Selingkuh - Berkhianat - Mendua - Bermain Hati 


Dalam menjalin sebuah hubungan hal utama yang menjamin keharmonisan adalah kesetiaan. Salah satu indikator penilaian cintanya pasangan kepada kita adalah dari tidak adanya penduaan hati. Ikatan resmi dalam suatu hubungan adalah dengan pernikahan, ikatan ini didasarkan atas kebutuhan fisiologis seseorang yang harus terpenuhi. Dalam hal ini adalah seks.

Seperti halnya makan dan minum, seks juga merupakan kebutuhan mendasar seseorang. Pemenuhannya bersifat mendesak, tidak bisa ditunda-tunda, sehingga pernikahan adalah cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ketika kebutuhan tersebut terpenuhi maka akan timbul rasa kebahagiaan dan kepuasan pada masing-masing diri pasangan.
 
Namun pada kenyataanya, tidak semua yang telah berpasangan merasakan kebahagiaan, merasakan keharmonisan dalam hubungan, selalu ada bumbu permasalahan ketika seseorang menjalankan sebuah hubungan baik itu dalam level pernikahan, pertunangan, maupun berpacaran. Masalah inilah yang mengakibatkan harapan kebahagiaan diawal hubungan menjadi sebuah keretakan yang berakhir pada perpisahan.

Salah satu penyebab timbulnya permasalahan pada suatu hubungan adalah hadirnya seseorang (red: orang ketiga) yang bermain api dengan salah seorang pasangan. Alasan yang sering kali diutarakan adalah adanya ketidakpuasan pada pasangan sehingga mencari kepuasan lain yang ada pada diri seseorang yang lain. Hal  ini bukanlah alasan yang bisa dibenarkan, karena solusi ketidakpuasan bukanlah perselingkuhan, melainkan pembicaraan secara terbuka kepada pasangan terkait ketidakpuasan apa dan kenapa sehingga dapat dicarikan solusi untuk perbaikan ke depan.
 
Berbagai alasan dikemukakan oleh pelaku-pelaku selingkuh, dalam sebuah tabloid pada tahun 2000 ada ulasan beberapa alasan seseorang melakukan selingkuh, diantaranya:

1. Rutinitas yang Monoton



Mempertahankan perasaan seperti diawal pertemuan itu tidak mudah, seiiring waktu berjalan terkadang perasaan sayang terkikis secara perlahan hingga timbulah kebosanan. Apalagi aktifitas sehari-hari berjalan selalu sama setiap hari, inilah pemicu awal seseorang menginginkan sesuatu yang berbeda dan menantang.

2. Kebosanan Seksual



Aktifitas seksual yang begitu-begitu saja masuk lalu keluar lalu tidur juga menimbulkan kebosanan. Maka benar bahwa variasi dalam seksual itu penting, hal sederhana yang dapat dicoba adalah variasi gaya. Jika sebelumnya gaya seksual hanya misionaris, atau women on top, coba lah memakai gaya-gaya lain yang bisa dicontoh dari berbagai situs internet yang mengulas mengenai berbagai gaya aktifitas seksual.

3. Kemarahan yang Terpendam



Kontrol emosi memang itu sangat diperlukan dalam menjalani suatu hubungan. Ketika emosi dibiasakan tak dikendalikan maka tak ayal pertengkaran demi pertengkaran akan terjadi. Namun emosi yang dipendam pun bisa juga menjadi negative, batin yang tersiksa karena terus memendam amarah, hati yang tak bisa tenang, sehingga pelampiasan mencari kebahagiaan dari seseorang di luar rumah.

4. Kesempatan Terbuka



Banyak anggapan laki-laki lebih berkesempatan untuk selingkuh karena lebih banyak beraktifitas di luar rumah dibandingkan wanita. Artinya banyak kesempatan terbuka bagi laki-laki untuk bermain mata dengan wanita lain di luar sana.

5. Krisis Kehidupan



Kehilangan pekerjaan atau perubahan status sosial seseorang memperbesar seseorang untuk berselingkuh juga. Ketika dalam krisis ini biasanya merasa tak ada seseorang yang support, tak ada seseorang yang peduli, termasuk pasangannya sendiri. Untuk meningkatkan harga dirinya yang terjatuh tersebut biasanya terangkat kembali ketika berselingkuh. Ada perasaan bahagia disana sehingga mendapatkan semangat baru.

6. Harapan Kosong




Ketika diawal hubungan masing-masing menaruh harapan besar pada pasangannya. ketika dipertengahan nyatanya harapan itu tak terealisasikan. Hasilnya yang didapat hanyalah harapan kosong.

Selain beberapa alasan diatas, selingkuh juga dipengaruhi oleh pesatnya teknologi yang membawa dampak negative bagi pasangan menikah. Unsur eksibisi seperti tontonan infotainment, film atau sosial media juga  memfasilitas seseorang untuk terjerumus dalam perselingkuhan. Di zaman modern seperti ini hampir sebagian besar manusia dewasa baik yang belum menikah atau sudah menikah dipastikan memiliki sedikitnya satu akun media sosial, foto pribadi update story dapat dengan mudah user lain konsumsi. Tak sedikit juga melalui sosial media orang-orang dapat berkenalan bahkan hingga berpacaran. Berawal dari iseng menambahkan teman lalu kemudian chat-chatan akhirnya ketemuan lalu berpacaran. Untuk seseorang yang tak terikat hubungan apapun mungkin itu tidak masalah dan sah-sah saja, namun untuk seseorang yang telah terikat tali pernikahan tentu hal tersebut adalah sebuah pengkhianatan pasangan. Akibatnya, perceraianpun tak terhindarkan.

Selingkuh juga bisa terjadi karena proses belajar, seseorang yang tidak berpotensi untuk berselingkuh bisa terjerumus karena belajar coba-coba, ada rasa penasaran dalam diri sehingga mencoba berbohong kepada pasangan, seiring berjalan waktu lalu larut dalam perselingkuhan dan bersikap biasa terhadap pasangan.

Dan yang terakhir selingkuh dapat terjadi akibat dari labeling yang didapat dari seseorang, berhati-hatilah dalam berprasangka terhadap pasangan, jika pasangan selalu dituduh tidak setia, berkhianat, tanpa adanya bukti-bukti yang kuat maka hal itu akan berpengaruh terhadap dirinya untuk menjadikan tuduhan itu menjadi kenyataan. Sama halnya ketika kita mencap orang itu pembohong maka secara tidak langsung kita memberikan sugesti yang tertanam kepada orang tersebut untuk melakukan kebohongan yang kemudian kebohongan itu akan menjadi kenyataan dan menjadi kebiasaan.