- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Suplai MIGAS Rusia ke Barat harus dibayar dalam valuta Rubel


TS
semarpermadi
Suplai MIGAS Rusia ke Barat harus dibayar dalam valuta Rubel
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan perusahaan energi negara Gazprom untuk hanya menangani pasokan energi ke negara-negara barat dalam valuta rubel. Menurut para ahli, dengan keputusan itu dia ingin menabur perpecahan di Eropa dan berharap menemukan sekutu. Namun, kemungkinan hal ini terjadi sangat tipis.
Rusia mengumumkan lebih dari seminggu yang lalu bahwa semua "negara-negara yang tidak bersahabat", yang terutama mengacu pada negara-negara Barat, akan segera harus membayar gas dan minyak mereka dalam rubel. Putin mengancam bahwa kalau tidak, maka suplai akan dihentikan.
Seperti diketahui walaupun ada sanksi ekonomi pada Rusia, Eropa masih tetap tergantung gas Rusia sampai detik ini guna pengadaan enersi bagi perusahan dan konsumsi rumah tangga. Meskipun pada awalnya banyak yang ragu akan transaksi pembayaran dalam rubel, Putin tampaknya bertahan.
Putin menginstruksikan perusahaan energi Gazprom untuk menangani semua pembayaran dalam rubel mulai sekarang. Aksi ini bila dituruti oleh Eropa akan meningkatkan permintaan valuta Rubel dan bisa membantu nilai rubel yang kini melemah. Namun, para pakar tetap ragu Barat akan menggunakan mata uang Rusia untuk membeli energi.
Sanksi harus dilonggarkan untuk melakukan pembayaran dalam rubel.
Analis ABN AMRO Hans van Cleef mengacu pada pernyataan terbaru oleh G7, tujuh negara paling terkembang di dunia. Mereka mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa tidak ada masalah rubel, sebab itu akan menjadi pelanggaran kontrak, karena telah disepakati terdahulu bahwa semua pembayaran akan dilakukan dalam dolar.
Selain itu, sanksi terhadap Rusia harus dilonggarkan untuk bisa melaksanakan pembelian rubel, karena pembatasan saat ini membuat hampir mustahil untuk mendapatkan rubel di luar Rusia. Dan tidak ada negara yang berpikir itu adalah ide yang bagus saat ini.
Kemungkinan Rusia akan mematikan keran gas kecil, karena itu akan sangat membatasi pendapatan negara.
Rusia ingin menekan Barat untuk melonggarkan sanksi
Hal yang aneh dari tindakan Rusia adalah bahwa Rusia membutuhkan dolar dan euro untuk melunasi utang luar negerinya. Lalu mengapa negara melakukan ini? Pertama-tama, menurut Jan Lambregts dari Rabobank, Putin ingin memperkuat rubel yang terdepresiasi tajam. Jika negara lain ingin membayar dengan rubel, mereka harus membeli mata uang itu juga, yang meningkatkan nilainya. “Dan Rusia memiliki banyak cadangan devisa,” katanya.
Tapi itu juga merupakan cara untuk mengadu domba negara-negara barat satu sama lain. "Jika beberapa negara setuju dan memutuskan untuk membayar dalam rubel, Rusia akan mengikat lebih banyak negara. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk menekan Barat agar meringankan sanksi," jelasnya. Untuk saat ini, Bulgaria adalah satu-satunya negara yang mungkin bersedia membayar dalam rubel untuk menjamin keamanan pasokan.
Negara-negara lain tidak memiliki rencana seperti itu.
Barat tidak akan mengurangi energi Rusia lebih cepat karena ini
Apakah hal ini akan menyebabkan Uni Eropa atau AS mengurangi impor minyak dan gas dari Rusia lebih cepat dari yang direncanakan, agar pada akhirnya masalah ini jatuh dimuka Putin sendiri? Mungkin tidak. "Peralihan ketergantungan Barat dari gas Rusia sekarang telah dimulai, tetapi Barat masih sangat bergantung pada Rusia, jadi pengurangan ketergantungan itu tetap membutuhkan waktu" kata Van Cleef. Lambregt setuju. “Diskusi itu mengingatkan kita betapa tergantungnya Barat pada Rusia, tetapi saya tidak berpikir strateginya enersi Barat akan berubah seketika.”
Awal bulan ini, AS, Inggris, dan UE memutuskan untuk secara signifikan mengurangi impor minyak, gas, dan batu bara dari Rusia tahun ini. Bagaimanapun, UE ingin lepas dari ketergantungan pada energi Rusia pada tahun 2030.
Jelas bahwa sanksi ekonomi Barat pada Rusia tidak tuntas dan tidak melingkupi semua bidang, terutama dalam hal migas Rusia masih menyuplai Eropa sampai detik ini. Bahkan Ukraina malah menghimbau negara2 migas untuk meningkatkan produksi migasnya agar ketergantungan pada migas Rusia dapat diimbangi liwat pasar. Himbauan Ukraina ini tidak mengindahkan kesepakatan semua produsen migas sedunia untuk mengurangi produksi yg berujung pada penambahan emisi karbon.
Sekali lagi tampak bahwa perang Ukraina ini, baik dari sisi Putin maupun sisi Ukraina, dampaknya sangat negatip bagi usaha transisi energi demi penghentian pemanasan global.
Rusia mengumumkan lebih dari seminggu yang lalu bahwa semua "negara-negara yang tidak bersahabat", yang terutama mengacu pada negara-negara Barat, akan segera harus membayar gas dan minyak mereka dalam rubel. Putin mengancam bahwa kalau tidak, maka suplai akan dihentikan.
Seperti diketahui walaupun ada sanksi ekonomi pada Rusia, Eropa masih tetap tergantung gas Rusia sampai detik ini guna pengadaan enersi bagi perusahan dan konsumsi rumah tangga. Meskipun pada awalnya banyak yang ragu akan transaksi pembayaran dalam rubel, Putin tampaknya bertahan.
Putin menginstruksikan perusahaan energi Gazprom untuk menangani semua pembayaran dalam rubel mulai sekarang. Aksi ini bila dituruti oleh Eropa akan meningkatkan permintaan valuta Rubel dan bisa membantu nilai rubel yang kini melemah. Namun, para pakar tetap ragu Barat akan menggunakan mata uang Rusia untuk membeli energi.
Sanksi harus dilonggarkan untuk melakukan pembayaran dalam rubel.
Analis ABN AMRO Hans van Cleef mengacu pada pernyataan terbaru oleh G7, tujuh negara paling terkembang di dunia. Mereka mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa tidak ada masalah rubel, sebab itu akan menjadi pelanggaran kontrak, karena telah disepakati terdahulu bahwa semua pembayaran akan dilakukan dalam dolar.
Selain itu, sanksi terhadap Rusia harus dilonggarkan untuk bisa melaksanakan pembelian rubel, karena pembatasan saat ini membuat hampir mustahil untuk mendapatkan rubel di luar Rusia. Dan tidak ada negara yang berpikir itu adalah ide yang bagus saat ini.
Kemungkinan Rusia akan mematikan keran gas kecil, karena itu akan sangat membatasi pendapatan negara.
Rusia ingin menekan Barat untuk melonggarkan sanksi
Hal yang aneh dari tindakan Rusia adalah bahwa Rusia membutuhkan dolar dan euro untuk melunasi utang luar negerinya. Lalu mengapa negara melakukan ini? Pertama-tama, menurut Jan Lambregts dari Rabobank, Putin ingin memperkuat rubel yang terdepresiasi tajam. Jika negara lain ingin membayar dengan rubel, mereka harus membeli mata uang itu juga, yang meningkatkan nilainya. “Dan Rusia memiliki banyak cadangan devisa,” katanya.
Tapi itu juga merupakan cara untuk mengadu domba negara-negara barat satu sama lain. "Jika beberapa negara setuju dan memutuskan untuk membayar dalam rubel, Rusia akan mengikat lebih banyak negara. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk menekan Barat agar meringankan sanksi," jelasnya. Untuk saat ini, Bulgaria adalah satu-satunya negara yang mungkin bersedia membayar dalam rubel untuk menjamin keamanan pasokan.
Negara-negara lain tidak memiliki rencana seperti itu.
Barat tidak akan mengurangi energi Rusia lebih cepat karena ini
Apakah hal ini akan menyebabkan Uni Eropa atau AS mengurangi impor minyak dan gas dari Rusia lebih cepat dari yang direncanakan, agar pada akhirnya masalah ini jatuh dimuka Putin sendiri? Mungkin tidak. "Peralihan ketergantungan Barat dari gas Rusia sekarang telah dimulai, tetapi Barat masih sangat bergantung pada Rusia, jadi pengurangan ketergantungan itu tetap membutuhkan waktu" kata Van Cleef. Lambregt setuju. “Diskusi itu mengingatkan kita betapa tergantungnya Barat pada Rusia, tetapi saya tidak berpikir strateginya enersi Barat akan berubah seketika.”
Awal bulan ini, AS, Inggris, dan UE memutuskan untuk secara signifikan mengurangi impor minyak, gas, dan batu bara dari Rusia tahun ini. Bagaimanapun, UE ingin lepas dari ketergantungan pada energi Rusia pada tahun 2030.
Jelas bahwa sanksi ekonomi Barat pada Rusia tidak tuntas dan tidak melingkupi semua bidang, terutama dalam hal migas Rusia masih menyuplai Eropa sampai detik ini. Bahkan Ukraina malah menghimbau negara2 migas untuk meningkatkan produksi migasnya agar ketergantungan pada migas Rusia dapat diimbangi liwat pasar. Himbauan Ukraina ini tidak mengindahkan kesepakatan semua produsen migas sedunia untuk mengurangi produksi yg berujung pada penambahan emisi karbon.
Sekali lagi tampak bahwa perang Ukraina ini, baik dari sisi Putin maupun sisi Ukraina, dampaknya sangat negatip bagi usaha transisi energi demi penghentian pemanasan global.
Diubah oleh semarpermadi 30-03-2022 20:20
0
1.8K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan