Kaskus

News

kutarominami69Avatar border
TS
kutarominami69
Cerita Penghayat Budi Daya, 'Terasing' hingga Gaungkan Toleransi
Cerita Penghayat Budi Daya, 'Terasing' hingga Gaungkan Toleransi

Sudirman Wamad - detikJabar

Selasa, 17 Mei 2022 02:00 WIB

Cerita Penghayat Budi Daya, 'Terasing' hingga Gaungkan Toleransi

Indra, penghayat Budi Daya, saat menjelaskan keyakinannya. (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar)

Bandung - Sore itu begitu teduh. Mendung bergelayut di langit Bandung.

Bincang-bincang tentang keberagaman pun menjadi pelengkap menyambut malam.

Sejumlah pemuda di Kota Bandung dari berbagai golongan, suku dan agama terhanyut dalam perbincangan bertema keberagaman. Pengurus Gereja Kristen Indonesia (GKI) Kebonjati Kota Bandung nampak begitu sibuk. Selayaknya tuan rumah menjamu para tamunya.

Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jaka Tarub) dilibatkan dalam perayaan teduh demi mengikis intoleransi yang digelar di GKI Kebonjati. Indra Anggara, pemuda asal Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menjadi salah satu narasumber. Pria berusia 20 tahun ini adalah penghayat aliran kepercayaan Budi Daya.

Indra, perwakilan penghayat, menjelaskan tentang keyakinan yang dianutnya kepada para peserta. Indra nampak begitu santai meladeni pertanyaan dari berbagai peserta yang berasal dari latar belakang berbeda.

Sejak bergabung ke komunitas Jaka Tarub, Indra mulai menunjukkan eksistensinya dan mengampanyekan toleransi antarumat beragama.
"Dengan kegiatan-kegiatan seperti dan melalui Jaka Tarub, orang sudah mulai mengetahui tentang kami (penghayat).

Mereka akan langsung tahu tentang penghayat dari orang pertama, dari saya atau penghayat lainnya," ucap Indra saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

Ia justru senang menjadi orang pertama yang memberi penjelasan. Dengan begitu, ia bisa secara gamblang memberi pemaparan utuh dari kepercayaan yang diyakininya.

"Saya takutnya kalau dari pihak kedua atau ketiga bisa salah paham," kata Indra.

Cerita Penghayat Budi Daya, 'Terasing' hingga Gaungkan Toleransi

Indra, penghayat Budi Daya, saat menjelaskan keyakinannya. Foto: Sudirman Wamad/detikJabar

Merajut Keberagaman

Indra tak menutup diri. Ia ingin masyarakat bisa saling menghargai keyakinan yang dianut. Indra juga tak menampik kerap mendapatkan diskriminasi saat sekolah. Ia dianggap sesat.

Namun, Indra tak menyimpan dendam. Sikap intoleransi yang kerap Indra dirasakan menjadikannya merasa rendah diri. Ia sempat merenung.

"Saya sempat sedih waktu sekolah.

Sempat trauma. Saya dianggap belum mendapatkan hidayah," ucap Indra sembari memainkan pulpen. Jemari Indra tak berhenti memutar pulpen saat berbincang tentang masa lalunya.

Indra juga tak menutup fakta lainnya, tentang sebagian orang yang bisa menerima dan menghargai keyakinan yang dianutnya. Saat itu, ia mencoba membuka diri dan mengaku sebagai penghayat Budi Daya, tepatnya saat berseragam putih abu-abu.

"Takut membuka diri karena kami pernah mengalami diskriminasi berkepanjangan. Sekarang kondisinya sudah berbeda," tuturnya.

Indra merasa mantap bergabung dengan Jaka Tarub. Keputusan Indra itu sebagai upaya dalam melawan sikap intoleransi. Ia merasa mendapat banyak teman dan ruang untuk menebarkan semangat keberagaman.

Kepercayaan Indra sebagai penghayat Budi Daya, agama lokal dari tatar Sunda kian tumbuh. Ia tak lagi merasa rendah diri sebagai penghayat.

Namun, perjuangan Indra belum tuntas. Ia terus bertekad menjadi bagian dalam merawat keberagaman.

"Banyak kegiatan-kegiatan di Jaka Tarub yang melibatkan saya sebagai penghayat. Saya merasa yakin," jelas Indra.

Sekadar diketahui, dikutip dari situs resmi komunitas Jaka Tarub, sendiri adalah komunitas yang menggaungkan semangat keberagaman ini dibentuk pada 2001.

Awalnya dari kegiatan diskusi atau dialog.

Secara filosofi, Jaka Tarub adalah tokoh legenda dari Jawa yang mengintip para bidadari turun dari kayangan. Umat beragama harus saling 'mengintip' untuk menciptakan perdamaian dan kerukunan dalam masyarakat.

Toleransi yang Berkesan

Indra mengenakan ikat kepala putih saat hadir sebagai narasumber. Selain memperkenalkan soal Budi Daya. Indra juga menceritakan semangat keberagaman di Kampungnya Cicalung, Kecamatan Lembang, KBB. Indra mengaku merasakan harmonisasi di kampungnya. Momen yang paling ia ingat adalah saat penghayat dan umat Islam saling membantu.

"Saat itu kami sedang merenovasi Bale Pasewakan, umat muslim di kampung saya juga merenovasi masjid saat itu.

Kami saling membantu," kata Indra.

Bale Pasewakan ini merupakan bangunan utama sebagai jiwa dan ruang ekspresi penghayat Budi Daya. Bale ini memliki luas sekitar 1000 meter lebih. Terdapat dua bangunan.

Indra menjelaskan Budi Daya merupakan ajaran yang bermuara pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Budi Daya, menurut Indra, sebagai agama lokal yang dianut leluhurnya. Budi Daya mengajarkan keagungan Tuhan melalui perenungan batin.

"Kita meresapi, kesenyatuan, hingga akhirnya merasakan," ucapnya.

https://www.google.com/amp/s/www.det...-toleransi/amp

Sudah saatnya agama asli kita diakui resmi



waloniAvatar border
areszzjayAvatar border
pilotwaras108Avatar border
pilotwaras108 dan 4 lainnya memberi reputasi
1
704
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan