- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Diduga Melakukan Penodaan Agama, Seorang Pemuda di Ende Diamankan Polisi.


TS
.barbarian.
Diduga Melakukan Penodaan Agama, Seorang Pemuda di Ende Diamankan Polisi.

Quote:
Warga Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, kembali dihebohkan dengan kasus dugaan penodaan agama.
Minggu, 27 Maret 2022, seorang pemuda berinisial ANI (21), warga Kelurahan Tanjung Kecamatan Ende Selatan diamankan umat Paroki Santo Yoseph Onekore, lantaran menyantap Komuni Kudus.
Padahal pria yang kesehariannya bekerja sebagai buruh, diketahui bukan beragama Katolik.
Waka Polres Ende Kompol I Ketut Suka Abdi ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, membenarkan adanya kasus dugaan tindak pidana penodaan agama.
Kasus ini bermula ketika ANI hadir dalam Perayaan Ekaristi di Gereja Santo Yoseph Onekore pada misa pertama yang dimulai pukul 06.00 WITA.
"Ketika komuni, yang bersangkutan maju dan menerima hostia. Kembali ke bangku, baru yang bersangkutan menelan hostia," kata I Ketut Suka Abdi.
Melihat tingkah oknum pemuda itu yang tak sesuai dengan tata cara Gereja Katolik, beberapa umat langsung menaruh curiga.
Selanjutnya yang bersangkutan keluar gereja seperti umat biasa lainnya. Dia bahkan sempat menyapa polisi yang bertugas mengamankan jalannya misa.
"Dia juga sempat menyapa anggota polwan yang berjaga. Anggota kita tidak menaruh curiga," kata Waka Polres Ende.
Saat pelaku keluar gereja, beberapa umat yang menaruh curiga membuntutinya dan berusaha mengamankan oknum pemuda itu. Selanjutnya yang bersangkutan keluar gereja seperti umat biasa lainnya. Dia bahkan sempat menyapa polisi yang bertugas mengamankan jalannya misa.
"Dia juga sempat menyapa anggota polwan yang berjaga. Anggota kita tidak menaruh curiga," kata Waka Polres Ende.
Saat pelaku keluar gereja, beberapa umat yang menaruh curiga membuntutinya dan berusaha mengamankan oknum pemuda itu.
"Terima kasih kepada pastor paroki dan umat yang sudah menyerahkan pelaku kepada pihak kepolisian. Kami akan memproses dan kini kami tengah memeriksa saksi-saksi dan juga melakukan pendalaman kepada pelaku," terangnya.
Sementara Pastor Paroki Santo Yoseph Onekore, Pater KriS E N S O Rnus Lado, SVD saat ditemui di Pastoran mengaku pihaknya tidak menduga terjadinya hal seperti ini. Sebab pelaku pada awalnya bertindak seperti umat lainnya yang hadir dalam Perayaan Ekaristi.
"Saat komuni itulah dia maju untuk menerima Tubuh Kristus, tapi sampai di bangku baru dia menyantapnya. Di situ orang mulai curiga," ujar Pater Pian Lado.
"Beruntung tidak ada aksi anarkis dari umat," ujar misionaris SVD yang pernah bertugas di Benua Afrika itu.
Pater Pian menambahkan, pihak keluarga pelaku telah bertemu dengan dia selaku pastor paroki beserta dewan pastoran paroki. Pada intinya keluarga pelaku datang untuk meminta maaf.
Sebagai umat beriman, kata Pater Pian, gereja telah memaafkan pelaku. Namun pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada Polres Ende untuk proses hukum selanjutnya.
"Mereka datang meminta maaf dan sudah kami maafkan. Namun untuk proses hukum selanjutnya, kami serahkan ke pihak kepolisian," pungkasnya.***
https://wartasasando.pikiran-rakyat....di-polres-ende
Minggu, 27 Maret 2022, seorang pemuda berinisial ANI (21), warga Kelurahan Tanjung Kecamatan Ende Selatan diamankan umat Paroki Santo Yoseph Onekore, lantaran menyantap Komuni Kudus.
Padahal pria yang kesehariannya bekerja sebagai buruh, diketahui bukan beragama Katolik.
Waka Polres Ende Kompol I Ketut Suka Abdi ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, membenarkan adanya kasus dugaan tindak pidana penodaan agama.
Kasus ini bermula ketika ANI hadir dalam Perayaan Ekaristi di Gereja Santo Yoseph Onekore pada misa pertama yang dimulai pukul 06.00 WITA.
"Ketika komuni, yang bersangkutan maju dan menerima hostia. Kembali ke bangku, baru yang bersangkutan menelan hostia," kata I Ketut Suka Abdi.
Melihat tingkah oknum pemuda itu yang tak sesuai dengan tata cara Gereja Katolik, beberapa umat langsung menaruh curiga.
Selanjutnya yang bersangkutan keluar gereja seperti umat biasa lainnya. Dia bahkan sempat menyapa polisi yang bertugas mengamankan jalannya misa.
"Dia juga sempat menyapa anggota polwan yang berjaga. Anggota kita tidak menaruh curiga," kata Waka Polres Ende.
Saat pelaku keluar gereja, beberapa umat yang menaruh curiga membuntutinya dan berusaha mengamankan oknum pemuda itu. Selanjutnya yang bersangkutan keluar gereja seperti umat biasa lainnya. Dia bahkan sempat menyapa polisi yang bertugas mengamankan jalannya misa.
"Dia juga sempat menyapa anggota polwan yang berjaga. Anggota kita tidak menaruh curiga," kata Waka Polres Ende.
Saat pelaku keluar gereja, beberapa umat yang menaruh curiga membuntutinya dan berusaha mengamankan oknum pemuda itu.
"Terima kasih kepada pastor paroki dan umat yang sudah menyerahkan pelaku kepada pihak kepolisian. Kami akan memproses dan kini kami tengah memeriksa saksi-saksi dan juga melakukan pendalaman kepada pelaku," terangnya.
Sementara Pastor Paroki Santo Yoseph Onekore, Pater KriS E N S O Rnus Lado, SVD saat ditemui di Pastoran mengaku pihaknya tidak menduga terjadinya hal seperti ini. Sebab pelaku pada awalnya bertindak seperti umat lainnya yang hadir dalam Perayaan Ekaristi.
"Saat komuni itulah dia maju untuk menerima Tubuh Kristus, tapi sampai di bangku baru dia menyantapnya. Di situ orang mulai curiga," ujar Pater Pian Lado.
"Beruntung tidak ada aksi anarkis dari umat," ujar misionaris SVD yang pernah bertugas di Benua Afrika itu.
Pater Pian menambahkan, pihak keluarga pelaku telah bertemu dengan dia selaku pastor paroki beserta dewan pastoran paroki. Pada intinya keluarga pelaku datang untuk meminta maaf.
Sebagai umat beriman, kata Pater Pian, gereja telah memaafkan pelaku. Namun pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada Polres Ende untuk proses hukum selanjutnya.
"Mereka datang meminta maaf dan sudah kami maafkan. Namun untuk proses hukum selanjutnya, kami serahkan ke pihak kepolisian," pungkasnya.***
https://wartasasando.pikiran-rakyat....di-polres-ende
Quote:
Dugaan Pencemaran Hosti di Paroki Onekore Ende, Gereja Maafkan Pelaku
(Dia mengatakan, anaknya mengalami gangguan jiwa dan kambuh pada bulan-bulan tertentu.)
Tidak lama, orang tua AN yang diketahui bernama Ibrahim Hena dan Hasni asal Kelurahan Paupanda datang menemui pastor paroki dan dewan gereja untuk mempertanggungjawabkan perbuatan anak mereka.
Wakapolres Ende, Kompol I Ketut Suka Abdi dan beberapa aparat Polres Ende ikut dalam pertemuan itu. Tampak juga para Mosalaki Godowutu Onekore, Daniel Djuma, Yakobus Djae, Hendrikus Peso, dan Don Bosko Wajo.
Lantas, Hasni meminta maaf atas perilaku anaknya.
Dia mengatakan, anaknya mengalami gangguan jiwa dan kambuh pada bulan-bulan tertentu.
Pihaknya juga sedang merawat kesehatan AN.
“Sebagai orang tua, kami datang minta maaf atas perilaku anak kami. Dia saat ini alami gangguan. Kalau saat normal dia sangat sopan. Tapi kalau pas bulannya, dia selalu onar. Sempat saya juga dicekik pak. Sudah beberapa kali kami urus dia. Sampai Labuan, sampai Sumba. Dia sempat sekolah di STM tapi tidak habis gara-gara sakitnya ini,” tutur Hasni, memelas.
Hasni mengaku bahwa keluarga sempat memasung AN selama empat hari.
“Sempat kami pasung dia selama 4 hari. Saat itu dia mengamuk, barang-barang di rumah juga hancur,” terang Hasni.
Mendengar permintaan maaf dari kedua orang tua pelaku, Pastor Paroki Onekore meminta semua pihak untuk tenang, tidak main hakim sendiri, dan memberikan pengampunan.
“Ini tanda-tanda zaman. Sebagai pastor, saya bersyukur kepada Tuhan atas peristiwa iman ini bahwa umat cukup sabar dan tidak melakukan tindakan-tindakan berdarah,” tutur Pater Ian.
“Kita dengar permintaan maaf dari orang tua anak ini dan kita ampuni. Yesus di atas kayu salib saja berkata, Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat,” sambungnya.
Meski demikian, Pater Ian Lado, menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada aparat Polres Ende untuk menanganinya secara adil.
Dirinya juga meminta pihak kepolisian untuk memperketat pengamanan saat upacara keagamaan.
“Kita minta polisi untuk secara adil menanganinya. Kita juga minta aparat keamanan untuk memberikan pengamanan pada rumah ibadah. Biar kita selalu nyaman dan damai,” demikian permintaan Pater Ian.
Wakapolres Ende, Kompol Ketut Suka Abdi mengucapkan terima kasih atas kebijaksanaan pastor paroki dan mosalaki dalam menyelesaikan masalah ini.
“Saya sampaikan terima kasih bagi bapak pastor dan dewan gereja. Atas nama Kapolres, saya menyampaikan apresiasi kepada para pihak sehingga masalah ini dapat direspons secara damai dengan melibatkan semua pemangku. Persoalan hukum akan kami dalami serius terhadap kondisi pelaku,” pungkasnya.
https://ekorantt.com/2022/03/27/duga...aafkan-pelaku/
Quote:
HOSTI – DIKUNYAH ATAU TIDAK ?
PERTANYAAN UMAT :
”Pada saat menerima komuni sering saya perhatikan ada banyak umat yang seperti mengunyah makanan. tanpa dikunyahpun sebenarnya hosti itu langsung larut. Guru saya dulu waktu belajar komuni bilang, tidak usah dikunyah karena itu Tuhan Yesus. Gimana seharusnya sih…..? tolong bantu aku dong.
PENCERAHAN DARI Teresa Subaryani Dhs
hosti itu terbuat dari tepung terigu yang dicampur dengan air. Produksi yang masal membuat hosti bisa menjadi berbeda-beda tebalnya. bila hosti yang kebetulan didapat itu cukup tipis sehingga tanpa dikunyah pun dapat larut di lidah dan dapat langsung ditelan. Tetapi untuk hosti yang tebal, tidak ada salahnya kita mengunyahnya. Toh gigi pemberian Tuhan ini tidak ada salahnya ikut melayani kita menyantap Tubuh Sang Ilahi. Apakah dosa? Tentu tidak!
PENCERAHAN DARI Mas Roms:
Tak ada aturan harus bagaimana “memakan” atau “menelan” hosti kudus. Yang pasti Tubuh Kristus yang kita terima sungguh kita imani dan kita sambut sebagai “santapan” rohani kita; bukti nyata kasih Tuhan kepada kita. Menjadi salah jika sudah masuk mulut dikeluarkan lagi atau cuma diterima tangan namun tidak ditelan. Memang secara logis dan praktis jika dikunyah hosti akan menempel di gigi dan butuh waktu agak lama hingga tertelan habis. Tanpa perlu dinyapun hosti akan cepat larut kan?
PENCERAHAN DARI Christianus Hendrik
Hemm…memang rasanya Gereja tidak mengatur sampai sedetail itu menyangkut soal mengunyah atau melumat hosti dengan lidah. Kata ‘menyantap’ tubuh dan darah Tuhan bisa diartikan mengunyah, mencecap,dll. Namun kiranya baik kita tahu tradisi turun temurun yang pernah diajarkan oleh Gereja entah disadari, didengar, dipahami atau tidak. Ini memang hal sepele, jadi semoga juga tidak terlalu sibuk dibuatnya oleh pertanyaan ini. Kiranya juga page ini tidak bermaksud mengubah semua tatacara lahiriah kita bukan? LEbih pada memberi makna dan memaknai secara baru dan benar sesuai himbauan Gereja.
Saya teringat ketika kecil ikut persiapan komuni pertama, Katekis/guru agama saya (masih hidup sampai sekarang orangnya) mengajarkan untuk bersikap hormat dan hikmad saat menyambut Tubuh Tuhan. Itu bukan sekedar roti biasa, tapi menjadi Tubuh Ilahi Tuhan yang bermanifes dalam kemanusiawian kita (bentuk roti). Bahkan ketika menjadi santapan, itupun bukan santapan biasa. Maka dulu diajarkan untuk tidak mengunyah, tapi melumatnya dengan air liur kita dan membiarkanANya meresap masuk dalam tubuh kita. Ketika kami dulu sebagai anak protes, lalu sang Katekis mengatakan:”kamu “ngemut” permen bermenit2 aja sanggup, apa susahnya membiarkan Tubuh Tuhan berada tenang di mulutmu dalam sekejab, mensucikan mulutmu agar pantas bagiNya, dan pelan2 memberi waktu yang cukup bagi sang Ilahi mensucikan setiap bagian tubuhmu bagi kehadiranNya”….Dan memang benar, itu cuma sekejab, dengan hanya membiarkanNya begitu saja di mulut, bahkan sebelum kita sampai di tempat duduk kita kembali…sebelum kita selesai berdoa pribadi dan mensyukuri Allah yang menjadi manusia dan tinggal di dalam diri kita….hosti itu sudah lebur dalam diri kita.
Dalam tradisi gereja dulu, waktu masih ada altar kecil tempat penerimaan komuni, di mana hosti tidak diterima dengan tangan, tapi menengadahkan wajah dan membuka mulut; Imam meletakkan dengan hati2 hosti di lidah kita, dan orang dulu dengan hikmad mencecapNya sambil tenang berdoa….”Kecaplah betapa baiknya Tuhan…..” Bukan kunyahlah betapa baiknya Tuhan he he…
Belum pernah mendengar ada orang yang tersedak atau mati karena mencecap hosti beberapa saat dalam mulutnya, so itu bukanlah masalah besar. Yang penting kita tahu bagaimana dulu Gereja mengekspresikan sikap hormatnya atas Karya Kasih Allah dalam rupa roti ini dengan ungkapan “jangan tersentuh gigi”. Tentu ini bukan soal dosa atau tidak; tapi mengajarkan sikap hormat dan penuh cinta atas anugerah Ilahi yang paling besar dalam hidup kita.
PENCERAHAN DARI FRATER (PASTOR?) Damianus Triwidaryadi
Tubuh-Ku adalah benar2 makanan dan Darah-Ku adalah benar2 minuman..
Terimalah dan makanlah…
Terimalah dan minumlah…
Saat paling istimewa di mana kita bersatu secara jasmani-badani karna kta menyantap Tubuh-Nya…
Saya yakin kita smua tahu cara makan dan minum yg sopan dan pantas apalagi yg kita santap adalah Tubuh Tuhan,…
Mengecap(mengunyah) atau melumat dgn lidah adalah cara kita memakan jadi apakah kita mengecap(mengunyah) atau melumat? Keduanya tidak salah dan pasti kita juga melakukanya dgn sopan pantas.
‘rasakan ktika Tubuh Tuhan masuk ke dalam mulut dan ktika itu yg ilahi meresap merasuk dalam diri kita, ktika Tubuh Tuhan berjalan dari mulut menuju perut kita, yg ilahi merasuki diri kita, tubuh kita…
Keindahan yg tak terkatakan…
Keteduhan yg tak terselami…
Kesegaran yg tak tergambrkan.
Dan dengarlah jeritan kekaguman hati kita atas karya agung Allah, jiwa raga kita disucikan dan dibersihkan oleh santapan kudus dan kita memohon agar iman kita diteguhkan…Ia tinggal dalam diri kita dan secara jasmani kita bersatu dgn-Nya…luar biasa…
Rasakanlah bahwa yg ilahi meresap dalam diri kita dan secara jasmani kita bersatu dgn-Nya…
Cukup deh…ma kasih…
PENCERAHAN dari PASTOR Yohanes Samiran…..
Untuk menghindari rasa berdosa untuk beberapa hal terkait dengan pertanyaan ini, karena saking ekstrimnya ada yang mengajarkan bahwa TIDAK BOLEH dikunyah, TIDAK BOLEH kena gigi, dan sejenisnya.
Kata TIDAK BOLEH – rasanya terlalu keras dan memutlakkan, dan tanpa sadar bisa membuat umat merasa berdosa saat sambut komuni kemudian kena gigi atau melekat di gigi atau langit-langit, dlsb.
Seperti biasanya saya tidak mau menjawab dari teori yang memusingkan umat, tetapi lihatlah bagaimana imam menerima atau “menyantap” hosti kudus itu? Kalau kemarin tidak memperhatikan, coba perhatikan besok kalau ikut Misa Kudus.
Praktiknya adalah: ada yang mengunyah, umumnya imam akan mengunyah hosti itu. Tetapi juga ada yang mengulumnya sampai larut sendiri dan ditelan.
Jelas keduanya adalah praktik yang normal dan diijinkan. Jadi kata TIDAK BOLEH di atas sebaiknya dikoreksi.
Lalu mana yang sebaiknya?
Yang sebaiknya adalah kembali kepada rasa sopan dan rasa iman yang pas untuk anda. Itulah saat indah pertemuan kita dengan Tuhan. Nikmatilah dan sambutlah DIA dengan hormat dan bakti.
https://liturgiekaristi.wordpress.co...tau-tidak/amp/
PERTANYAAN UMAT :
”Pada saat menerima komuni sering saya perhatikan ada banyak umat yang seperti mengunyah makanan. tanpa dikunyahpun sebenarnya hosti itu langsung larut. Guru saya dulu waktu belajar komuni bilang, tidak usah dikunyah karena itu Tuhan Yesus. Gimana seharusnya sih…..? tolong bantu aku dong.
PENCERAHAN DARI Teresa Subaryani Dhs
hosti itu terbuat dari tepung terigu yang dicampur dengan air. Produksi yang masal membuat hosti bisa menjadi berbeda-beda tebalnya. bila hosti yang kebetulan didapat itu cukup tipis sehingga tanpa dikunyah pun dapat larut di lidah dan dapat langsung ditelan. Tetapi untuk hosti yang tebal, tidak ada salahnya kita mengunyahnya. Toh gigi pemberian Tuhan ini tidak ada salahnya ikut melayani kita menyantap Tubuh Sang Ilahi. Apakah dosa? Tentu tidak!
PENCERAHAN DARI Mas Roms:
Tak ada aturan harus bagaimana “memakan” atau “menelan” hosti kudus. Yang pasti Tubuh Kristus yang kita terima sungguh kita imani dan kita sambut sebagai “santapan” rohani kita; bukti nyata kasih Tuhan kepada kita. Menjadi salah jika sudah masuk mulut dikeluarkan lagi atau cuma diterima tangan namun tidak ditelan. Memang secara logis dan praktis jika dikunyah hosti akan menempel di gigi dan butuh waktu agak lama hingga tertelan habis. Tanpa perlu dinyapun hosti akan cepat larut kan?
PENCERAHAN DARI Christianus Hendrik
Hemm…memang rasanya Gereja tidak mengatur sampai sedetail itu menyangkut soal mengunyah atau melumat hosti dengan lidah. Kata ‘menyantap’ tubuh dan darah Tuhan bisa diartikan mengunyah, mencecap,dll. Namun kiranya baik kita tahu tradisi turun temurun yang pernah diajarkan oleh Gereja entah disadari, didengar, dipahami atau tidak. Ini memang hal sepele, jadi semoga juga tidak terlalu sibuk dibuatnya oleh pertanyaan ini. Kiranya juga page ini tidak bermaksud mengubah semua tatacara lahiriah kita bukan? LEbih pada memberi makna dan memaknai secara baru dan benar sesuai himbauan Gereja.
Saya teringat ketika kecil ikut persiapan komuni pertama, Katekis/guru agama saya (masih hidup sampai sekarang orangnya) mengajarkan untuk bersikap hormat dan hikmad saat menyambut Tubuh Tuhan. Itu bukan sekedar roti biasa, tapi menjadi Tubuh Ilahi Tuhan yang bermanifes dalam kemanusiawian kita (bentuk roti). Bahkan ketika menjadi santapan, itupun bukan santapan biasa. Maka dulu diajarkan untuk tidak mengunyah, tapi melumatnya dengan air liur kita dan membiarkanANya meresap masuk dalam tubuh kita. Ketika kami dulu sebagai anak protes, lalu sang Katekis mengatakan:”kamu “ngemut” permen bermenit2 aja sanggup, apa susahnya membiarkan Tubuh Tuhan berada tenang di mulutmu dalam sekejab, mensucikan mulutmu agar pantas bagiNya, dan pelan2 memberi waktu yang cukup bagi sang Ilahi mensucikan setiap bagian tubuhmu bagi kehadiranNya”….Dan memang benar, itu cuma sekejab, dengan hanya membiarkanNya begitu saja di mulut, bahkan sebelum kita sampai di tempat duduk kita kembali…sebelum kita selesai berdoa pribadi dan mensyukuri Allah yang menjadi manusia dan tinggal di dalam diri kita….hosti itu sudah lebur dalam diri kita.
Dalam tradisi gereja dulu, waktu masih ada altar kecil tempat penerimaan komuni, di mana hosti tidak diterima dengan tangan, tapi menengadahkan wajah dan membuka mulut; Imam meletakkan dengan hati2 hosti di lidah kita, dan orang dulu dengan hikmad mencecapNya sambil tenang berdoa….”Kecaplah betapa baiknya Tuhan…..” Bukan kunyahlah betapa baiknya Tuhan he he…
Belum pernah mendengar ada orang yang tersedak atau mati karena mencecap hosti beberapa saat dalam mulutnya, so itu bukanlah masalah besar. Yang penting kita tahu bagaimana dulu Gereja mengekspresikan sikap hormatnya atas Karya Kasih Allah dalam rupa roti ini dengan ungkapan “jangan tersentuh gigi”. Tentu ini bukan soal dosa atau tidak; tapi mengajarkan sikap hormat dan penuh cinta atas anugerah Ilahi yang paling besar dalam hidup kita.
PENCERAHAN DARI FRATER (PASTOR?) Damianus Triwidaryadi
Tubuh-Ku adalah benar2 makanan dan Darah-Ku adalah benar2 minuman..
Terimalah dan makanlah…
Terimalah dan minumlah…
Saat paling istimewa di mana kita bersatu secara jasmani-badani karna kta menyantap Tubuh-Nya…
Saya yakin kita smua tahu cara makan dan minum yg sopan dan pantas apalagi yg kita santap adalah Tubuh Tuhan,…
Mengecap(mengunyah) atau melumat dgn lidah adalah cara kita memakan jadi apakah kita mengecap(mengunyah) atau melumat? Keduanya tidak salah dan pasti kita juga melakukanya dgn sopan pantas.
‘rasakan ktika Tubuh Tuhan masuk ke dalam mulut dan ktika itu yg ilahi meresap merasuk dalam diri kita, ktika Tubuh Tuhan berjalan dari mulut menuju perut kita, yg ilahi merasuki diri kita, tubuh kita…
Keindahan yg tak terkatakan…
Keteduhan yg tak terselami…
Kesegaran yg tak tergambrkan.
Dan dengarlah jeritan kekaguman hati kita atas karya agung Allah, jiwa raga kita disucikan dan dibersihkan oleh santapan kudus dan kita memohon agar iman kita diteguhkan…Ia tinggal dalam diri kita dan secara jasmani kita bersatu dgn-Nya…luar biasa…
Rasakanlah bahwa yg ilahi meresap dalam diri kita dan secara jasmani kita bersatu dgn-Nya…
Cukup deh…ma kasih…
PENCERAHAN dari PASTOR Yohanes Samiran…..
Untuk menghindari rasa berdosa untuk beberapa hal terkait dengan pertanyaan ini, karena saking ekstrimnya ada yang mengajarkan bahwa TIDAK BOLEH dikunyah, TIDAK BOLEH kena gigi, dan sejenisnya.
Kata TIDAK BOLEH – rasanya terlalu keras dan memutlakkan, dan tanpa sadar bisa membuat umat merasa berdosa saat sambut komuni kemudian kena gigi atau melekat di gigi atau langit-langit, dlsb.
Seperti biasanya saya tidak mau menjawab dari teori yang memusingkan umat, tetapi lihatlah bagaimana imam menerima atau “menyantap” hosti kudus itu? Kalau kemarin tidak memperhatikan, coba perhatikan besok kalau ikut Misa Kudus.
Praktiknya adalah: ada yang mengunyah, umumnya imam akan mengunyah hosti itu. Tetapi juga ada yang mengulumnya sampai larut sendiri dan ditelan.
Jelas keduanya adalah praktik yang normal dan diijinkan. Jadi kata TIDAK BOLEH di atas sebaiknya dikoreksi.
Lalu mana yang sebaiknya?
Yang sebaiknya adalah kembali kepada rasa sopan dan rasa iman yang pas untuk anda. Itulah saat indah pertemuan kita dengan Tuhan. Nikmatilah dan sambutlah DIA dengan hormat dan bakti.
https://liturgiekaristi.wordpress.co...tau-tidak/amp/
Makan roti perjamuan kudus aka hosti berakhir di polisi.
Quote:
Penodaan hosti adalah sebuah bentuk sakrilegi dalam Kekristenan (kebanyakan diidentifikasikan semacam itu dalam tradisi Anglikan, Ortodoks Timur dan Oriental, Lutheran, Methodis, dan Katolik Roma) yang melibatkan perbuatan senonoh atau penggunaan tidak semestinya terhadap hosti terkonsekrasi—roti kudus yang digunakan dalam layanan Ekaristi Liturgi Ilahi atau Misa. Dalam Katolik, dimana hosti telah tertransbustansiasi ke dalam tubuh Yesus Kristus, penodaan hosti adalah dosa mematikan. Penodaan hosti intensional tak hanya dosa berat namun juga merupakan tindakan ekskomunikasi latae sententiae. Sepanjang abad, sejumlah kelompok dituduh menodai Ekaristi, sering kali dengan konsekuensi kematian karena pengaruh spiritual dari hosti terkonsekrasi.
Contoh peristiwa penodaan hosti :
Di Larantuka, Indonesia, pada tanggal 11 Juni 1995, jemaat Katolik mengeroyok seorang pendatang bernama Taman yang beragama Kristen karena meremat hosti hingga hancur, yang berakibat terjadinya kerusuhan. Kerusuhan terjadi karena penodaan hosti telah terjadi secara berulang di kawasan tersebut.
Di Katedral Santa Maria Imakulata Atambua, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, pada 11 Juni 2014, seseorang berinisial CH dilaporkan ke polisi karena meremas hosti saat Misa.
Di Katedral Santo Mikael, Keuskupan Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok, pada 5 Januari 2017, seorang pria segera ditangkap setelah berlari ke altar dan menghancurkan Hosti setelah ia menerima dari seorang imam pada Misa Malam Natal.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penodaan_hosti


pilotwaras108 memberi reputasi
1
1.6K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan