

TS
albyabby91
Lumpur Kehidupan (Sajak Monolog #7)

Dalam sajak-sajak itu, ada kenikmatan imajinasi
Dalam sajak-sajak itu, ada kenikmatan ilusi
Dalam sajak-sajak itu, ada kenikmatan fiksi
Kenapa tidak kita biarkan saja begitu. Tak usaha nyata, tak perlu realita. Bukankah dalam hidup, kita kadang tak perlu fakta?
Mari menepi sejenak, melepas ego, memilin sendiri rencana-rencana yang belum terbentuk. Menyimpul ulang tali-temali kusut yang telah lebih dulu erat terikat. Mungkin perlu simpulan baru, mungkin yang lama tak lagi erat. Mungkin butuh simpulan baru untuk memulai kembali merekatkan yang renggang, melepaskan sambungan yang mengekang, tak menguntungkan pihak lain. Yang menyempitkan langkah dan pergerakan, entah pergerakan diri sendiri atau bahkan kita bisa saja tanpa sadar mengungkung diri sendiri. Personaliti jadi utama, sosialiti jadi kedua, mungkin kita adalah alternatif yang tidak pernah penting dipilih, tidak dibutuhkan lagi.
Hidup itu soal kompleksitas ambisi, orkestrasi alam, keinginan-keinginan terselubung, rencana jahat, egoisme yang terbungkus lumpur-lumpur etika. Kita selalu menjadi citra, mempengaruhi logika, membunuh karakter sendiri yang nalurinya buas dan liar. Biarkan ia nampak, biarkan semua tahu siapa gerangan kita. Sesekali menjadi sampah juga tak apa, agar kita tahu bahwa segala yang bekas dan kotor itu terpinggir di satu sisi, tetapi pada sisi yang lain dapat di daur ulang bukan? Lalu mengapa kita tak membiarkan segalanya menjadi terang benderang terlihat. Biar semua orang sadar, bahwa bungkus kemunafikan bernama etika dan moral itu adalah kepalsuan, fatamorgana yang hanya indah sebagai diorama hidup semata.
Tak bisakah memilih lajur sendiri yang bebas, naluri makhluk bebas itu kenapa kini menjadi terkungkung? Alam dengan segala dinamika dan fenomenanya telah mengajarkan banyak sekali hal. Toh, dunia bukan tentang hitam-putih, benar-salah, pahala-dosa, atau surga-neraka saja bukan? Mengapa kita tidak mencoba mengambang di area abu-abu untuk terus berpikir mengawang. Akan ada banyak kenikmatan, kegembiraan, keserasian yang tak bakal bisa dijangkau oleh realita bukan?
Cobalah berenang di lautan luas sajak-sajak ini, merenungi genangan aksara dan kosakata yang bergelimpangan membasuh kejernihan pikiran dan akal. Cobalah sejenak melupakan kalau kita ini adalah kenyataan yang sudah terjadi, kalau kita sekarang adalah fakta yang sudah dijalani.
Akan tiba masanya, segala kesibukan ini, segala gemerlapan ini, segala hingar-bingar ini akan terhenti. Kita butuh ruang kosong yang mengambang, tanpa pikiran soal citra, tanpa kekhawatiran soal masa depan. Lumpur-lumpur kehidupan itu biarkanlah mengubur kita dalam-dalam, menjauhi aroma harum kenikmatan gelimpangan fana yang menjelma semu dalam harta, tahta dan wanita.
*****






itz.mynote dan 3 lainnya memberi reputasi
4
630
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan