Tau kan Pancasila....

Pancasila terdiri dari lima nilai kebaikan sebagai pondasi negara Indonesia.

Selama ini, mungkin kebanyakan yang di sorot adalah nomor 1 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Karena tau sendirilah, bangsa ini setiap harinya pasti di sibukan dengan pembahasan agama.
Sah-sah saja sih bila itu menyangkut moral pribadi masing-masing.
Namun menjadi lelucon yang tak lucu bila kebenaranmu harus di akui oleh orang lain yang berbeda pandangan.
Bahkan segelintir tokoh-tokoh agama dengan vulgarnya saling menjelekan agama yang berbeda dari agamanya.

Entah apa yang mereka cari dengan menjelekan urusan keyakinan orang lain.
Dapat pahala kagak, dosa besar iya.
Bisa kagak sih berhenti menjual kekurangan agama orang lain yang pada prinsipnya hampir tidak bermanfaat sama sekali bagi agama sendiri, justru malah menciptakan kerusakan sesama anak bangsa sendiri.

Cobalah tanya dalam hati...

Apakah saya ini dalam agama saya sendiri di nilai oleh Tuhan yang saya sembah adalah hamba yang termulia di sisi NYA ?.

Apakah saya sedang berjalan di jalan yang memang Tuhan inginkan?.

Ane yakin, tidak akan menemukan jawabannya.

Mengapa....?

Hanya Tuhan yang bisa menilai sebuah kebenaran.

Sedangkan manusia hanyalah ciptaan NYA yang mencari ridho Tuhan.

Maka itulah jangan sombong dengan apa yang kau miliki dan sombong dengan keberadaanmu di dunia ini.

Hakikatnya...jangan pernah menjadi manusia yang punya kesombongan.
Karena manusia hanyalah sebutir debu dari keagungan Tuhan dengan sifat kemahaan NYA.

Konteks di atas akan bersambung dengan satu butir dalam Pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab.


Ane coba jabarkan bukan jatengkan apalagi jatimkan yaaa gansis, nilai sila ke dua ini .

Kemanusiaan yang adil....!

Hakikatnya manusia itu sangat sulit tuk bisa adil.
Karena keadilan manusia itu ada di ruang absurd.
Adil juga itu tidak selamanya sama rata atau sama rasa.
Adil kadang menyesuaikan bentuk realitanya.
Jadi jangan salah, bila selalu ada saja yang merasa di perlakukan tidak adil.
Keadilan versi manusia itu mengandung banyak versi.
Bahkan manusia sendiri bisa merasa bahwa sang pencipta mereka juga kadang berbuat tidak adil....nah loh.

Tapi namanya konsep sebuah keadilan memang tidak perlu berusaha menjadi sebuah keadilan yang sempurna.
Asal berbasis demi kebaikan bersama atau kebaikan secara universal, dah ane rasa cukuplah.

Dari sila kedua ini maka negara Indonesia menginginkan seluruh rakyat Indonesia bisa berbuat adil.
Mau itu Presidennya hingga rakyat sipilnya sebisa mungkin berbuat adil.
Sebagai Pejabat negara yang jelas-jelas di beri amanah dan punya kekuasaan.
Harus bisa mengatur segala urusan di negeri ini sebaik mungkin.
Berbuat seadil mungkin demi kebaikan bangsa dan rakyatnya.
Jangan malah nilep uang rakyat.
Itu perbuatan yang sangat tidak adil.
Kalian sudah di gaji besar dengan segala fasilitas yang lebih tuk mengatur negara ini dengan uang rakyat.
Lha malah maling uang rakyat.

Tuk adil yang bersifat kemasyarakatan.
Salah satu contohnya berbuat adil adalah menghormati dan menghargai perbedaan sesama saudara sebangsa.
Aku bisa beribadah dengan tenang dan sesuai ajaran agamaku.
Kamu juga bisa beribadah dengan tenang dan damai sesuai ajaran agamamu.
Mengedepankan perlakuan kasih sayang dan membuang perlakuan barbar alias suka main hakim sendiri.
Mau ngusik orang lain tapi tidak mau di usik ama orang lain.
Ini adalah bentuk arogansi dan jelas bentuk sebuah kesombongan.
Bila merunut narasi awal ane di atas maka sadar dirilah bahwa kita hanyalah sebutir debu di hadapan NYA.

Kemanusiaan yang beradab...!

Adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak.


Nilai ini di jaman pasca kemerdekaan Indonesia hingga sekarang sering tidak terjadi di bangsa Indonesia.
Yaa menjadi manusia yang beradab.
Di ajaran agama ane sendiri.
Adab adalah hal pertama yang harus di miliki sebelum berilmu.

Tau Adipati Karna....?

Di kisah pewayangan menceritakan bahwa Adipati Karna adalah putra dari Batara Surya yang sejak lahir sudah menjadi manusia yang sangat sakti atas anugerah ayahnya yang seorang dewa.
Suatu hari, Adipati Karna ingin berguru kepada seorang resi yang sakti mandraguna di banyak ilmu.
Satu hal yang resi tersebut tidak suka yaitu golongan ksatria.
Adipati Karna sendiri adalah golongan ksatria.
Demi ambisinya tuk mendapat ilmu dari resi tersebut maka dia berbohong kepada gurunya bahwa dia bukan golongan ksatria.
Akhirnya kebohongan tersebut terungkap.
Padahal sang resi sendiri sangat menyayangi muridnya ini.
Segala ilmu yang dia punya, dia turunkan kepada murid kesayangannya ini.
Namun ketika tau sang murid telah membohonginya maka keluarlah kutukan yang akhirnya jadi satu alasan kekalahan dan kematian sang murid di medan perang.

Sang murid telah melakukan perbuatan yang tidak beradab yaitu berbohong kepada gurunya.
Imbas dari kebohongan tersebut membawa malapetaka di kehidupannya di kemudian hari.

Di bangsa ini sangat mudah menemukan orang-orang yang tidak punya nilai sebagai manusia yang beradab.

Tokoh agama yang mengejek ajaran orang lain.
Pejabat yang korupsi.
Aparat hukum yang melanggar sumpah jabatannya.
Sekelompok orang yang ingin mengganti Pancasila dengan pembenaran ideologinya yang tak jelas.
Masyarakat yang suka main hakim sendiri.
Hakim yang suka discount hukuman para koruptor.

Pokoknya, nilai kemanusiaan yang adil dan beradab sangat sering di langgar dan bisa di bilang sila kedua ini paling sering di lupakan nilai-nilai luhurnya.

Apakah manusia-manusia yang tidak beradab bisa mengalami hal yang seperti Adipati Karna sebagai hukumannya...?.

Sangat bisa walau dengan pola dan kejadian yang berbeda karena Tuhan itu maha adil.
Hukum dunia dari Tuhan seringnya selaras dengan perbuatannya.

Karena tidak mungkin seorang petani padi bisa menuai singkong kecuali dia menuainya di kebun singkong petani singkong dan itu namanya pencuri.

Tokoh agama yang menjelekan agama orang lain akan dibalas hinaan ke agama yang dia anut.

Koruptor yang maling uang uang rakyat akan di masuk bui dan di kenang selalu di mata masyarakat sebagai maling.

Tuhan punya cara misterius dan tak terduga dalam menjadi hakim bagi manusia di dunia ini.
Terlebih kepada manusia-manusia tidak beradab hingga puncaknya menjadi manusia yang biadab.



Sebagai penutup...

Bangsa ini telah di beri sebuah falsafah agung oleh para pahlawan dan pendiri bangsa ini.

Mereka telah bersusah payah dengan airmata, darah dan kesusahan yang amat dahsyat agar bisa menjadikan bumi pertiwi ini menjadi sebuah negara merdeka.
Mereka telah memberi sebuah warisan sekaligus pondasi kehidupan bernegara dan berbangsa satu yaitu Indonesia.

Tugas generasi sekarang adalah merawatnya dan melanjutkan cita-cita mereka yang terpatri dalam bentuk Pancasila.
Walaupun kita tidak bisa di tahap maksimal namun kita telah berusaha maksimal.
Kita tidak punya hak sama sekali merusaknya bahkan mengubahnya apalagi menggantikannya.
Dengan rasa ingin menggantikan Pancasila dengan pemahamanmu maka kamu adalah manusia yang tidak beradab alias tidak tau diri.
Sadarlah kemerdekaannya ini hasil doa dan perjuangan generasi dahulu kala yang di ridhoi oleh Tuhan.
Kamu atau kalian justru tidak ingat diri.
Bukannya merawatnya malah ingin merusak negara ini dengan berupaya mengganti Pancasila.