- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
ULAS ISLAM! Sikap Toleransi Yang Diajarkan Para Ulama


TS
albyabby91
ULAS ISLAM! Sikap Toleransi Yang Diajarkan Para Ulama
ULAS ISLAM! Sikap Toleransi Yang Diajarkan Para Ulama

Akhir-akhir ini umat Islam tengah di bombardir dengan perdebatan masalah Furu'iyah yang tidak ada ujung pangkalnya. Mereka saling mencaci, menyesatkan antar individu atau golongan lantaran perbedaan pendapat. Padahal berabad-abad yang lalu perbedaan masalah pandangan hukum ini bukanlah hal yang langka. Namun, tahukah saudara seimanku bagaimana para orang berilmu ini menyikapinya?
Mereka tidak pernah saling tuduh, saling caci, atau saling menyesatkan. Yang tersesat saja mereka gandeng agar kembali ke jalan yang benar, lalu mengapa dengan mudahnya menyesatkan sesuatu yang tidak di larang?
Sebut saja pada zaman Syaikh Hasyim Asy'ari dengan KH Maskumambang, di mana syekh Hasyim mengharamkan kentongan sebagai penanda waktu shalat. Apakah mereka bersilat lidah saling merendahkan? Tidak sama sekali. Justru saat Syaikh Hasyim berkunjung ke kediaman KH Faqih, beliau meminta para warga untuk menurunkan kentongan guna menghormati kunjungan kawan dakwahnya tersebut. Padahal sanad keilmuan dua ulama kharismatik ini hampir sebagian besar sama, tetapi mereka memiliki perbedaan pandangan dalam beberapa aspek.
Lalu ada lagi Sayid Muhammad Al Maliki, ulama mekkah yang berhasil meluluhkan raja Arab Saudi kala itu. Beliau yang bermahzab Maliki ketika berkunjung ke Indonesia saat menjadi imam shalat subuh, beliau menggunakan qunut sebab tahu jika mayoritas warga Indonesia bermazhab Syafii.
Guru saya dan menantunya juga mengalami beberapa perbedaan cara pandang padahal adalah santri Sayyid Muhammad Maliki. Di pesantren yang di asuh guru saya ini lebih mengedepankan pola ala nusantara, di mana mayoritas santri banyak yang memakai sarung juga santri putri yang tidak di wajibkan bercadar. Sementara di pesantren menantunya yang hanya berjarak beberapa meter saja, menerapkan pola yang sedikit berbeda. Santri putra di haruskan berjubah putih saat berjamaah juga santri putri yang harus bercadar jika keluar area pesantren. Apakah keduanya berdebat? Tidak juga. Justru dua pesantren ini saling melengkapi. Santrinya juga tak ada yang saling ejek atau cemooh, apalagi bersikap fanatik. Sebab masing-masing memiliki dalil juga pendapat yang kuat.
Tak cukup rasanya menulis ratusan lembar pun untuk mengagumi kisah-kisah indah para ulama terdahulu kita. Agama Islam masuk ke nusantara dengan jalan damai, mengedepankan sikap tasamuh juga toleran. Tak etis rasanya jika menodai perjuangan para ulama terdahulu ini dengan saling hujat. Susah payah mereka mengislamkan warga nusantara, maka janganlah dengan mudahnya anda menyesatkan apalagi mengkafirkan.
Jujur saya tidak tahu pasti bagaimana konflik para Ustadz yang sedang memanas saat ini. Karena saya memang jarang mendengarkan ceramah Ustadz dari Youtube atau pun TV. Bukan berarti saya tidak menyukai mereka hanya saja, saya lebih nyaman duduk dalam satu majelis bersama guru-guru saya. Mengkaji kitab-kitab klasik dengan santai tanpa adanya ujaran kebencian. Pendapatmu mungkin benar, tetapi bukan berarti pilihanku salah. Dan mari kita sama-sama memilih jalan dakwah kita masing-masing tanpa harus saling berdebat dan menghujat.
-======-
Sumber :
https://bangkitmedia.com/kisah-kh-fa...terima-santri/
https://id.wikipedia.org/wiki/Muhamm...lawi_al-Maliki

Akhir-akhir ini umat Islam tengah di bombardir dengan perdebatan masalah Furu'iyah yang tidak ada ujung pangkalnya. Mereka saling mencaci, menyesatkan antar individu atau golongan lantaran perbedaan pendapat. Padahal berabad-abad yang lalu perbedaan masalah pandangan hukum ini bukanlah hal yang langka. Namun, tahukah saudara seimanku bagaimana para orang berilmu ini menyikapinya?
Mereka tidak pernah saling tuduh, saling caci, atau saling menyesatkan. Yang tersesat saja mereka gandeng agar kembali ke jalan yang benar, lalu mengapa dengan mudahnya menyesatkan sesuatu yang tidak di larang?
Sebut saja pada zaman Syaikh Hasyim Asy'ari dengan KH Maskumambang, di mana syekh Hasyim mengharamkan kentongan sebagai penanda waktu shalat. Apakah mereka bersilat lidah saling merendahkan? Tidak sama sekali. Justru saat Syaikh Hasyim berkunjung ke kediaman KH Faqih, beliau meminta para warga untuk menurunkan kentongan guna menghormati kunjungan kawan dakwahnya tersebut. Padahal sanad keilmuan dua ulama kharismatik ini hampir sebagian besar sama, tetapi mereka memiliki perbedaan pandangan dalam beberapa aspek.
Lalu ada lagi Sayid Muhammad Al Maliki, ulama mekkah yang berhasil meluluhkan raja Arab Saudi kala itu. Beliau yang bermahzab Maliki ketika berkunjung ke Indonesia saat menjadi imam shalat subuh, beliau menggunakan qunut sebab tahu jika mayoritas warga Indonesia bermazhab Syafii.
Guru saya dan menantunya juga mengalami beberapa perbedaan cara pandang padahal adalah santri Sayyid Muhammad Maliki. Di pesantren yang di asuh guru saya ini lebih mengedepankan pola ala nusantara, di mana mayoritas santri banyak yang memakai sarung juga santri putri yang tidak di wajibkan bercadar. Sementara di pesantren menantunya yang hanya berjarak beberapa meter saja, menerapkan pola yang sedikit berbeda. Santri putra di haruskan berjubah putih saat berjamaah juga santri putri yang harus bercadar jika keluar area pesantren. Apakah keduanya berdebat? Tidak juga. Justru dua pesantren ini saling melengkapi. Santrinya juga tak ada yang saling ejek atau cemooh, apalagi bersikap fanatik. Sebab masing-masing memiliki dalil juga pendapat yang kuat.
Tak cukup rasanya menulis ratusan lembar pun untuk mengagumi kisah-kisah indah para ulama terdahulu kita. Agama Islam masuk ke nusantara dengan jalan damai, mengedepankan sikap tasamuh juga toleran. Tak etis rasanya jika menodai perjuangan para ulama terdahulu ini dengan saling hujat. Susah payah mereka mengislamkan warga nusantara, maka janganlah dengan mudahnya anda menyesatkan apalagi mengkafirkan.
Jujur saya tidak tahu pasti bagaimana konflik para Ustadz yang sedang memanas saat ini. Karena saya memang jarang mendengarkan ceramah Ustadz dari Youtube atau pun TV. Bukan berarti saya tidak menyukai mereka hanya saja, saya lebih nyaman duduk dalam satu majelis bersama guru-guru saya. Mengkaji kitab-kitab klasik dengan santai tanpa adanya ujaran kebencian. Pendapatmu mungkin benar, tetapi bukan berarti pilihanku salah. Dan mari kita sama-sama memilih jalan dakwah kita masing-masing tanpa harus saling berdebat dan menghujat.
-======-
Sumber :
https://bangkitmedia.com/kisah-kh-fa...terima-santri/
https://id.wikipedia.org/wiki/Muhamm...lawi_al-Maliki






bian.hazzi588 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.1K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan