- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Wajah Asli Kekasih


TS
albyabby91
Wajah Asli Kekasih
Wajah Asli Kekasih

Gadis itu baru saja memosting sebuah foto di akun facebook pribadinya. Tak butuh waktu lama, unggahan tersebut banjir komentar bernada pujian.
"Cantik banget"
"Bagaimana rasanya jadi cantik?"
"Kalisha, kamu pernah merasa insecure tidak? Aku sering kali di serang rasa insecure saat melihat fotomu".
Gadis di balik akun Kalisha itu terpaku setelah membaca beberapa komentar terdahulu yang masuk. Segaris senyum getir tersungging di bibir pucatnya. Bibir yang terlihat polos dan pucat tanpa polesan lipstik merah muda seperti yang terlihat di foto.
"Aku akan sangat bahagia jika kecantikan ini nyata" Membantinlah Kalisha.
Sebuah notifikasi memutus keheningan sesaat. Benda pipih di genggaman Kalisha menarik perhatian gadis itu. Gadis yang saat ini sedang berdiri terpaku seraya menatap layar ponsel yang berpendar. Senyum getir yang semula menghiasi bibir, memudar seketika. Sekarang ini, wajahnya tampak kaku karena terlalu serius membaca komentar yang baru saja masuk dari seseakun.
Samuel Adam. Namanya bagai hujan di musik kemarau bagi Kalisha. Menggiurkan, mengalirkan sejuk seperti bunga di musim semi yang membuatnya selalu tersenyum bahagia.
"Senyummu berhasil bikin gagal fokus" Begitu sebaris isi sebaris kalimat yan ikut meramaikan kolom komentar. Kalisha langsung merasakan jantungnya berdegup begitu kencang.
"Rasanya pengen pingsan" Gumamnya tiba-tiba.
"Kalau mau pingsan jangan di sini mbak, nanti menyusahkan orang lewat" Seorang pria dengan kaos hitam polos lengan panjang, berjalan melewatinya begitu saja.
"Astaga dia dengar?" Sedikit tersentak, dia menatap pemuda lama karena merasa penasaran dengan rupanya. Sayang sekali, topi putih yang melekat di kepala pria itu, malah menutupi sebagian wajah yang tertunduk menatap layar ponselnya.
Atas semua komentar memuji itu, Kalisha merasa sangat bersalah dan bingung harus menjawab apa. Menyusuri koridor yang di apit oleh toko-toko yang baru saja akan tutup, menuju lantai dasar pasar menuju jalan pulang. Tak berapa lama ponsel di genggaman kembali membunyikan notif. Kali ini bukan komentar yang masuk di foto yang di unggahnya, melainkan sebuah messenger.
"Kenapa komentarku tidak di balas?"
"Kamu baik-baik saja?"
"Lagi di mana sekarang?"
Kalisha masih saja melangkah hingga keluar dari area pasar. Gadis itu, kini terpaku di tempatnya setelah cukup jauh melangkah. Ia berdiri tepat di hadapan sebuah toko yang sebagian dindingnya terbuat dari kaca, sehingga bayangan wajahnya memantul di kaca.
Di sana wajah asli Kalisha terlihat dengan jelas. Ia bukan gadis dengan kulit putih seperti pualam, bentuk matanya tidak sipit dan indah seperti mata seekor rubah, hidungnya tidak kecil bengir dan rambutnya tak panjang lurus seperti rambut model iklan shampo di televisi, postur tubuhnya tak tinggi langsing.
Bayangan gadis di kaca itu adalah Kalisha di dunia nyata. Perawakannya tidak terlalu tinggi tidak juga terlalu pendek, 155 cm dengan berat badan 49 Kg. Kulitnya sawo matang rambutnya ikal sebahu dan selalu terikat rapi. Dan...nama sebenarnya bukanlah Kalisha. Kalisha hanyalah nama samaran untuk meraup kesenangan di media sosial.
"Kemala?"
Ah itu dia nama aslinya.
"Kenapa terdiam di situ?"
Gadis yang duduk di dalam mobil mewah yang tengah menepi menegur Kalisha. Ah, Kalisha atau Kemala? Mereka adalah satu orang yang sama, meskipun memiliki wajah yang sama di dunia nyata dan dunia maya. Kemala hanya terdiam sesaat.
"Ah.., a aku" Tergugup gadis itu.
"Cepat ke sini pulang sama aku, langit mendung. Sebentar lagi pasti akan turun hujan" Lagi wanita yang berwajah cantik menyembulkan kepala keluar jendela mobil berseru.
"I iya" Balas Kemala. Kemudian berlari ke arah mobil di tepi jalan.
"Terima kasih tumpangannya" Ucap Kemala kepada Alia dan pria yang duduk di balik kemudi.
Alia sendiri adalah sahabat Kemala, entah mereka pantas di sebut begitu. Karena hubungan mereka seperti simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Sementara pria di sebelahnya adalah kekasih wanita itu. Nathan namanya.
"Kamu baru pulang?" Tanya Alia seraya menoleh ke belakang, ke arah Kemala yang duduk kaku seraya mengetuk layar ponsel.
"Iya, toko baru saja tutup" Jawab Kemala cepat.
"Kamu capek tidak, Mal?" Alia masih menatap wajah Kemala. Namun raut wajahnya jelas lain. Sepasang mata sipit mirip sepasang mata rubah yang panjang, kini memancarkan sorot setengah memelas. Kemala tahu apa maksudnya itu. Alia pasti akan minta tolong sesuatu kepadanya. Maka dengan cepat gadis itu menggelengkan kepala karena merasa tidak enak hati jika menolak.
"Ti...Tidak" Jawab Kemala. Senyum semringah langsung meriak di wajah Alia.
"Yeaah, kamu mampir ke rumahku yaa? Bantu aku kerjain tugas. Tanganku pegal," Keluh Alia. Tenang nanti aku kasih upah, kok" imbuhnya.
Inilah yang Kemala maksud hubungan mereka seperti simbiosis mutualisme. Alia membutuhkannya untuk di jadikan asisten pribadi. Sementara Kemala butuh uang tambahan dari Alia untuk memenuhi kebutuhannya. Gaji sebagai karyawan toko memang cukup, seandainya kedua orang tuanya tak ada utang.
Dalam diam, Kemala memperhatikan wajah Alia yang tengah mengobrol dengan kekasihnya. Wajah Alia adalah wajah yang di gunakan Kemala untuk menyamar sebagai sosok Kalisha khususnya di media sosial Facebook.
Selama hampir setahun ini ia tak ketahuan karena Alia tidak menggunakan Facebook, gadis cantik itu hanya menggunakan instagram saja. Di sana pun ia sangat jarang memposting foto cantik, hanya beberapa saja karena di batasi oleh Nathan yang begitu posesif.
(Kangen)
Sepasang mata Kemala melebar pelan ketika sebuah pesan masuk di messenger, dari Samuel Adam. Gadis itu sampai lupa membalas pesannya.
'Hari ini terlalu sia-sia jika kamu menghabiskannya dengan bersedih'. Begitulah bunyi caption mengiringi foto yang baru saja di unggah oleh Kalisha di laman Facebook nya. Caption yang mendampingi sebuah foto secangkit kopi hitam. Semalam karena mengerjakan tugas Alia, Kemala meminta di suguhkan secangkir kopi hitam. Tubuhnya juga terasa pegal dan mata terasa berat karena kantuk, secangkir kopi berhasil menemani Kemala dari pukul enam sore sampai sepuluh malam di rumah Alia. Seperti biasa tak butuh waktu lama, komentar-komentar itu kembali menyebabkan ramainya notifikasi.
"Selamat pagi, si cantik Kalisha".
"Orang cantik sarapannya itu harus kopi yaa?"
"Semangat cantik".
Di tempatnya berdiri dalam ruangan sederhana berukuran 2x2 Kemala berdiri, tepat di depan cermin lemari yang setengah retak. Namun, pantulan bayangan dirinya masih jelas terpancar di sana.
"Hidupmu sempurna"
Sebuah komentar terbaca oleh Kemala. Senyum miring langsung tersungging di bibir padat gadis itu.
"Hidupku...sempurna?" Gumamnya mengulang pujian yang tertulis di kolom komentar oleh sebuah akun.
"Tidak juga" Ia mengetik di tempatnya ,setelah itu terkirim balasan oleh sebuah komentar dari Kalisha.
"Sempurna dari mananya?" mungkin maksudnya terlalu sempurna menderita!" Kemala membatin seraya membuka pintu kamar, lalu melenggang keluar.
Ya, kehidupan Kemala terlalu sempurna dalam hal penderitaan. Ia sudah hidup dalam lingkaran kemiskinan, sejak bayi mungkin. Ayahnya telah lama meninggal. Lalu ketika usianya sepuluh tahun, Ibunya menikah lagi lalu memberikannya tiga saudara dari Ayah tiri.
Apakah kehidupan seperti itu yang mereka sebut sempurna? Mungkin iya, jika Kemala adalah Alia. Dia anak tunggal dan kedua orang tuanya memiliki toko tekstil yang semakin maju. Secara otomatis, Alia lah yang akan mewarisi usaha keluarganya nanti.
"Alia, bisakah sehari saja aku jadi kamu?" terkadang Kemala bertutur seperti itu dalam hati, dalam hening ketika hatinya sedang rapuh oleh keadaan.
Kemala telah berdiri di ambang pintu dapur. Di tengah ruangan itu terdapat sebuah meja makan dengan enam kursi, satu sengaja di kosongkan untuk nya. Namun, Kemala harus menahan sesak di dada. Namun tidak hanya kursi saja yang sengaja di kosongkan untuknya, pun lauk di piring juga ikut kosong. Lalu harus sarapan dengan apa ia?
Sementara itu, ibu menatapnya biasa. Tanpa sedikitpun rasa bersalah setelah meletakkan sepotong tempe goreng terakhir ke piring Ayah tiri.
"Aku berangkat sekarang, Bu" Kemala berpamitan seraya tersenyum.
-=========-

Gadis itu baru saja memosting sebuah foto di akun facebook pribadinya. Tak butuh waktu lama, unggahan tersebut banjir komentar bernada pujian.
"Cantik banget"
"Bagaimana rasanya jadi cantik?"
"Kalisha, kamu pernah merasa insecure tidak? Aku sering kali di serang rasa insecure saat melihat fotomu".
Gadis di balik akun Kalisha itu terpaku setelah membaca beberapa komentar terdahulu yang masuk. Segaris senyum getir tersungging di bibir pucatnya. Bibir yang terlihat polos dan pucat tanpa polesan lipstik merah muda seperti yang terlihat di foto.
"Aku akan sangat bahagia jika kecantikan ini nyata" Membantinlah Kalisha.
Sebuah notifikasi memutus keheningan sesaat. Benda pipih di genggaman Kalisha menarik perhatian gadis itu. Gadis yang saat ini sedang berdiri terpaku seraya menatap layar ponsel yang berpendar. Senyum getir yang semula menghiasi bibir, memudar seketika. Sekarang ini, wajahnya tampak kaku karena terlalu serius membaca komentar yang baru saja masuk dari seseakun.
Samuel Adam. Namanya bagai hujan di musik kemarau bagi Kalisha. Menggiurkan, mengalirkan sejuk seperti bunga di musim semi yang membuatnya selalu tersenyum bahagia.
"Senyummu berhasil bikin gagal fokus" Begitu sebaris isi sebaris kalimat yan ikut meramaikan kolom komentar. Kalisha langsung merasakan jantungnya berdegup begitu kencang.
"Rasanya pengen pingsan" Gumamnya tiba-tiba.
"Kalau mau pingsan jangan di sini mbak, nanti menyusahkan orang lewat" Seorang pria dengan kaos hitam polos lengan panjang, berjalan melewatinya begitu saja.
"Astaga dia dengar?" Sedikit tersentak, dia menatap pemuda lama karena merasa penasaran dengan rupanya. Sayang sekali, topi putih yang melekat di kepala pria itu, malah menutupi sebagian wajah yang tertunduk menatap layar ponselnya.
Atas semua komentar memuji itu, Kalisha merasa sangat bersalah dan bingung harus menjawab apa. Menyusuri koridor yang di apit oleh toko-toko yang baru saja akan tutup, menuju lantai dasar pasar menuju jalan pulang. Tak berapa lama ponsel di genggaman kembali membunyikan notif. Kali ini bukan komentar yang masuk di foto yang di unggahnya, melainkan sebuah messenger.
"Kenapa komentarku tidak di balas?"
"Kamu baik-baik saja?"
"Lagi di mana sekarang?"
Kalisha masih saja melangkah hingga keluar dari area pasar. Gadis itu, kini terpaku di tempatnya setelah cukup jauh melangkah. Ia berdiri tepat di hadapan sebuah toko yang sebagian dindingnya terbuat dari kaca, sehingga bayangan wajahnya memantul di kaca.
Di sana wajah asli Kalisha terlihat dengan jelas. Ia bukan gadis dengan kulit putih seperti pualam, bentuk matanya tidak sipit dan indah seperti mata seekor rubah, hidungnya tidak kecil bengir dan rambutnya tak panjang lurus seperti rambut model iklan shampo di televisi, postur tubuhnya tak tinggi langsing.
Bayangan gadis di kaca itu adalah Kalisha di dunia nyata. Perawakannya tidak terlalu tinggi tidak juga terlalu pendek, 155 cm dengan berat badan 49 Kg. Kulitnya sawo matang rambutnya ikal sebahu dan selalu terikat rapi. Dan...nama sebenarnya bukanlah Kalisha. Kalisha hanyalah nama samaran untuk meraup kesenangan di media sosial.
"Kemala?"
Ah itu dia nama aslinya.
"Kenapa terdiam di situ?"
Gadis yang duduk di dalam mobil mewah yang tengah menepi menegur Kalisha. Ah, Kalisha atau Kemala? Mereka adalah satu orang yang sama, meskipun memiliki wajah yang sama di dunia nyata dan dunia maya. Kemala hanya terdiam sesaat.
"Ah.., a aku" Tergugup gadis itu.
"Cepat ke sini pulang sama aku, langit mendung. Sebentar lagi pasti akan turun hujan" Lagi wanita yang berwajah cantik menyembulkan kepala keluar jendela mobil berseru.
"I iya" Balas Kemala. Kemudian berlari ke arah mobil di tepi jalan.
"Terima kasih tumpangannya" Ucap Kemala kepada Alia dan pria yang duduk di balik kemudi.
Alia sendiri adalah sahabat Kemala, entah mereka pantas di sebut begitu. Karena hubungan mereka seperti simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Sementara pria di sebelahnya adalah kekasih wanita itu. Nathan namanya.
"Kamu baru pulang?" Tanya Alia seraya menoleh ke belakang, ke arah Kemala yang duduk kaku seraya mengetuk layar ponsel.
"Iya, toko baru saja tutup" Jawab Kemala cepat.
"Kamu capek tidak, Mal?" Alia masih menatap wajah Kemala. Namun raut wajahnya jelas lain. Sepasang mata sipit mirip sepasang mata rubah yang panjang, kini memancarkan sorot setengah memelas. Kemala tahu apa maksudnya itu. Alia pasti akan minta tolong sesuatu kepadanya. Maka dengan cepat gadis itu menggelengkan kepala karena merasa tidak enak hati jika menolak.
"Ti...Tidak" Jawab Kemala. Senyum semringah langsung meriak di wajah Alia.
"Yeaah, kamu mampir ke rumahku yaa? Bantu aku kerjain tugas. Tanganku pegal," Keluh Alia. Tenang nanti aku kasih upah, kok" imbuhnya.
Inilah yang Kemala maksud hubungan mereka seperti simbiosis mutualisme. Alia membutuhkannya untuk di jadikan asisten pribadi. Sementara Kemala butuh uang tambahan dari Alia untuk memenuhi kebutuhannya. Gaji sebagai karyawan toko memang cukup, seandainya kedua orang tuanya tak ada utang.
Dalam diam, Kemala memperhatikan wajah Alia yang tengah mengobrol dengan kekasihnya. Wajah Alia adalah wajah yang di gunakan Kemala untuk menyamar sebagai sosok Kalisha khususnya di media sosial Facebook.
Selama hampir setahun ini ia tak ketahuan karena Alia tidak menggunakan Facebook, gadis cantik itu hanya menggunakan instagram saja. Di sana pun ia sangat jarang memposting foto cantik, hanya beberapa saja karena di batasi oleh Nathan yang begitu posesif.
(Kangen)
Sepasang mata Kemala melebar pelan ketika sebuah pesan masuk di messenger, dari Samuel Adam. Gadis itu sampai lupa membalas pesannya.
'Hari ini terlalu sia-sia jika kamu menghabiskannya dengan bersedih'. Begitulah bunyi caption mengiringi foto yang baru saja di unggah oleh Kalisha di laman Facebook nya. Caption yang mendampingi sebuah foto secangkit kopi hitam. Semalam karena mengerjakan tugas Alia, Kemala meminta di suguhkan secangkir kopi hitam. Tubuhnya juga terasa pegal dan mata terasa berat karena kantuk, secangkir kopi berhasil menemani Kemala dari pukul enam sore sampai sepuluh malam di rumah Alia. Seperti biasa tak butuh waktu lama, komentar-komentar itu kembali menyebabkan ramainya notifikasi.
"Selamat pagi, si cantik Kalisha".
"Orang cantik sarapannya itu harus kopi yaa?"
"Semangat cantik".
Di tempatnya berdiri dalam ruangan sederhana berukuran 2x2 Kemala berdiri, tepat di depan cermin lemari yang setengah retak. Namun, pantulan bayangan dirinya masih jelas terpancar di sana.
"Hidupmu sempurna"
Sebuah komentar terbaca oleh Kemala. Senyum miring langsung tersungging di bibir padat gadis itu.
"Hidupku...sempurna?" Gumamnya mengulang pujian yang tertulis di kolom komentar oleh sebuah akun.
"Tidak juga" Ia mengetik di tempatnya ,setelah itu terkirim balasan oleh sebuah komentar dari Kalisha.
"Sempurna dari mananya?" mungkin maksudnya terlalu sempurna menderita!" Kemala membatin seraya membuka pintu kamar, lalu melenggang keluar.
Ya, kehidupan Kemala terlalu sempurna dalam hal penderitaan. Ia sudah hidup dalam lingkaran kemiskinan, sejak bayi mungkin. Ayahnya telah lama meninggal. Lalu ketika usianya sepuluh tahun, Ibunya menikah lagi lalu memberikannya tiga saudara dari Ayah tiri.
Apakah kehidupan seperti itu yang mereka sebut sempurna? Mungkin iya, jika Kemala adalah Alia. Dia anak tunggal dan kedua orang tuanya memiliki toko tekstil yang semakin maju. Secara otomatis, Alia lah yang akan mewarisi usaha keluarganya nanti.
"Alia, bisakah sehari saja aku jadi kamu?" terkadang Kemala bertutur seperti itu dalam hati, dalam hening ketika hatinya sedang rapuh oleh keadaan.
Kemala telah berdiri di ambang pintu dapur. Di tengah ruangan itu terdapat sebuah meja makan dengan enam kursi, satu sengaja di kosongkan untuk nya. Namun, Kemala harus menahan sesak di dada. Namun tidak hanya kursi saja yang sengaja di kosongkan untuknya, pun lauk di piring juga ikut kosong. Lalu harus sarapan dengan apa ia?
Sementara itu, ibu menatapnya biasa. Tanpa sedikitpun rasa bersalah setelah meletakkan sepotong tempe goreng terakhir ke piring Ayah tiri.
"Aku berangkat sekarang, Bu" Kemala berpamitan seraya tersenyum.
-=========-






bian.hazzi588 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.2K
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan