bahan pembicaraan yang membuat Issa tertarik untuk berdiskusi, bahkan sampai-sampai membicarakan masalah bukunya, yang sudah terjun ke pasaran, beberapa waktu yang lalu.
Tak menyangka bahwasanya ada yang menyukai tulisannya yang telah berbentuk novel. Bahkan tertarik untuk mengetahui bagaimana caranya berimajinasi, membuat sebuah kisah cerita horor komedi, yang membuatnya tertawa terbahak bahak, sekaligus terguncang, karena setelah tawa lepasnya menghilang, tiba-tiba harus merasa ketakutan, karena kalimat-kalimat yang di tulis oleh Issa, seperti real, benar-benar seperti membangunkan rasa khawatir yang memuncak dan memunculkan rasa takut yang maha dahsyat.
Dan dari situlah mereka kenal semakin dekat. Kedatangannya membuat Issa terhibur di rumah sakit, karena ternyata dia memiliki kelebihan untuk membuat banyak orang terhibur.
"Hai Issa, apa kabarmu hari ini?"
Kalimat inilah yang sering di bacanya, ketika membuka ponsel. Hingga pada akhirnya Issa seperti terhipnotis untuk selalu membuka ponsel dan bertukar pikiran.
"Issa, lagu ini cocok untuk novel edisi ke enam. Coba kau tuliskan kembali di akunmu sebagai media untuk mempromosikannya. Jangan lupa share lagu ini ya!"
Quote:

"Baiklah! Mungkin nanti malam aku akan mencoba menuliskan sinopsisnya. Namun dengan menyisipkan lagu ini juga. Bagaimana menurut kamu?"
Quote:

"Setelah aku mendengar liriknya, ternyata bagus juga. Jadi kepo untuk membacanya nanti."
Malam ini Issa menuliskan sinopsis dari novelnya dengan jumlah kata sebanyak dua ribu. Karena dia ingin menempelkan beberapa episode episode yang menarik dan banyak di sukai oleh para pembacanya. Dan tidak melupakan bagian bagian bab, yang paling di sukainya.
Setelah men-share tulisan pada akhirnya Issa tertidur pulas karena kelelahan. Dan keesokan paginya ketika dia terbangun dari tidurnya, yang masih berada di areal ruangan beraroma apotik, dia sangat terkejut. Tidak menyangka jika pembaca begitu tertarik kepada kisah ceritanya. Bahkan menginginkan buku tersebut.
Ada bagian komentar lain yang membuatnya begitu sangat terkejut, yakni berasal dari akun Iwan. Pria yang masih saja bercokol di hatinya.
"Selamat atas prestasi yang kamu dapatkan, Issa! Semoga lekas sembuh dan kembali ke sekolah."
Bagai di sambar petir ketika membacanya. Bahkan tangannya gemetar ketika hendak ingin membalasnya.
"Prang"
"Aduh pecah! Mamas sih masuk tidak mengetuk pintu."
Barzah memeriksakan dan berkata, "Nanti aku belikan lagi, sebagai gantinya! Sekarang pakai punya Mas dulu.'
"Tidak mau! Betulkah sekarang juga."
"Biayanya akan sangat mahal, lebih baik mengganti nya dengan yang baru, dek!"
"Tidak mau! Semua dataku ada di sana. Bagaimana kalau hilang? Bahkan ...."
"Iya akan aku betulkah. Ini pakai ponsel mas dulu, bawel."
"Ya dah sini. Ngeselin ihhh!"
"Monyongmu itu bisa bikin semua pria terpesona, dek!"
"Tau ah gelap!"
Barzah kemudian bergegas menuju konter terdekat untuk memperbaiki ponsel Issa. Namun di tengah jalan dia seperti melihat seseorang yang mirip dengan Issa, berdiri di antara pepohonan rindang di seberang rumah sakit....
Nah nah nah ... Siapakah dia?
.....trada dadadut.... mandutmandut.....
dah ah bersambung aja....






delia.adel dan 10 lainnya memberi reputasi
11
2.7K
Kutip
289
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan