- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Indonesia Galak ke Amerika, tetapi Sungkan ke Rusia, Eks Dubes AS Kritik Pedas


TS
dragonroar
Indonesia Galak ke Amerika, tetapi Sungkan ke Rusia, Eks Dubes AS Kritik Pedas
Indonesia Galak ke Amerika, tetapi Sungkan ke Rusia, Eks Dubes AS Kritik Pedas
Jumat, 20 Mei 2022 – 06:04 WIB

Presiden Joko Widodo dan Presiden AS Joe Biden. Foto: Twitter/jokowi
bali.jpnn.com, JAKARTA - Sikap politik Indonesia dalam konflik Rusia versus Ukraina menuai pujian dari banyak negara.
Keputusan Indonesia mempertahankan politik bebas aktif dianggap sudah tepat.
Namun, keputusan tersebut justru dianggap tidak tepat oleh mantan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal.
Menurut Dino Patti Djalal, Indonesia harus berani bersikap kritis terhadap Rusia terkait invasi negara itu di Ukraina.
“Prinsip bebas aktif sebetulnya berarti, walaupun dengan teman, kita harus tetap bisa jujur dan kritis jika ia melakukan sesuatu yang berbahaya bagi dunia internasional,” kata Dino Patti Djalal.
Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal mengatakan pemerintah Indonesia perlu bersikap jujur dan terbuka dalam berkomunikasi dengan Moskow terlepas dari hubungan harmonis yang terjalin selama ini.
“Kalau kita dengan Amerika Serikat, kita galak, tetapi dengan Moskow, kita masih agak sungkan untuk galak.
Jadi, bebas aktifnya masih terbatas.
Saya baru melihat bahwa ternyata bebas aktif kita masih pilih-pilih sedikit.
Seharusnya konsisten. Dengan semua orang, kita harus berani galak kalau perlu, tetapi tetap bersahabat,” kritik pedas Dino Patti Djalal.
Mantan Wakil Menteri Luar Negeri ini mengapresiasi upaya deeskalasi yang telah ditunjukkan pemerintah Indonesia, terkait dengan konflik Rusia dan Ukraina.
Termasuk mengundang secara lisan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menghadiri pertemuan G20 di Bali pada 15-16 November 2022.
Namun, Dino meyakini bahwa Indonesia sebetulnya bisa berbuat lebih untuk mengurangi ketegangan antara Rusia dan Ukraina dan mengerem eskalasi perang antara kedua negara.
“Fantasi saya adalah pada saat pulang dari Amerika Serikat (untuk KTT ASEAN-AS di Washington DC pada 12-13 Mei 2022), Presiden Jokowi seharusnya mampir di Kiev untuk ketemu Presiden Zelenskyy.
Setelah itu mampir di Moskow untuk ketemu Presiden Putin.
Presiden Jokowi pasti akan diterima. Ini fantasi saya. Masuk di Kiev dan cari celah untuk mengurangi gap antara Ukraina dan Rusia,” bebernya.
Dino Patti Djalal berharap Indonesia tidak berfokus pada bagaimana mencapai kepentingan dalam negeri semata melalui forum G20, tetapi sebagai pemimpin G20 harus menunjukkan kontribusinya dalam menyelesaikan masalah-masalah global, termasuk invasi Rusia ke Ukraina.
“Kita memiliki tanggung jawab besar dan berat karena saat ini dunia sedang amburadul.
Walaupun harus dilaksanakan, sebagai pemimpin G20, kita harus bisa melihat masalah secara global.
Dalam arti, apa yang mengganggu ekonomi dunia dan bagaimana menyelesaikannya,” paparnya. (antara/lia/jpnn)
https://bali.jpnn.com/politik/15604/...k-pedas?page=3
Jumat, 20 Mei 2022 – 06:04 WIB

Presiden Joko Widodo dan Presiden AS Joe Biden. Foto: Twitter/jokowi
bali.jpnn.com, JAKARTA - Sikap politik Indonesia dalam konflik Rusia versus Ukraina menuai pujian dari banyak negara.
Keputusan Indonesia mempertahankan politik bebas aktif dianggap sudah tepat.
Namun, keputusan tersebut justru dianggap tidak tepat oleh mantan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal.
Menurut Dino Patti Djalal, Indonesia harus berani bersikap kritis terhadap Rusia terkait invasi negara itu di Ukraina.
“Prinsip bebas aktif sebetulnya berarti, walaupun dengan teman, kita harus tetap bisa jujur dan kritis jika ia melakukan sesuatu yang berbahaya bagi dunia internasional,” kata Dino Patti Djalal.
Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal mengatakan pemerintah Indonesia perlu bersikap jujur dan terbuka dalam berkomunikasi dengan Moskow terlepas dari hubungan harmonis yang terjalin selama ini.
“Kalau kita dengan Amerika Serikat, kita galak, tetapi dengan Moskow, kita masih agak sungkan untuk galak.
Jadi, bebas aktifnya masih terbatas.
Saya baru melihat bahwa ternyata bebas aktif kita masih pilih-pilih sedikit.
Seharusnya konsisten. Dengan semua orang, kita harus berani galak kalau perlu, tetapi tetap bersahabat,” kritik pedas Dino Patti Djalal.
Mantan Wakil Menteri Luar Negeri ini mengapresiasi upaya deeskalasi yang telah ditunjukkan pemerintah Indonesia, terkait dengan konflik Rusia dan Ukraina.
Termasuk mengundang secara lisan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menghadiri pertemuan G20 di Bali pada 15-16 November 2022.
Namun, Dino meyakini bahwa Indonesia sebetulnya bisa berbuat lebih untuk mengurangi ketegangan antara Rusia dan Ukraina dan mengerem eskalasi perang antara kedua negara.
“Fantasi saya adalah pada saat pulang dari Amerika Serikat (untuk KTT ASEAN-AS di Washington DC pada 12-13 Mei 2022), Presiden Jokowi seharusnya mampir di Kiev untuk ketemu Presiden Zelenskyy.
Setelah itu mampir di Moskow untuk ketemu Presiden Putin.
Presiden Jokowi pasti akan diterima. Ini fantasi saya. Masuk di Kiev dan cari celah untuk mengurangi gap antara Ukraina dan Rusia,” bebernya.
Dino Patti Djalal berharap Indonesia tidak berfokus pada bagaimana mencapai kepentingan dalam negeri semata melalui forum G20, tetapi sebagai pemimpin G20 harus menunjukkan kontribusinya dalam menyelesaikan masalah-masalah global, termasuk invasi Rusia ke Ukraina.
“Kita memiliki tanggung jawab besar dan berat karena saat ini dunia sedang amburadul.
Walaupun harus dilaksanakan, sebagai pemimpin G20, kita harus bisa melihat masalah secara global.
Dalam arti, apa yang mengganggu ekonomi dunia dan bagaimana menyelesaikannya,” paparnya. (antara/lia/jpnn)
https://bali.jpnn.com/politik/15604/...k-pedas?page=3






typicat dan 3 lainnya memberi reputasi
-2
1.1K
24


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan