

TS
adindaper25
Pelajaran Berharga Dari Kehidupan Anak Rantau (Sharing)
Apa yang Agan dan Sista pikirkan ketika mendengar kata “merantau”? Entah itu merantau untuk menyelesaikan pendidikan, mencari pekerjaan, ataupun keperluan yang lainnya. Hal yang terlintas pasti jauh dari orang tua, kangen rumah, hidup sendiri, dan lainnya. Mungkin sebagian dari kita membayangkan kehidupan anak rantau yang keras dan tangguh. Aku pun mengamati betul kehidupan anak rantau setelah aku masauk kuliah.
Bergaul bersama anak-anak rantau mengajarkanku banyak hal. Aku yang anak rumahan, mendapatkan gambaran tentang dunia luar. Tidak hanya gambaran, tapi juga pengalaman. Pengalaman adalah guru terbaik, bukan? Oleh sebab itu, teman-temanku yang berstatus anak rantau ini membagikan pengalaman mereka ke aku.
Dari pengamatanku sendiri, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa didapatkan dari kehidupan anak rantau.
Mental baja alias kuat

Anak rantau punya mental yang kuat. Kenapa aku bilang begitu? Karena mereka terpaksa atau dipaksa survive di kota lain, pulau lain. Mental mereka bukan mental tempe yang mana selalu ngadu ke orang tua. No, mereka harus menyelesaikan masalah mereka sendiri. Mereka dipaksa berpikir kritis agar bisa menyelesaikan suatu masalah. Ini yang kudapatkan ketika bergaul bersama anak-anak rantau. Jujur, aku yang anak rumahan salut ke mereka.
Tidak jarang mereka menyimpan berbagai hal. Di balik ekspresi mereka yang ceria, kuat, siapa tahu ada banyak rahasia yang berat. Tentu mereka tidak bisa membaginya ke sembarang orang. Beruntung jika kamu bisa mengintip sedikit rahasia yang disimpan anak rantau. Artinya mereka mempercayaimu dengan rahasia mereka.
Hidup mandiri

Sudah bukan rahasia lagi bahwa anak rantau harus mandiri. Mereka hidup jauh dari orang tua. Semuanya harus mereka urus sendiri, Berbeda dengan aku yang anak rumahan, tinggal bersama orang tua. Semuanya masih disiapkan orang tua. Seperti sarapan, makan siang, makan malam, masih ada mamak yang masak. Tapi anak rantau? Masak sendiri lah.
Sebenarnya, kemandirian itu memang sangat penting. Kemandirian tidak hanya harus dmiliki anak rantau. Bahkan anak rumahan sepertiku pun harusnya mandiri. Tapi yah, karena kasih sayang orang tua, apa boleh buat. Namun tidak ada yang namanya terlambat belajar. Belaajr untuk amdniri bisa dimulai kapan saja.
Prinsip ekonomi
“Kalau ada yang gratis, kenapa bayar”
“Barang murah tapi cepat rusak, atau agak mahal tapi awet”
“Penuhi kebutuhan, bukan keinginan”

Pastinya kita semua pernah mendengar tiga kalimat di atas. Ketiganya sangat penting bagi anak rantau. Tentu saja karena sangu yang diberikan terbatas. Kecuali kamu sudah berpenghasilan sendiri sejak kuliah. Baru kamu bisa sedikit “bebas” dalam mengatur keuangan.
Anak rantau dituntut lebih bijak dalam mengatur keuangan. Berbeda dengan yang tinggal dengan orang tua. Jadi jangan heran jika terkadang temanmu menolak ketika kamu ajak nongkrong dengan alasan klasik akhir bulan atau dompet tipis. Bisa saja uang untuk nongkrong di fungsikan ke hal lain. Listrik atau kuota internet misalnya. Manfaat jangka panjanglah intinya.
Lebih bersyukur
Dari sekian banyak pelajaran yang aku dapat, yang paling penting adalah pelaajran lebih bersyukur. Aku seolah baru melihat dengan mata kepala sendiri. Maklum, anak kesayangan orang tua mah hidup serba enak. Dari sinilah aku harus lebih bersyukur. Rupanya tidak semua orang beruntung hidup enak. Ada yang harus berjuang dulu, baru mendapatkan apa yang dibutuhkan.
Aku senang punya teman yang latar belakangnya beda. Dengan berbagai perbedaan itu, bisa dijadikan pelajaran untuk yang lainnya. Hidup orang tidak ada yang sempurna. Tapi dengan adanya perbedaan, hidup terasa warna-warni. Dari sanalah kesempurnaan tercipta, saling melengkapi.
Oke, sekian thread dari aku. Semoga bermanfaat untuk pembaca sekalian.
Bergaul bersama anak-anak rantau mengajarkanku banyak hal. Aku yang anak rumahan, mendapatkan gambaran tentang dunia luar. Tidak hanya gambaran, tapi juga pengalaman. Pengalaman adalah guru terbaik, bukan? Oleh sebab itu, teman-temanku yang berstatus anak rantau ini membagikan pengalaman mereka ke aku.
Dari pengamatanku sendiri, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa didapatkan dari kehidupan anak rantau.
Mental baja alias kuat

Anak rantau punya mental yang kuat. Kenapa aku bilang begitu? Karena mereka terpaksa atau dipaksa survive di kota lain, pulau lain. Mental mereka bukan mental tempe yang mana selalu ngadu ke orang tua. No, mereka harus menyelesaikan masalah mereka sendiri. Mereka dipaksa berpikir kritis agar bisa menyelesaikan suatu masalah. Ini yang kudapatkan ketika bergaul bersama anak-anak rantau. Jujur, aku yang anak rumahan salut ke mereka.
Tidak jarang mereka menyimpan berbagai hal. Di balik ekspresi mereka yang ceria, kuat, siapa tahu ada banyak rahasia yang berat. Tentu mereka tidak bisa membaginya ke sembarang orang. Beruntung jika kamu bisa mengintip sedikit rahasia yang disimpan anak rantau. Artinya mereka mempercayaimu dengan rahasia mereka.
Hidup mandiri

Sudah bukan rahasia lagi bahwa anak rantau harus mandiri. Mereka hidup jauh dari orang tua. Semuanya harus mereka urus sendiri, Berbeda dengan aku yang anak rumahan, tinggal bersama orang tua. Semuanya masih disiapkan orang tua. Seperti sarapan, makan siang, makan malam, masih ada mamak yang masak. Tapi anak rantau? Masak sendiri lah.
Sebenarnya, kemandirian itu memang sangat penting. Kemandirian tidak hanya harus dmiliki anak rantau. Bahkan anak rumahan sepertiku pun harusnya mandiri. Tapi yah, karena kasih sayang orang tua, apa boleh buat. Namun tidak ada yang namanya terlambat belajar. Belaajr untuk amdniri bisa dimulai kapan saja.
Prinsip ekonomi
“Kalau ada yang gratis, kenapa bayar”
“Barang murah tapi cepat rusak, atau agak mahal tapi awet”
“Penuhi kebutuhan, bukan keinginan”

Pastinya kita semua pernah mendengar tiga kalimat di atas. Ketiganya sangat penting bagi anak rantau. Tentu saja karena sangu yang diberikan terbatas. Kecuali kamu sudah berpenghasilan sendiri sejak kuliah. Baru kamu bisa sedikit “bebas” dalam mengatur keuangan.
Anak rantau dituntut lebih bijak dalam mengatur keuangan. Berbeda dengan yang tinggal dengan orang tua. Jadi jangan heran jika terkadang temanmu menolak ketika kamu ajak nongkrong dengan alasan klasik akhir bulan atau dompet tipis. Bisa saja uang untuk nongkrong di fungsikan ke hal lain. Listrik atau kuota internet misalnya. Manfaat jangka panjanglah intinya.
Lebih bersyukur
Dari sekian banyak pelajaran yang aku dapat, yang paling penting adalah pelaajran lebih bersyukur. Aku seolah baru melihat dengan mata kepala sendiri. Maklum, anak kesayangan orang tua mah hidup serba enak. Dari sinilah aku harus lebih bersyukur. Rupanya tidak semua orang beruntung hidup enak. Ada yang harus berjuang dulu, baru mendapatkan apa yang dibutuhkan.
Aku senang punya teman yang latar belakangnya beda. Dengan berbagai perbedaan itu, bisa dijadikan pelajaran untuk yang lainnya. Hidup orang tidak ada yang sempurna. Tapi dengan adanya perbedaan, hidup terasa warna-warni. Dari sanalah kesempurnaan tercipta, saling melengkapi.
Oke, sekian thread dari aku. Semoga bermanfaat untuk pembaca sekalian.




User telah dihapus dan gunturmustanir memberi reputasi
2
2.6K
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan