Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nasibungkus2020Avatar border
TS
nasibungkus2020
UI dan MUI diskusi cegah tangkal radikalisme dengan kearifan lokal


Depok (ANTARA) - Universitas Indonesia (UI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan diskusi untuk mencegah dan menangkal paham radikalisme dengan memanfaatkan kearifan lokal setiap daerah.

"Indonesia memiliki kearifan lokal yang dapat menangkal radikalisme dan terorisme," kata Kepala Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI) Dr. Ngatawi Al-Zastrow dalam keterangannya, Jumat.

Ia mengatakan ini bukan berarti kearifan lokal menjadi solusi radikalisme dan terorisme, melainkan apakah masyarakat Indonesia mampu memanfaatkannya untuk itu. Kearifan lokal itu ibarat emas dan berlian yang perlu diolah. Ia bukan sekadar pengetahuan, melainkan ilmu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Zastrow menambahkan, kearifan lokal yang termasuk dalam kebudayaan ini harus menjadi ilmu laku. Kebudayaan harus built-in dalam diri, terekspresi dalam laku, dan terwujud dalam kerangka pikir.

Pernyataan Zastrow tersebut disampaikan dalam diskusi “Membingkai Budaya Keberagaman, Meneguhkan NKRI, Menolak NII”. Acara yang diadakan MAC UI berkolaborasi dengan Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI dan Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme, Majelis Ulama Indonesia (BPET-MUI) ini disiarkan langsung melalui kanal Youtube.


Diskusi yang dihadiri Wakil Ketua BPET-MUI, Dr. K.H. Muslih Nasuha; Ketua Program Studi Kajian Terorisme SKSG UI, M. Syauqillah, Ph.D.; dan Lead Researcher of Terrorism and Political Violence Galatea Thinktank, Ulta Levenia, tersebut membahas upaya membendung munculnya paham radikalisme.


Menurut Syauqillah, semua organisasi teror di Indonesia memiliki akar yang sama meski diekspresikan dengan cara berbeda. Berbagai organisasi sebetulnya memiliki ideologi yang sama, yaitu membentuk pemerintahan khilafah atau daulah. Kesamaan tujuan ini membuat anggota organisasi tertentu mudah berpindah ke antar-organisasi serupa.



Tumbuhnya organisasi radikal di Indonesia disebabkan adanya pemahaman yang keliru atas ajaran agama. Dalam Islam, misalnya, dasar-dasarnya jelas merujuk ke Al-Quran dan Hadits. Namun, ketika penyampaiannya salah, pemahaman aturannya pun bisa keliru, katanya.


Proses penyampaian ajaran agama membutuhkan budaya agar mudah dimengerti masyarakat. Kepiawaian ustadz, kiai, dan ulama juga ditantang agar pesan yang disampaikan dipahami dengan tepat, ujarnya.



Sumber 

Kearifan Lokal yang benar2 kearifan, Bukan kearifan lokal yang disaring dengan logika Syari'ah ala Arab abad 9. 

Logika absurd para Ulama Syari'ah ketika mengkonfrontasikan antar Budaya dan Syari'ah adalah Budaya boleh dilestarikan asal tidak bertentangan dengan syari'ah. 

Budaya memang pada dasarnya tidak selalu baik tapi Syari'ahnya juga sudah kadaluarsa abad 9 yang sama sekali nggak relevan dengan perkembangan zaman. Banyak  Ulama masih aja memegang prinsip irrelevan ini di Indonesia..
emoticon-Najisemoticon-Blue Guy Bata (L)

Quote:


Quote:
Diubah oleh nasibungkus2020 29-04-2022 12:19
T2Y
muhamad.hanif.2
scorpiolama
scorpiolama dan 3 lainnya memberi reputasi
4
968
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan