- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Putra Mahkota Arab Saudi dan UEA Kompak Tolak Telepon dari Biden, Apa Sebabnya?


TS
5tar5.
Putra Mahkota Arab Saudi dan UEA Kompak Tolak Telepon dari Biden, Apa Sebabnya?
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) dan Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Zayed al Nahyan menolak permintaan Amerika Serikat (AS) untuk berbicara dengan Presiden Joe Biden dalam beberapa pekan terakhir.
Kabar mengejutkan itu diungkapkan The Wall Street Journal (WSJ). MBS dan Sheikh Mohammed bin Zayed al Nahyan merupakan pemimpin efektif negaranya masing-masing.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan pada 8 Maret 2022 bahwa Washington melarang semua impor produk energi Rusia untuk memberikan "pukulan kuat lainnya ke mesin perang Presiden Rusia Vladimir Putin".
Baca juga: Rusia Bongkar Rencana Ukraina Rebut Paksa Donbass, Instruktur AS Diduga Terlibat
Langkah itu dilakukan sebagai tanggapan atas operasi khusus Rusia yang sedang berlangsung untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina di tengah harga energi yang sudah melonjak.
Baca juga: AS Kirim 2 Sistem Rudal Patriot ke Polandia, Ini Alasannya
Washington telah bekerja keras menggalang lebih banyak dukungan internasional untuk kebijakan sanksi yang menargetkan Rusia serta berharap dapat menahan lonjakan harga minyak.
Baca juga: Tangkal Dampak Sanksi Barat, Rusia Kurangi Penggunaan Dolar AS
Namun, pejabat Saudi dan Emirat semakin vokal dalam kritik mereka terhadap kebijakan AS di Teluk. Para pejabat Timur Tengah dan pejabat AS dikutip oleh WSJ dalam laporan tersebut.
"Ada beberapa harapan dari panggilan telepon, tetapi itu tidak terjadi ... Itu adalah bagian dari menyalakan keran (minyak Saudi)," ungkap seorang pejabat AS, dilansir WSJ.
Menurut laporan itu, pejabat senior Dewan Keamanan Nasional AS dan Departemen Luar Negeri AS telah melakukan perjalanan ke Riyadh dan Abu Dhabi dalam beberapa pekan terakhir untuk mengajukan permintaan AS secara langsung.
Joe Biden tidak pernah berbicara dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman dan lebih memilih melakukan panggilan resmi pertamanya kepada ayah MBS, Raja Salman, pada 9 Februari. Saat itu Biden dan Raja Salman menegaskan “kemitraan strategis dan ekonomi” negara mereka.
Adapun UEA, Kementerian Luar Negerinya dikutip mengatakan panggilan telepon antara POTUS (Biden) dan Sheikh Mohammed akan "dijadwal ulang".
Awal pekan ini, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan kepada wartawan bahwa tidak ada rencana Biden dan Putra Mahkota Mohammed untuk segera berbicara.
Psaki juga menyangkal ada rencana bagi Presiden AS untuk melakukan perjalanan ke Riyadh.
Berbagai langkah tersebut untuk mendapatkan dukungan dari Negara-Negara Teluk yang Kaya Minyak di tengah dinginnya hubungan AS dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sejak Biden menjabat pada 2021.
Pada saat itu Biden telah memeriksa kembali hubungan AS dengan Saudi terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
https://international.sindonews.com/...-1646827393/10
Kabar mengejutkan itu diungkapkan The Wall Street Journal (WSJ). MBS dan Sheikh Mohammed bin Zayed al Nahyan merupakan pemimpin efektif negaranya masing-masing.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan pada 8 Maret 2022 bahwa Washington melarang semua impor produk energi Rusia untuk memberikan "pukulan kuat lainnya ke mesin perang Presiden Rusia Vladimir Putin".
Baca juga: Rusia Bongkar Rencana Ukraina Rebut Paksa Donbass, Instruktur AS Diduga Terlibat
Langkah itu dilakukan sebagai tanggapan atas operasi khusus Rusia yang sedang berlangsung untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina di tengah harga energi yang sudah melonjak.
Baca juga: AS Kirim 2 Sistem Rudal Patriot ke Polandia, Ini Alasannya
Washington telah bekerja keras menggalang lebih banyak dukungan internasional untuk kebijakan sanksi yang menargetkan Rusia serta berharap dapat menahan lonjakan harga minyak.
Baca juga: Tangkal Dampak Sanksi Barat, Rusia Kurangi Penggunaan Dolar AS
Namun, pejabat Saudi dan Emirat semakin vokal dalam kritik mereka terhadap kebijakan AS di Teluk. Para pejabat Timur Tengah dan pejabat AS dikutip oleh WSJ dalam laporan tersebut.
"Ada beberapa harapan dari panggilan telepon, tetapi itu tidak terjadi ... Itu adalah bagian dari menyalakan keran (minyak Saudi)," ungkap seorang pejabat AS, dilansir WSJ.
Menurut laporan itu, pejabat senior Dewan Keamanan Nasional AS dan Departemen Luar Negeri AS telah melakukan perjalanan ke Riyadh dan Abu Dhabi dalam beberapa pekan terakhir untuk mengajukan permintaan AS secara langsung.
Joe Biden tidak pernah berbicara dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman dan lebih memilih melakukan panggilan resmi pertamanya kepada ayah MBS, Raja Salman, pada 9 Februari. Saat itu Biden dan Raja Salman menegaskan “kemitraan strategis dan ekonomi” negara mereka.
Adapun UEA, Kementerian Luar Negerinya dikutip mengatakan panggilan telepon antara POTUS (Biden) dan Sheikh Mohammed akan "dijadwal ulang".
Awal pekan ini, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan kepada wartawan bahwa tidak ada rencana Biden dan Putra Mahkota Mohammed untuk segera berbicara.
Psaki juga menyangkal ada rencana bagi Presiden AS untuk melakukan perjalanan ke Riyadh.
Berbagai langkah tersebut untuk mendapatkan dukungan dari Negara-Negara Teluk yang Kaya Minyak di tengah dinginnya hubungan AS dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sejak Biden menjabat pada 2021.
Pada saat itu Biden telah memeriksa kembali hubungan AS dengan Saudi terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
https://international.sindonews.com/...-1646827393/10




zeze6986 dan tepsuzot memberi reputasi
2
1.5K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan