Kaskus

Story

amyjk02Avatar border
TS
amyjk02
[Cerbung] Covid 19 Masuk Desa
Cerita ini tentang respon virus mematikan bagi seorang bocah empat tahun, cadel, cerewet, selalu ingin tahu, yang tinggal di sebuah desa. Bagi dia dan keluarga, virus mematikan itu hanya bisa dilihat di layar kaca dan berita di ponsel. Namun, ternyata efek virus tersebut juga sampai ke desa mereka.

Selamat menikmati kelucuan bocah cadel ini!


[Cerbung] Covid 19 Masuk Desa


Covid 19

Bagian Satu: Ada Kolona

****

"Dedek ndak ngaji?" tanya Pak Abdul pada Safa, putri bungsunya. Ini sudah jam empat sore, waktu di mana biasanya sang anak pergi mengaji.

"Ndak, Pak. Kata Mbak Zahla libul." Cadel khasnya menjawab. Bocah empat tahun itu sedang asyik bermain air di dalam ember yang berisi kangkung. Padahal, dia disuruh mamak mencuci sayuran itu.

"Libur kenapa?" Rupanya si bapak penasaran.

"Ada ... apa tadi, Mak?" tanyanya pada mamak yang tengah mengiris tempe.

"Korona," jawab Mamak singkat.

"Nah, iya. Ada kolona katanya."

"Emang Dedek tau apa itu Corona?" Lelaki lima belas tahun keluar dari kamar. Dia adalah Zul, si sulung.

"Ehm, pilus kan, ya, Mak?" Si kecil mencari pembenaran.

"Virus bukan pilus," sanggah si abang. Si adik merengut sebal. Apalagi sang bapak ikut tertawa.

"Pilus tuh apa, Mak?" tanya bocah perempuan empat tahun itu.

"Ya itu jajan kamu tadi pagi." Mamak lantas cekikikan. Diikuti bapak dan Zul.

"Mamak bohong!" Safa cemberut.

"Itu penyakit berbahaya, Fa." Zul sedikit menjelaskan sembari membuatkan kopi untuk bapak.

"Penyakit itu sakit?"

"Ya iya lah."

"Bahaya kenapa?"

"Ya bikin mati."

"Ayam?"

"Kok, ayam?"

"Kan ayam mati."

"Hadeh, meninggal maksudnya."

"Oh."

Safa terlihat antusias. Dia meletakkan gayung di ember dan berjalan mendekati sang abang.

"Telus, gimana?"

"Apanya?"

"Ya pilusnya."

"Ehm, pokoknya berbahaya, lah. Jangan deket-deket kalau ada yang kena pilus ini!"

"Abang kena?"

"Ya nggak, dong."

"Kalau kena gimana?"

"Ya diobatin lah."

"Katanya meninggal!"

"Ya kalau nggak diobatin, meninggal."

"Oh."
*****

"Kok Abang nggak ke masjid? Bapak juga," tanya Safa ketika melihat Abangnya menggelar sajadah di depannya dan sang mamak. Biasanya Safa hanya sholat bersama Mamak, sedangkan abangnya dan bapak akan sholat jamaah di masjid kampung.

"Ada corona, sholat jamaah ditiadakan."

"Lah, belati kita sholat sendili-sendili? Safa kan belum bisa." Wajah menggemaskan itu terlihat sedih.

"Sholat di masjidnya yang ditiadakan, Dek. Di rumah ya masih boleh." Bapak mengusap kepalanya, gadis kecil itu tersenyum. Namun, mendadak sedih lagi.

"Masjidnya nanti sepi," ucapnya pelan.

Mamak tersenyum mencubit pipinya. "Kan ada Abah Abu yang adzan tadi. Yang nggak boleh tuh sholat rame-rame."

"Lah, kita lame-lame?"

Semua terdiam.

"Nanti aja Abang jelasin, sekarang sholat dulu."

Memang tidak akan pernah berhenti jika harus melayani keingintahuan bocah berwajah bulat itu. Setiap hal yang tidak dapat dipahaminya, akan selalu ditanyakan.
****

"Katanya mau ke lumah mbah?" tanya Safa sembari mengunyah tempe goreng.

"Kan nggak boleh keluar rumah," jawab Zul

"Kenapa?"

"Ada corona, kan?"

"Di mana?"

"Ya di mana-mana."

Safa terdiam. Entah sudah paham, atau bahkan tidak mengerti sama sekali.

Selesai makan, Safa mengambil buku gambarnya di tas. Menggelar alat tulisnya di lantai beralas tikar pandan di samping bapak. Meski belum sekolah, Safa sangat suka mencoret-coret kertas. Belajar nulis dengan abangnya atau menggambar sesuatu. Bapak memang telaten membelikannya alat tulis dan mengajarinya.

"Sekolah kamu juga libur, Bang?" tanya Bapak. Si sulung yang juga sibuk dengan bukunya mengangguk. Remaja Madrasah Tsanawiyah itu mendapat banyak tugas selama libur.

"Wah, enak dong," celetuk Safa. "Belapa hali?" tanyanya penasaran.

"Dua minggu."

Mata Safa membulat. "Besok masuk?"

"Ya belum lah. Kan dua minggu."

"Lama, ya?"

"Iya lah."

"Safa gimana?"

"Gimana apanya?"

"Safa nggak bisa makan es klim lagi, dong."

Zul mendelik. Sudah menjadi kebiasaan sang adik jika setiap pergi sekolah Safa akan minta dibelikan es krim. Makanan kesukaan Safa itu memang hanya dijual di sekolah sang abang. Di warung kampung hanya ada es balon yang kadang membuat Safa batuk jika mengonsumsinya.
****

Pagi-pagi sekali rumah berdinding papan di tepi sawah itu sudah sibuk. Mamak memasak dibantu Zul. Bapak menyiapkan keranjang bambu dan beberapa buah karung. Safa membantu sang bapak, tepatnya ikut campur pekerjaan bapak.

Hari itu mereka akan memanen kacang sayur, terung, dan mentimun di sawah. Hasil bumi itu akan dijual ke pasar. Uang yang didapat akan digunakan untuk membeli keperluan lain. Hanya itu yang bisa mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Desa kecil terpencil itulah tempat mereka tinggal. Tempat yang jauh dari keributan dan polusi kota. Termasuk jauh dari wabah yang sedang melanda. Meskipun begitu, tetap saja desas desus wabah itu sampai juga di desa itu. Namun, tentu saja tak seriuh keadaan di kota. Mereka masih beraktifitas seperti biasa. Ke sawah dan ke ladang seperti biasa.

"Besok Safa ikut ke pasal, ya, Pak?" pinta gadis kecil itu. Dia sudah bersiap dengan baju panjang, celana panjang, dan jilbab. Bapak membantunya mengeluarkan sepedanya.

"Bapak ndak ke pasar, kok. Pakde Wan yang ambil sayurannya." Safa merengut. Biasanya memang dia selalu diajak ke pasar menyetor sayuran.

"Kan ada corona, nggak boleh keluar jauh-jauh." Bapak menunduk menatap wajah polos di depannya.

"Kolonanya kapan pelgi?"

"Bukan pergi, tapi harus kita cegah." Zul yang sudah siap dengan sepedanya menjawab. Ada mamak yang juga dengan sepedanya.

"Cegah gimana?" tanya Safa polos.

"Ya nggak boleh deket-deket coronanya."

"Kolona tuh siapa, sih?"

"Hadeh, au ah!" Zul segera mengayuh sepedanya sebelum banyak pertanyaan dilontarkan. Bapak dan mamak hanya tersenyum.

Safa mengayuh sepedanya di belakang Zul, disusul bapak yang membonceng mamak. Mereka seolah berlomba dengan matahari yang belum menampakkan wajah. Menjemput rejeki di tengah keriuhan bencana yang tidak mereka harapkan.
****

Nggemesin ya punya adek kayak Safa. Wawancara apa lagi yang akan dilakukan Safa kepada keluarganya? Tunggu episode selanjutnya

#BBBBisa
Diubah oleh amyjk02 30-04-2020 10:06
ButetKerenAvatar border
abellacitraAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 34 lainnya memberi reputasi
35
1.2K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan