Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Mahasiswa Papua di luar negeri meminta bantuan dana dari publik

Mahasiswa Papua di luar negeri meminta bantuan dana dari publik
Efika Kora telah memetik buah di pertanian Australia setelah tunjangan hidupnya dihentikan – ABC.au 
Jayapura, Jubi – Efika Kora salah seorang Mahasiswi Papua dari Timika yang belajar di sekolah penerbangannya, Hartwig Air, Adelaide Australia mulai membuka donasi dalam sebuah situs berjudul West Papuan Students in Crisis dalam
 www.mycause.com.au.

 “Terima kasih untuk semua orang yang telah menyumbang,” kata Kora dalam situsnya yang dikutip dari ABC.au, Sabtu (23/4/2022). 

Dia juga menambahkan target mahasiswa Papua mengumpulkan dana tersebut sekitar AU$30.000 dan kini baru terkumpul sebanyak  AU$12,492. 

“Terima kasih atas bantuan ini,” katanya dalam bahasa Inggris yang fasih. 

Mengutip ABC.au mahasiswa Papua asal Timika Efika Kora mengatakan meski dua semester lagi ia akan lulus dari sekolah penerbangannya di Adelaide, Efika yang berusia 24 tahun diminta Pemerintah Papua untuk pulang. 

Ini mengejutkan bagi Efika, yang menjadi satu dari 140 mahasiswa dari Papua di Australia, Selandia Baru, Kanada dan Amerika Serikat yang beasiswanya diberhentikan tanpa peringatan. 

Dengan terjadinya hal yang dianggap tidak biasa ini, Mahasiswa Papua mendapatkan gelar pendidikan yang sudah lama diperjuangkan.

 “Jujur, saya menangis,” ujar Efika. 

Di Australia, 16 mahasiswa Papua yang disuruh pulang. Surat kepada KBRI Canberra, tertanggal 8 Februari, dari pemerintah provinsi Papua menyebutkan para pelajar itu akan dipulangkan karena belum menyelesaikan studi tepat waktu

Dia mengatakan dia diberitahu, secara lisan, dia telah diberikan beasiswa pada tahun 2015, dan memulai diploma penerbangannya pada tahun 2018 setelah menyelesaikan studi bahasa. 

Gelar penerbangannya membutuhkan waktu sekitar empat semester untuk diselesaikan, tetapi Efika mengatakan ada aspek-aspek tertentu dari pelatihannya yang tidak dapat dia lakukan karena biaya yang belum dibayar. 

Biaya untuk semester saat ini, senilai AUS$24.500 atau Rp 257 juta dibayar terlambat lebih dari tiga bulan, pada bulan Oktober tahun lalu.

Efika yakin dia mungkin bisa lulus lebih cepat jika biayanya dibayar tepat waktu. Ia mengatakan tidak masuk akal untuk mengirimnya pulang sekarang karena biayanya untuk semester berjalan sudah dibayar. 

“Ini buang-buang investasi,” katanya. 

Kini Efika memetik buah dan sayuran di pertanian lokal untuk memenuhi kebutuhan hidup sejak tunjangan hidupnya dipotong pada November tahun lalu. 

“Kami mencoba mencari pekerjaan paruh waktu di sana-sini untuk menutupi biaya sewa kami,” katanya. 

Donasi untuk Mahasiswa Papua di Amerika Selain itu perjuangan 140 mahasiswa Papua yang diberhentikan beasiswanya, Provinsi Papua masih menyisakan 250 mahasiswa di Amerika Serikat dan Kanada yang masih aktif kuliah namun belum menerima belum menerima tunjangan, biaya kuliah, dan pengaturan biaya hidup sejak Januari hingga April 2022. 

Sebab itu, Ikatan Mahasiswa Papua Amerika-Kanada atau “Papuan Students Association” in the USA and Canada. Membuka donasi bagi 250 mahasiswa di situs bertitel www.gofundme.com. 

Bertuliskan help Papuan students?Urgent Help for Papua Student. Sampai Sabtu ini mereka telah mengumpulkan uang sebesar US$ 3,159 dari target terkumpul sebesar US$ 50,000. 

Salah seorang warga Amerika Serikat dari negara bagian Missouri ikut pula menyumbang dan menyebarkan situs bagi bantuan mahasiswa Papua dalam akun pribadi facebook. 

Dia berharap beban dari mahasiswa Papua bisa berkurang dengan bantuan yang diberikan publik yang sempat mengakses maupun menerima pesan ini. Sebelumnya mahasiswa Papua yang sedang studi di Amerika Serikat dan Kanada yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Pelajar (IMAPA) Amerika Serikat-Kanada melakukan rapat daring. 

Jubi.id melaporkan bahwa para mahasiswa Papua menyampaikan keresahan karena beasiswa pendidikan dan biaya hidup mereka tak kunjung dibayarkan. Mereka juga menyampaikan nasib 84 mahasiswa yang dipulangkan Pemerintah Provinsi Papua melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia. 

Perubahan Kedua Undang-Undang Otsus No. 21 Tahun 2001, PP Nomor 106 Tahun 2021, dan PP No.107 tahun 2021 ikut mempengaruhi pemberdayaan beberapa sektor, di antaranya sektor pendidikan. 

Dalam bidang pendidikan terjadi pengalihan 10 persen dana pendidikan yang dikelola Pemprov Papua kepada pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Papua. 

Ada sekitar 250 mahasiswa yang sedang melanjutkan studi di Amerika Serikat dan Kanada. Bagi mahasiswa keterlambatan pembayaran akan sangat berpengaruh pada proses studi mereka. 

Jika tak dibayarkan segera, maka mereka terancam tidak bisa mengikuti perkuliahan dan tentu ikut memperpanjang masa studi mereka. Pernyataan Demison Kogoya mahasiswa Papua di USA saat diwawancarai Narasi Newsroom menegaskan bahwa jumlah mahasiswa Papua yang belajar di USA dan Kanada sebanyak 250 mahasiswa. 

“Dan rata rata belum mendapat uang saku kemudian tuition fee juga, living cost sampai sekarang,” katanya kepada Narasi Newsroom 12 April 2022 lalu. Hal ini dirasakan mahasiswa Papua di USA dan Kanada sejak Januari 2022 demikian laporan Narasi Newsroom. Mahasiswa juga mengaku sudah mengadu kepada Komisi V DPR RI sejak September 2021, tapi hasilnya nihil. 

Lagi lagi mengutip laporan Narasi Newsroom, tak heran kalau Anis Labene Perwakilan Advisor IMAPA AS Kanada mengatakan masalah masalah seperti ini sudah terjadi di tahun sebelumnya dari 2017 dan tahun tahun sebelumnya. 

“Jadi kalau ini terjadi lagi, pihak sekolah bisa lebih tegas lagi mengambil keputusan. Sehingga kami akan dipulangkan dengan cara yang tidak terhormat. Dan ini juga akan memalukan, bukan Cuma (buat) Pemprov Papua tapi juga negara Indonesia ini akan menjadi suatu cemooh. Jadi ke depan mau melakukan kerjasama orang akan pikir-pikir juga,” katanya kepada Narasi Newsroom. (*)

https://jubi.id/nasional-internasion...a-dari-publik/

masalahnya lumayan runyam....
semoga Pemprov Papua yang punya dana Otsus gede bisa cari solusi
atau Kemendikbud yang turun tangan
nowbitool
muhamad.hanif.2
adindaper25
adindaper25 dan 4 lainnya memberi reputasi
3
1.9K
37
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan