- Beranda
- Komunitas
- News
- Militer dan Kepolisian
Saab A-36 | Pesawat Bomber Pembawa Senjata Nuklir Buatan Swedia yang Batal Diproduksi


TS
si.matamalaikat
Saab A-36 | Pesawat Bomber Pembawa Senjata Nuklir Buatan Swedia yang Batal Diproduksi
Quote:
Swedia dikenal sebagai negara netral semasa Perang Dingin, meskipun sekarang mereka sepertinya sudah tak bisa lagi menjaga netralitasnya. Pada masa era Perang Dingin yang berlangsung setelah Perang Dunia 2, Swedia berupaya merancang pesawat bomber untuk membawa senjata nuklir guna dijatuhkan ke wilayah Soviet. Swedia khawatir jika Uni Soviet menginvasi wilayah mereka pada waktu itu, karena bagi negara-negara Eropa; Soviet adalah momok yang menakutkan.
Pada pertengahan tahun 1960-an, Swedia bisa dibilang memiliki persediaan bahan fissile yang cukup banyak; sehingga mereka bisa membuat bom nuklir dalam waktu enam bulan. Swedia hanya membutuhkan platform untuk mengirimkan muatan nuklir tersebut.
Pada awalnya, Swedia sebnarnya berusaha mendapatkan senjata nuklir dari luar negeri. Amerika Serikat, sebagai kekuatan nuklir pertama di dunia dan penjamin keamanan Eropa adalah mitra yang logis. Pada hari-hari awal Perang Dingin, Amerika Serikat menjalankan strategi sekaligus mempromosikan untuk produksi energi tenaga nuklir — yang dikenal senagai konsep “Atom untuk Perdamaian” (Atoms for Peace) yang digaungkan oleh Presiden Eisenhower.
Bahan untuk membuat senjata nuklir dan pengetahuan tentang senjata nuklir hanya akan ditransfer ke pemerintah asing dengan syarat penelitian dan pengembangan nuklir hanya untuk tujuan damai, tidak termasuk penelitian senjata. Namun, waktu itu Swedia menolak program yang ditawarkan Amerika tersebut.
Membeli senjata nuklir langsung dari Amerika Serikat juga merupakan pilihan yang tidak menarik bagi Swedia pada masa itu, juga kemungkinan besar tidak mungkin untuk bisa membeli senjata tersebut. Di tengah kekhawatiran invasi, pemerintah Swedia akhirnya menyadari potensi yang dimiliki negaranya.
Di tanah Swedia ternyata banyak terdapat kandungan uranium, sebagaiI, salah satu material untuk membuat nuklir. Menyadari keberuntungan tersebut, maka Swedia memutuskan untuk memulai program nuklirnya sendiri secara rahasia.
Swedia memulai program pesawat bombernya pada rentang tahun 1952-1956, waktu proyek tersebut diberi nama Projekt Aircraft 1300; dan kemudian dirubah menjadi A-36 Vragen. Saab A-36 adalah pesawat pembom supersonik bermesin ganda denhan konfigueasi sayap delta, awalnya pesawat akan memakai sayap menyapu (swept wing). Namun, rencana itu dibatalkan. Dengan memilih desain pesawat delta, Saab A-36 direncanakan bakal memiliki kecepatan terbang dalam kisaran Mach 2+. Sementara ketinggian penerbangan yang dicapai harus berada di kisaran 18.000 meter atau 60.000 kaki.
Di sisi lain program nuklir Swedia sudah mulai dikerjakan secara rahasia mulai tahun 1945 dan berakhir pada tahun 1972, negara Skandinavia ini bahkan menjalankan program senjata nuklir rahasia dengan kedok penelitian sipil di Institut Penelitian Pertahanan Nasional Swedia (FOA). Yang menjadi masalah adalah bagaimana menggunakan senjata seperti itu jika diperlukan, dan dari tahun 1952-1957 militer Swedia bahkan melakukan studi kelayakan untuk mengembangkan pembom supersonik sayap delta yang akan memiliki kemampuan serangan nuklir.
Diklaim bisa menembus jarak 410 km. Target utama Swedia berada di kawasan Baltik, tempat di mana negara-negara di sana dikendalikan Soviet. Dan meskipun Perang Dingin telah berakhir, Baltik masih menjadi perhatian Swedia. Pada proses pengembangannya para perancang di Saab khawatir bahwa senjata yang dipasang secara eksternal pada badan pesawat atau sayap akan menciptakan hambatan atau menurunkan kinerja pesawat.
Selain itu kecepatan Mach 2+ yang tinggi juga akan menghasilkan panas dalam jumlah besar yang dapat merusak senjata — atau lebih buruk lagi menyebabkan senjata tersebut meledak secara tidak sengaja. Pada masanya Saab A-36 digadang-gadang akan menggunakan British Bristol Olympus , merupakan jenis mesin yang sama yang digunakan di pesawat jet bomber Avro Vulcan dan pesawat komersial Concorde SST.
Kemudian para insinyur Saab merubah konfigurasi penempatan senjata, di mana bom harus disimpan secara internal di ruang senjata tertutup; menjaganya dari suhu tinggi yang berpotensi berbahaya. Ruang internal akan menjadi semacam ruang premium, dan hanya akan ada ruang untuk satu bom nuklir seberat 800 kilogram. Bobot bom yang berat bisa mengurangi efektivitas pembom, dan membatasi penggunaannya untuk sistem pengiriman senjata taktis daripada sebuah pencegah strategis. Dan lagi-lagi desain Saab A-36 menemui kendala teknis.
Tapi sayangnya Saab A-36 hanya dibuat sebagai mockup dan desainnya belum benar-benar selesai. Menurut berbagai sumber di internet ada dua desain yang muncul. Desain pertama memakai dua mesin dan punya saluran udara (air intake) tepat di bawah kokpitnya, dan desain satunya lagi juga ditenagai dengan dua mesin jet yang terpasang di sayap delta.
Meskipun Swedia bertujuan untuk mencoba menahan ancaman invasi Soviet dengan membuat senjata nuklir sekaligus platform pembawa senjata tersebut, akan tetapi pesawat pembom yang sudah didesain itu tidak pernah memasuki produksi serial. Meski tidak pernah diproduksi, akan tetapi desain A-36 berkontribusi pada desain pengerjaan dan pengembangan Saab 37 Viggen, merupakan salah satu jet pertama yang menggabungkan desain sayap delta.
Parlemen Swedia kemudian membatalkan proyek A-36 pada tahun 1957, jauh sebelum prototype pesawat itu dibuat. Namun, baru pada tahun 1966 parlemen akhirnya memutuskan Swedia tidak akan mendapatkan senjata nuklir. Pada awal tahun 1970-an Swedia benar-benar meninggalkan ambisi membuat senjata nuklir, sementara bahan fissile yang hendak digunakan kemudian dikirim ke luar negeri.
Kebutuhan akan produksi plutonium untuk membuat bom atom yang tinggi menyebabkan konstruksi yang tidak perlu, rumit dan mahal pada reaktor nuklir; sementara itu pihak militer juga mulai mempertanyakan kegunaan pesawat bomber dan nuklir tersebut. Di mana pihak militer menyebut jika proyek tersebut hanya menghabiskan banyak biaya.
Referensi Tulisan: nationalinterest.org& 19fortyfive.com
Sumber Foto: sudah tertera di atas
Pada pertengahan tahun 1960-an, Swedia bisa dibilang memiliki persediaan bahan fissile yang cukup banyak; sehingga mereka bisa membuat bom nuklir dalam waktu enam bulan. Swedia hanya membutuhkan platform untuk mengirimkan muatan nuklir tersebut.
Pada awalnya, Swedia sebnarnya berusaha mendapatkan senjata nuklir dari luar negeri. Amerika Serikat, sebagai kekuatan nuklir pertama di dunia dan penjamin keamanan Eropa adalah mitra yang logis. Pada hari-hari awal Perang Dingin, Amerika Serikat menjalankan strategi sekaligus mempromosikan untuk produksi energi tenaga nuklir — yang dikenal senagai konsep “Atom untuk Perdamaian” (Atoms for Peace) yang digaungkan oleh Presiden Eisenhower.
Bahan untuk membuat senjata nuklir dan pengetahuan tentang senjata nuklir hanya akan ditransfer ke pemerintah asing dengan syarat penelitian dan pengembangan nuklir hanya untuk tujuan damai, tidak termasuk penelitian senjata. Namun, waktu itu Swedia menolak program yang ditawarkan Amerika tersebut.
Quote:
Membeli senjata nuklir langsung dari Amerika Serikat juga merupakan pilihan yang tidak menarik bagi Swedia pada masa itu, juga kemungkinan besar tidak mungkin untuk bisa membeli senjata tersebut. Di tengah kekhawatiran invasi, pemerintah Swedia akhirnya menyadari potensi yang dimiliki negaranya.
Di tanah Swedia ternyata banyak terdapat kandungan uranium, sebagaiI, salah satu material untuk membuat nuklir. Menyadari keberuntungan tersebut, maka Swedia memutuskan untuk memulai program nuklirnya sendiri secara rahasia.
History of Bomber
Swedia memulai program pesawat bombernya pada rentang tahun 1952-1956, waktu proyek tersebut diberi nama Projekt Aircraft 1300; dan kemudian dirubah menjadi A-36 Vragen. Saab A-36 adalah pesawat pembom supersonik bermesin ganda denhan konfigueasi sayap delta, awalnya pesawat akan memakai sayap menyapu (swept wing). Namun, rencana itu dibatalkan. Dengan memilih desain pesawat delta, Saab A-36 direncanakan bakal memiliki kecepatan terbang dalam kisaran Mach 2+. Sementara ketinggian penerbangan yang dicapai harus berada di kisaran 18.000 meter atau 60.000 kaki.
Di sisi lain program nuklir Swedia sudah mulai dikerjakan secara rahasia mulai tahun 1945 dan berakhir pada tahun 1972, negara Skandinavia ini bahkan menjalankan program senjata nuklir rahasia dengan kedok penelitian sipil di Institut Penelitian Pertahanan Nasional Swedia (FOA). Yang menjadi masalah adalah bagaimana menggunakan senjata seperti itu jika diperlukan, dan dari tahun 1952-1957 militer Swedia bahkan melakukan studi kelayakan untuk mengembangkan pembom supersonik sayap delta yang akan memiliki kemampuan serangan nuklir.
Diklaim bisa menembus jarak 410 km. Target utama Swedia berada di kawasan Baltik, tempat di mana negara-negara di sana dikendalikan Soviet. Dan meskipun Perang Dingin telah berakhir, Baltik masih menjadi perhatian Swedia. Pada proses pengembangannya para perancang di Saab khawatir bahwa senjata yang dipasang secara eksternal pada badan pesawat atau sayap akan menciptakan hambatan atau menurunkan kinerja pesawat.
Selain itu kecepatan Mach 2+ yang tinggi juga akan menghasilkan panas dalam jumlah besar yang dapat merusak senjata — atau lebih buruk lagi menyebabkan senjata tersebut meledak secara tidak sengaja. Pada masanya Saab A-36 digadang-gadang akan menggunakan British Bristol Olympus , merupakan jenis mesin yang sama yang digunakan di pesawat jet bomber Avro Vulcan dan pesawat komersial Concorde SST.
Kemudian para insinyur Saab merubah konfigurasi penempatan senjata, di mana bom harus disimpan secara internal di ruang senjata tertutup; menjaganya dari suhu tinggi yang berpotensi berbahaya. Ruang internal akan menjadi semacam ruang premium, dan hanya akan ada ruang untuk satu bom nuklir seberat 800 kilogram. Bobot bom yang berat bisa mengurangi efektivitas pembom, dan membatasi penggunaannya untuk sistem pengiriman senjata taktis daripada sebuah pencegah strategis. Dan lagi-lagi desain Saab A-36 menemui kendala teknis.
Tapi sayangnya Saab A-36 hanya dibuat sebagai mockup dan desainnya belum benar-benar selesai. Menurut berbagai sumber di internet ada dua desain yang muncul. Desain pertama memakai dua mesin dan punya saluran udara (air intake) tepat di bawah kokpitnya, dan desain satunya lagi juga ditenagai dengan dua mesin jet yang terpasang di sayap delta.
Quote:
Tidak Pernah Diproduksi
Meskipun Swedia bertujuan untuk mencoba menahan ancaman invasi Soviet dengan membuat senjata nuklir sekaligus platform pembawa senjata tersebut, akan tetapi pesawat pembom yang sudah didesain itu tidak pernah memasuki produksi serial. Meski tidak pernah diproduksi, akan tetapi desain A-36 berkontribusi pada desain pengerjaan dan pengembangan Saab 37 Viggen, merupakan salah satu jet pertama yang menggabungkan desain sayap delta.
Parlemen Swedia kemudian membatalkan proyek A-36 pada tahun 1957, jauh sebelum prototype pesawat itu dibuat. Namun, baru pada tahun 1966 parlemen akhirnya memutuskan Swedia tidak akan mendapatkan senjata nuklir. Pada awal tahun 1970-an Swedia benar-benar meninggalkan ambisi membuat senjata nuklir, sementara bahan fissile yang hendak digunakan kemudian dikirim ke luar negeri.
Kebutuhan akan produksi plutonium untuk membuat bom atom yang tinggi menyebabkan konstruksi yang tidak perlu, rumit dan mahal pada reaktor nuklir; sementara itu pihak militer juga mulai mempertanyakan kegunaan pesawat bomber dan nuklir tersebut. Di mana pihak militer menyebut jika proyek tersebut hanya menghabiskan banyak biaya.
Quote:
Referensi Tulisan: nationalinterest.org& 19fortyfive.com
Sumber Foto: sudah tertera di atas
Diubah oleh si.matamalaikat 05-04-2022 05:40






jagotorpedo dan 6 lainnya memberi reputasi
7
6.2K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan