Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kardus2020Avatar border
TS
kardus2020
3 Alasan Warga Tolak Musala di Minahasa Utara (Berita Lama Tahun 2020)
3 Alasan Warga Tolak Musala di Minahasa Utara (Berita Lama Tahun 2020)

POJOKSATU.id, MINAHASA – Pengrusakan musala di Perumahan Agape, Desa Tumaluntung, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Sulut) menyita perhatian publik.

Musala diporak-porandakan oleh masyarakat setempat karena menolak pendirian rumah ibdah umat Islam di wilayah tersebut.
Polemik pendirian rumah ibadah di Perumahan Agape, Desa Tumaluntung terjadi sejak 2017 lalu.

Umat Islam di lokasi tersebut berniat untuk membangun masjid, tetapi ditolak warga yang mayoritas non muslim.

Umat muslim pun terpaksa membuat sebuah bangunan yang dijadikan musala sekaligus balai pertemuan.

Pada Juli 2019, warga non muslim memprotes musala tersebut. Umat Islam dilarang beribadah beribadah di bangunan tersebut dengan alasan tidak mengantongi izin.

Puncaknya, warga non muslim memasang spanduk di lokasi tersebut yang pada intinya menolak rumah ibadah umat Islam.
Warga non muslim menolak pendirian rumah ibadah umat Islam di perumahan Agepe karena tiga alasan.

Pertama, penduduk di sekitar lokasi mushola 95 persenin non muslim.

Kedua, masyarakat non muslim tidak mau terganggu hidupnya akibat kebisingan suara toa.

Ketiga, masyarakat non muslim tidak mau hidupnya terancam pidana penistaan agama karena protes komplain terhadap kebisingan toa.

Tak hanya menolak, warga non muslim juga merusak musala tersebut pada Rabu malam (29/1/2020).
Mereka menghancurkan pagar musala dan menghancurkan isi musala.
Video pengrusakan musala pun viral di media sosial dan memantik reaksi publik.

Kabid Humas Polda Sulut Kombes Jules Abast menceritakan kronologi pengrusakan musala.

Menurut Kombes Jules Abast, awalnya ada warga yang menanyakan kegiatan ibadah di balai pertemuan. Pasalnya, balai pertemuan itu bukan tempat ibadah, seperti masjid atau musala.

“Mungkin yang menjadi masalah ketika pada kemarin malam, itu warga menanyakan, karena mungkin tempat itu digunakan menjadi ibadah,” kata Jules, seperti dilansir CNNIndonesia.com.
Jules menyebut diduga terjadi salah paham yang memicu perdebatan antara warga.

Menurutnya, bangunan itu memang belum mengantongi izin sebagai rumah ibadah. Karena tak menemukan titik temu, terjadilah perusakan.
(one/pojoksatu)

Sumber


Sampai sekarang Ane masih berkeyakinan kalo TOA ini adalah sumbur intoleransi, permusuhan dan konflik umat beragama. TOA ini memang lebih banyak membawa keburukan dibanding kebaikan. 

TOA kalo dalam Islam bisa diibaratkan Khamer (minuman keras), ada manfaatnya sedikit, tapi kerugian yang didapatkan jauh lebih banyak. 
emoticon-Ngakak

Masyarakat di Minahasa Utara ane yakin tidak menolak Masjid atau tempat ibadah muslim, tapi mereka menolak TOA yang sering satu paket dengan pendirian masjid. Kalo seandainya ane punya usaha, terus ada yang mau mendirikan masjid di dekat tempat usaha ane, sepertinya bakal menolaknya. emoticon-Ngakak (S)

Padahal seharusnya yang benar adalah: Mendirikan masjid itu sesuatu, menggunakan TOA itu sesuatu yang lain. Dewan Masjid Indonesia (DMI) belum bisa mengakomodir ini.. 

Inilah kenapa Pendirian masjid justru malah akan merugikan usaha dan masyarakat sekitar minimal harga property akan jatuh, kos kosan sepi, warung juga akhirnya jadi sepi.
 emoticon-Cape d...



Quote:
Diubah oleh kardus2020 26-02-2022 08:42
indrastrid
muhamad.hanif.2
nomorelies
nomorelies dan 8 lainnya memberi reputasi
7
1.1K
27
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan