Kaskus

News

Novena.LiziAvatar border
TS
Novena.Lizi
China Marah Besar Kapalnya Ditembaki di Natuna, Indonesia yang Tak Sudi Minta Maaf
China Marah Besar Kapalnya Ditembaki di Natuna, Indonesia yang Tak Sudi Minta Maaf Malah Dipuji Dunia, Kenapa?
4 Juni 2022, 16:04 WIB

China Marah Besar Kapalnya Ditembaki di Natuna, Indonesia yang Tak Sudi Minta Maaf
Presiden Joko Widodo saat meninjau pangkalan militer TNI di Natuna beberapa waktu lalu.* /ANTARA

ZONAJAKARTA.COM- Jadi salah satu armada tempur TNI AL yang gahar terhadap kapal China di Natuna, KRI Imam Bonjol 383 rupanya pernah menembaki kapal Tiongkok di wilayah tersebut 6 tahun silam.

Dikutip Zonajakarta.com dari Antara, pertengahan Juni 2016, 12 kapal nelayan Tiongkok di perairan Natuna, Indonesia ditembaki oleh Kapal Republik Indonesia (KRI) Imam Bonjol 383, korvet Parchim Class buatan Jerman Timur.

Satu kapal China bahkan ditangkap dan ditarik KRI Imam Bonjol 383 milik TNI AL Indonesia ke daratan Provinsi Kepulauan Riau.

Kementerian Luar Negeri Tiongkok langsung melayangkan protes dan mengklaim ada warganya yang mengalami luka tembak akibat tindakan TNI AL tersebut.

Indonesia bergeming.

Tindakan kapal-kapal Tiongkok tersebut sudah menyalahi aturan.

Mereka mencari ikan di zona ekonomi ekslusif (ZEE) Indonesia yang total luasnya mencapai 2,7 juta kilometer persegi kala itu.

Selain menyatakan akan menjawab protes tersebut, pemerintah Indonesia melakukan satu hal yang cukup mengejutkan: mengadakan rapat kabinet terbatas dan dipimpin langsung Presiden Joko Widodo di KRI Imam Bonjol, Perairan Laut Cina Selatan.

Pemerintah menyimbolkan diri tidak gentar di hadapan negara dengan lebih dari satu miliar penduduk itu.

Walau ada pengawalan yang berbau "perlindungan" dari kapal penjaga pantai Tiongkok Haijing 3303, TNI AL telah melakukan tindakan yang benar: melakukan peringatan dari verbal dan memuntahkan peluru ketika semua itu tidak digubris.

Mencederai kedaulatan dengan berbagai cara, termasuk mengambil ikan, adalah tindakan berat yang harus ditindak dengan sangat serius.

Ini disepakati secara internasional dan dilindungi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) dan kesepakatan ASEAN-Tiongkok yang tertuang dalam "Declaration on the Conduct of Parties in the South Cina Sea" (DOC), disepakati pada tahun 2002.

DOC ini ketika itu ditandatangani Tiongkok yang diwakili Utusan Khusus sekaligus Wakil Menteri Luar Negeri Wang Yi.

Selama ini diam, siapa sangka, Indonesia mulai terseret dalam sengketa di Laut China Selatan (LCS) sejak tahun 2010 lalu.

Dikutip Zonajakarta.com dari dpr.go.id, klaim sepihak China atas LCS memuncak pada 2016, ketika kapal penangkap ikan asal Tiongkok melalukan penangkapan ikan ilegal di perairan Natuna.

Tindakan asertif China tersebut bersinggungan dengan kepentingan nasional Indonesia.

Sehingga pemerintah Indonesia berupaya untuk mengamankan kepentingan nasionalnya di Natuna meskipun Indonesia bukan merupakan negara yang bersengketa dengan China pada saat itu.

Insiden penembakan kapal China oleh KRI Imam Bonjol 383 rupanya tak hanya jadi tajuk utama di Indonesia, lembaga pemikir Australia, Lowy Instutute juga menilai langkah berani Indonesia sebagai suatu gebrakan.

Sementara itu, dikutip Zonajakarta.com dari Lowy Institute, dari ANALISIS INDONESIA DI LAUT CINA SELATAN: BERJALAN SENDIRI terbitan April 2017, Aaron L. Connelly menyebut langkah berani Indonesia merupakan suatu sinyal ke China.

"Pada tanggal 17 Juni 2016, sebuah kapal korvet kecil Angkatan Laut Indonesia, KRI Imam Bonjol, menghadapi setidaknya tujuh kapal nelayan dan dua Kapal Pengawas Pantai Tiongkok (Chinese Coast Guard) yang jauh lebih besar di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia dekat Kepulauan Natuna yang terpencil.

Kepulauan Natuna merupakan ujung paling utara kepulauan Indonesia di bagian ini, terletak antara Kalimantan dan Semenanjung Malaysia, merentang hingga ke ujung selatan Laut Cina Selatan.

Negara-negara tetangga sudah sejak lama mengakui perairan di bagian utara Kepulauan Natuna sebagai bagian dari ZEE Indonesia, namun Kementerian Luar Negeri Tiongkok telah menyiratkan sejak tahun 1990-an dan untuk pertama kalinya pada tahun 2016 menyatakan secara terbuka bahwa wilayah perairan tersebut adalah daerah penangkapan ikan bagi Tiongkok dari dulu (traditional Chinese fishing grounds).

KRI Imam Bonjol mengejar dan, setelah melepaskan tembakan-tembakan peringatan, mengamankan salah satu kapal nelayan serta menahan para awak kapalnya karena mereka menangkap ikan secara ilegal, sebelum kembali ke markasnya yang sudah kumuh di Ranai di pulau Natuna Besar.

Insiden tersebut adalah kejadian terakhir dari serangkaian pertemuan pihak berwenang Indonesia dan kapal-kapal Tiongkok di wilayah tersebut.

Walaupun Kapal Pengawas Pantai Tiongkok tidak mengambil risiko terjadinya konfrontasi dengan berusaha mencegah penahanan tersebut, namun seperti yang terjadi pada insiden serupa pada bulan Maret 2016, Kementerian Luar Negeri Tiongkok melakukan protes dengan keras dan terbuka keesokan harinya.

Pada 23 Juni 2016, Presiden Indonesia Joko Widodo, yang lebih suka dikenal dengan nama pendek Jokowi, terbang ke Ranai, pertama kalinya seorang presiden Indonesia berkunjung ke Natuna Besar.

Dengan mengenakan jaket bomber, ia menaiki KRI Imam Bonjol, yang dinamai dengan nama seorang pahlawan anti kolonial pada abad ke-19, dan ia mengadakan rapat kabinet terbatas di sana.

Di situlah, mereka mendiskusikan perkembangan bidang pertahanan dan ekonomi wilayah tersebut, yang kaya akan ikan dan gas alam.

Kunjungan Jokowi ke Natuna dimaksudkan untuk mengirim sinyal ke pemimpin Tiongkok di Beijing bahwa Indonesia akan melindungi hak-hak kedaulatannya di ZEE-nya, jika perlu dengan kekerasan.

Di dalam dan di luar Indonesia, para analis yang mengkritik tindakan Tiongkok di Laut Cina
Selatan memuji langkah yang mereka sebut sebagai dikeraskannya pendekatan Indonesia dalam hubungannya dengan Tiongkok," tulis Lowy Institute.

Meski insiden ini menyita perhatian dunia, pengusiran kapal China oleh Indonesia di wilayah yang sama, laut Natuna terus terjadi setelahnya seolah Tiongkok tak pernah kapok.

China Marah Besar Kapalnya Ditembaki di Natuna, Indonesia yang Tak Sudi Minta Maaf
BREAKING NEWS: 2 Kapal China Diusir dari Laut Natuna Usai Dipergoki Juru Radar KRI Imam Bonjol 383 TNI AL Instagram @tni_angkatan_laut

Terbaru, kapal penjaga pantai atau coast guard China kepergok juru radar KRI Imam Bonjol TNI AL.

Kapal coast guard China terpantau seenak jidat memasuki ZEE Indonesia di laut Natuna.

Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari akun Instagram resmi TNI AL @tni_angkatan_laut yang mengunggah sebuah video detik-detik pengusiran kapal coast guard China pada 3 Juni 2022.

"Anjungan, juru radar melaporkan, kontak radar kapal coast guard China jarak 6 way 5 mil, baringan 080, posisi kapal mengapung," ujar juru radar KRI Imam Bonjol 383 TNI AL dalam video yang diunggah.

Tak lama anggota TNI AL lainnya memberikan peringatan kepada kapal coast guard China menggunakan bahasa Inggris untuk meninggalkan laut Natuna yang merupakan ZEE Indonesia.

"Dalam menjaga kedaulatan laut Nusantara, KRI Imam Bonjol 383 melaksanakan hailing contact terhadap kapal China Coast Guard Haijing 5202 dan Kingwu 5206 yang telah memasuki Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di perairan Laut Natuna.

Dalam komunikasi ini, personel KRI Imam Bonjol 383 meminta kapal China, coast guard tersebut untuk segera meninggalkan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia," ujar narator dalam video yang diunggah TNI AL.

https://zonajakarta.pikiran-rakyat.c...i-dunia-kenapa
bukan.bomatAvatar border
T2YAvatar border
T2Y dan bukan.bomat memberi reputasi
2
1.3K
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan