cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Mempertanyakan Mendukung Rusia atau Ukraina Adalah Hal yang Konyol



Cangkeman.net - Sebelum saya membahas lebih jauh mengenai konflik yang terjadi di Rusia dan Ukrania, yang perlu digaris bawahi adalah bahwa saya tidak akan memihak salah satu negara, baik Rusia maupun Ukrania. Selain itu, saya juga tidak akan membahas terkait geopolitik atau latar belakang masalah yang terjadi di kedua negara, kerana ada orang yang lebih otoritatif mengulas dan menganalisa persoalan tersebut.

Sebagai orang yang kebetulan pernah kuliah di jurusan Ilmu Sosial, saya hanya akan melihat perang Rusia dan Ukrania dari kacamata sosial-kemasyarakatan. Sederhananya, saya memihak kepada mereka yang menjadi korban dan orang-orang yang tidak menghendaki perang ini terjadi, baik warga Rusia maupun Ukrania.

Untuk itu, buat Anda yang mengharapkan atau berekspektasi mengenai analisa mendalam tentang siapa yang menang dan kalah dalam pertempuran ini, silakan skip. Terus terang saja, saya tidak terlalu paham peta politik yang sedang terjadi di kedua negara. Yang jelas, saya melihat ada orang tak berdosa di sana yang kehilangan nyawa.


Kamu Dukung Rusia atau Ukraina? 

Sejak Rusia menginvasi Ukrainaa pada 24 Februari 2022 lalu, semua orang heboh membicarakan, mendiskusikan, dan menganalisa mengenai konflik yang sedang terjadi. Hampir semua kalangan, mulai dari karang taruna, tukang cukur, hingga bapak-bapak Pos Ronda, membicarakan masalah yang sama. Dari sekian banyak analisa-analisa dan argumen terkait perang ini, ada sebuah pertanyaan yang paling sering saya dengar saat nongkrong bersama teman-teman, kamu dukung Rusia atau Ukraina?


Setiap ada konflik apa pun, entah kenapa sebagian besar masyarakat Indonesia selalu sibuk saling menjagokan dan kubu-kubuan, termasuk perang Rusia-Ukraina yang saat ini tengah terjadi. Hal ini bisa dilihat dari komentar-komentar di postingan media sosial, seperti Instagram, Twitter, dan Facebook, yang seolah mendukung salah satu negara dan menghendaki perang ini terjadi.

Dari sekian banyak komentar, hanya segelintir orang yang mau memahami atas dampak yang akan timbul jika perang ini terus berlanjut. Bahkan, tidak sedikit juga yang seolah mengharapkan perang ini semakin membesar, agar bisa melihat siapa yang akhirnya akan menjadi pemenang. Bukankah ini pimikiran kacau yang susah dicerna?

Mereka lupa bahwa semua orang memiliki risiko yang sama dengan apa yang sekarang dialami para korban perang. Untuk melihat masalah ini sebenarnya sangat sederhana, bagaimana jika keluarga kita, tetangga kita, dan orang-orang terdekat menjadi korban perang? Bagaimana seandainya orang-orang seperti kita— warga sipil yang tidak tahu apa-apa, tiba-tiba ditembak dan dibom nuklir oleh negara lain?


Kenapa Lebih Peduli Konflik Rusia-Ukraina Dibandingkan Israil-Palestina?
Tidak sedikit masyarakat, wabil khusus netizen yang membandingkan konflik Rusia-Ukraina dengan konflik Israel-Palestina. Menurutnya, seolah semua orang lebih peduli dengan nasib yang dialami Ukraina daripada Palestina. Bahkan, banyak dari mereka yang mengunggah video-video kekejaman tentara Israel terhadap orang-orang Palestina.

Saya dapat memahami betapa sebagian warga Indonesia begitu peduli dengan nasib yang dialami saudara-saudara kita di Palestina. Saya juga tahu betul bahwa Indonesia dan Palestina memiliki hubungan emosi yang kuat. Namun, membandingkan peristiwa ini dengan apa yang saat ini terjadi antara Rusia dan Ukraina, tentu jauh berbeda.

Tentu banyak alasan kenapa perang Rusia-Ukraina mendapat sorotan lebih di mata dunia, tak terkecuali di Indonesia. Salah satu alasan yang cukup logis adalah karena potensi perang yang lebih besar dapat terjadi. Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa Rusia merupakan negara besar dengan kekuatan militer yang mumpuni, hal ini yang kemudian bisa memicu persaingan dengan negara lain yang bersebrangan.

Selain itu, kita tahu bahwa hubungan Rusia dan Amerika Serikat tidak pernah akur. Saya tidak bisa membayangkan jika dua kekuatan besar itu saling serang. Tentunya, negara-negara sahabat dari kedua negara tersebut tidak bisa tinggal diam.

Terlepas dari itu, ternyata masih banyak orang cuma setengah-setengah dalam memahami konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Ini persis yang dialami salah seorang kawan dekat saya, dengan segala argumennya dia membela Rusia. Alasannya, karena Rusia musuh Amerika Serikat, yang otomatis juga musuh Israel, salah satu negara yang ia benci karena telah membantai ribuan manusia di Palestina.

Tentu saja, pendapat itu sah-sah saja dan saya menghargai kemerdekaanya dalam berpikir. Namun, jika ditelusuri lebih jauh, pendapat tersebut hanya bersifat subjektif dan kurang memahami persoalan. Mengutip kata Pramodya Ananta Toer, ia sudah tidak adil sejak dalam pikiran.

Sejauh yang saya ketahui, hubungan politik dalam negara itu dinamis, tidak ada musuh dan kawan yang abadi. Oleh karenanya, tidak menutup kemungkinan, negara yang ia benci, bisa saja menjadi negara pertama yang akan memberi bantuan saat negara kita membutuhkan pertolongan. Untuk itu, bukankah lebih baik bersimpati kepada semua korban perang dan menyiapkan strategi bertahan hidup jika sewaktu-waktu negara kita mengalami nasib yang sama?


Perang Rusia-Ukraina dan Hal-hal yang Kita Lupakan
Situasi perang tidak seperti main bedil-bedilan pakai pelepah pisang atau main petasan, ini perang sungguhan yang bisa mengancam nyawa kita, anggota keluarga, dan orang-orang terdekat. Ini yang banyak orang lupa, bahwa dalam situasi perang bukan cuma musuh yang akan membunuh kita, tetapi tidak menutup kemungkinan bangsa sendiri juga akan saling melukai.

Dalam setiap peperangan, akan selalu ada pihak pro terhadap perang dan kontra atau anti perang. Bayangkan, misalnya kita menjadi kubu yang anti perang, orang akan dengan mudah menganggap kita sebagai orang yang tidak nasionalis, penakut, pengecut, dan lainnya. Bukankah hal seperti ini sangat rawan saling menyalahkan, bahkan melukai satu sama lain?

Saya cukup yakin, tidak semua orang Rusia setuju dengan adanya perang ini, begitu pun dengan warga Ukrania. Tentu saja mereka sadar, bahwa korban dari perang ini adalah masyarakat sipil seperti kita yang tidak tahu apa-apa. Hal ini yang kemudian harus kita pahami bahwa sebenarnya tidak ada keuntungan yang didapatkan dari peperangan, selain banyak nyawa tak berdosa melayang.

Maka dari itu, saling menjagokan, membuat prediksi kalah menang, dan kubu-kubuan dalam perang Rusia-Ukraina, sungguh tidak penting. Tidak ada keuntungan apa pun yang kita dapatkan dari hal konyol semacam itu.

Maka dari itu, lebih baik kita berharap segera ada titik terang dan tercipta kedamaian di sana. Mungkin ini terdengar naif, tapi bukankah melihat anak kecil bermain, ibu hamil menanti kelahiran buah hati dengan tenang, dan lansia menghabiskan waktu bersama cucu-cucunya di halaman rumah, jauh lebih membahagiakan ketimbang perang yang hanya melahirkan dendam?


Tulisan ini ditulis oleh Jevi Adhi Nugraha di Cangkeman pada tanggal 24 Maret 2022.
MasterSims
Swararuri
emineminna
emineminna dan 10 lainnya memberi reputasi
9
2.7K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan