Kaskus

Story

sakkahashira467Avatar border
TS
sakkahashira467
Guess Who Am I (Misteri, Thriller) Bab 10
#SabuSAbu_JP_Part2
#Project_MenulisNovel_30H

Guess Who Am I (Misteri, Thriller) Bab 10


Link bab 9 : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...6f316d0502862a


Link bab 8 : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...5b31374b01a857

Link Bab 7 : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...6c6906ca02414d

Bab 6 : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...cd5c3f9766e38b

Bab 5 : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...3c2a593e48b9f8

Bab 4 : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...066f388e462d9c

Bab 3 : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...c27d5481300fa4

Bab 2 : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...558e3ece6458d9

Bab 1 : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...ff08701e53f292

Sakka no Hashira

Bab 10 Kotak

***

Sepulang sekolah, bukannya pulang ke rumah. Illa justru pergi ke perpustakaan sekolah. Karena memang niatnya ingin membaca buku untuk mengalihkan pikirannya sejenak dari kenyataan.

"Halu dulu ye kan? Capek, kalo teringat itu kejadian tadi. Kepalaku sakit mikirin kenyataan hidup yang amat pahit, " keluh Illa sambil menatap beberapa novel yang di pajang di rak.

Dari sekian banyaknya novel yang terpajang. Illa justru memilih komik yang berada di rak sebelah.

"Novelnya ga ada yang menarik perhatianku jadi baca komik sajalah. Mweheheh...." katanya lalu duduk di salah satu bangku yang dekat dengan jendela.

Setelah itu, Illa fokus membaca beberapa komik yang diambilnya. Di dalam perpustakaan hanya ada Illa dan penjaga perpustakaan yang hobi tidur.

Ketika sedang asyik membaca. Illa menyadari ada satu orang yang datang ke perpustakaan. Awalnya Illa tidak peduli, namun dirinya dibuat terkejut karena orang tak dikenal itu duduk di sebelahnya.

"Dari sekian banyak bangku kenapa harus di sebelahku sih?!"gerutu Illa dalam hati.

"Kamu Illa?"

"Huh?!" Sontak Illa terkejut, mengetahui orang yang duduk di sebelahnya memanggil namanya. Dan dia adalah seorang lelaki.

"Ah, maaf telah mengagetkanmu, " sahutnya dengan senyum canggung.

Illa menatap lelaki di sebelahnya dengan tatapan menyelidik. "Ah, tidak apa-apa. Btw, kau siapa? Kok tahu namaku?"

Lelaki tersebut tampak tak nyaman dengan tatapan Illa. "Ah, namaku Keynan, aku dari 11 MIPA-3. "

"Oh, begitu. Kenapa kau memanggilku?" tanyaku cuek.

"Ah, soal itu. A-ada seseorang yang menitipkan sesuatu kepadaku untuk diserahkan kepadamu, "jawabnya dengan wajah tertunduk.

"Huh? Siapa?"

"Aku tidak tahu, ini barangnya, " ucapnya sambil menyerahkan sebuah kotak yang tidak diketahui apa isinya.

Illa sangat penasaran dengan isi kotak tersebut. Apalagi orang yang mengirimnya.

"Katanya, kau bisa membuka kotak itu ketika berada di rumah, "jelas Keynan.

"Ah, baiklah. Terima kasih. "

"Sama-sama. Kalau begitu aku izin pulang dulu, " katanya lalu bergegas beranjak dari kursi.

Illa hanya tersenyum, lalu melanjutkan acara membacanya yang sempat tertunda. Setelah menamatkan 2 komik, Illa memutuskan untuk pulang karena hari sudah semakin sore.

Entah mengapa Illa merasa ada yang tidak beres dengan kotak yang diberikan oleh Keynan tadi.

"Aku penasaran, siapa yang memberikan ini padaku. Apakah hal ini patut dicurigai? Pasalnya aku tak punya satupun teman dekat, apalagi keluarga."

Jika dipikir lagi, Illa juga tak pernah melihat Keynan di sekolah ini. Meskipun Illa tampak menyendiri, tetapi ia tahu betul wajah-wajah orang yang bersekolah di sini. Dan wajah Keynan sangat asing baginya.

"Ah, positif thinking saja, mungkin dia orangnya jarang keluar kelas. Maka dari itu terasa asing, " pikirnya.

Setibanya di rumah, Illa membuka kotak tersebut dengan cutter. Karena kota tersebut dilapisi dengan bubble wrap. Setelah menyobek bubble wrap Illa langsung membuka kotak tersebut.

"Kok perasaanku ga enak ya?"

"AAA!" Illa menjerit ketakutan saat mengetahui isi di dalamnya adalah sebuah jari kelingking manusia. Tanpa sadar, Illa melempar kotaknya karena begitu syok.

"ITU JARI SIAPA?! MASIH ADA DARAHNYA PULAK!"

Takut, gelisah, dan marah, rasanya benar-benar campur aduk. Illa tak bisa tenang jika ada orang yang mengirimnya barang seperti itu. Illa yakin itu adalah hari manusia yang dipotong.

"Si-siapa sebenarnya yang sedang mempermainkan ku hah? Dan kenapa harus aku? Apakah aku pernah berbuat salah?"

Menangis, Illa benar-benar ketakutan sekarang. Apalagi ia hanya sendirian tidak ada siapa-siapa. Illa tak tahu harus bagaimana. Meskipun, Illa tampak begitu tegar nyatanya hati dan jiwanya begitu rapuh.

Illa merasa orang yang membunuh ayahnya pasti menginginkannya mati juga. Bagaimanapun, Illa adalah anak kandungnya.

"Kenapa ini harus terjadi padaku?"

Illa masih begitu syok, tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Tetapi, di sisi lain, Illa juga tak ingin terlihat lemah dan rapuh. Ia ingin menghadapi teror ini dengan tegar dan berani.

"Sudah Illa, jangan menangis. Kamu kuat kok, "ucap Illa menyemangati dirinya sendiri sembari menghapus air matanya.

Menghela napas panjang, Illa mencoba mengambil kembali kotak dan jari yang sempat terpental ke bawah sofa. Illa baru sadar bahwa ada sepucuk surat di dalam kotak tersebut.

Lagi-lagi Illa menarik napas panjang untuk mengusir ketakutannya. Meskipun begitu, tangannya masih tampak gemetar.

Hai! Kau pasti sudah menerima hadiah dariku kan? Bagaimana rasanya? Aku yakin pasti kamu sangat senanggg!!! Aih, aku juga senang mengirimkan hadiah untukmu. Kesenangan dalam ketakutan adalah hal terbaik yang harus kita berdua rasakan bukan?

.....

Kapan ya, aku bisa berbicara denganmu secara langsung? Mungkin ... kalau sudah saatnya?

....

Ah, ada satu hal yang ingin kusampaikan padamu.

Terima Kasih, Vila Senate.

19*4*21


Otaknya kembali dibuat pusing dengan kata 'terima kasih', yang sama sekali tidak bisa Illa mengerti. Ditambah, angka yang tertera di kertas itu.

"Kenapa orang ini berterima kasih? Psikopat ini sudah gila ... eh, psikopat emang gila sih. Gak ada yang namanya psikopat waras, "celetuk Illa.

Illa melipat kembali kertas itu lalu menaruh dikotak. Melihat jari terpotong itu membuat Illa begidik ngeri. Ditambah bingung, apa yang harus Illa lakukan dengan jari tersebut.

"Haruskah aku menguburnya? Aku takut terjadi sebuah fitnah tak diduga jika aku tetap menyimpannya. Yah, lebih baik ku kubur sama kotaknya sekalian, "pikirnya.

Illa pun mengambil sebuah sekop di gudang rumahnya, lalu pergi ke belakang rumah. Illa celingak-celinguk untuk memastikan bahwa tak ada orang yang melihatnya.

"Ok, aman."

Illa pun mengubur kotak itu tepat di bawah pohon rambutan miliknya.

"Yoshh ... selesai. Hufftt ... apa yang harus kulakukan untuk ke depannya? Mengumpulkan sebuah bukti? Atau mencatat setiap teror yang kutemui?" gumam Illa.

Di antara 2 opsi itu, Illa memilih untuk melakukan keduanya. Selagi ada bukti, Illa harus menyimpannya. Setiap teror yang diterimanya, Illa harus mencatat kejadian itu.

Illa kembali masuk ke dalam rumah, membersihkan diri, setelah itu beristirahat. Hari ini, Illa merasa sangat lelah sekali. Kepalanya terasa berputar-putar, Illa pun memutuskan untuk tidur sejenak.

***

"Apa yang kau lakukan?!"

Seorang Ibu memergoki anaknya sedang menyiksa seekor laba-laba. Entah, keberanian dari mana anak itu menyiksa hewan seperti itu.

"Huh? Memang ada apa, Ibu?" tanya anak itu dengan wajah polos.

"Kau tidak boleh menyiksa serangga seperti itu!"

"Kenapa tidak boleh?"

Sang ibu mendekatinya, lalu mengelus pucuk kepala anak itu.

"Huufftt ... nak, sebagai makhluk hidup kita harus saling menyayangi dan mengasihi. Tidak boleh menyiksa satu sama lain."

"Oh, begitukah? Lalu kenapa 'orang itu' tak melakukan hal seperti itu? Dia terus menyiksa Ibu, " tanya anak itu dengan tatapan tidak suka.

Sejenak ibunya terdiam, bingung harus menjawab bagaimana.

"Bu, kalau manusia membalas kita dengan kejahatan maka kita harus melakukan sebaliknya. Karena, percuma kalo dibaikin malah nanti ngelunjak dan semakin memanfaatkan. Kita ga bisa menjadi sok baik karena pada dasarnya manusia mempunyai sifat iblis dalam hatinya, " celetuknya.

Sang Ibu terkejut mendengar anaknya mengatakan hal yang tak sepantasnya dikatakan.

"Diam! Darimana kamu belajar kalimat seprti itu, hah?! Siapa yang mengajarimu?! Ibu tak pernah mengajarimu seperti itu! Kamu masih berumur 6 tahun!"

Anak itu hanya tersenyum, lalu menatap Ibunya dengan tatapan tulus.

"Ibu, aku menyayangi ibu. Tapi, caraku berbeda, " ucap anak itu dengan senyuman manis.

bukhoriganAvatar border
phyu.03Avatar border
khumanAvatar border
khuman dan 11 lainnya memberi reputasi
8
1.2K
30
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan