Klise?
Yah, cerita ini mungkin sebuah klise bagi sebagian orang. Namun bagi gue, cerita ini benar-benar terjadi. Walaupun dalam sebuah klise, bisa saja benar atau tidak.

PERINGATAN : Cerita ini tidak untuk anak-anak dibawah umur, sebuah tulisan yang akan menganggu psikologis para pembaca dan dapat menyebabkan depresi. Penulis tidak bertanggung jawab terhadap dampak negatif psikologis yang dirasakan oleh pembaca.

Prologue

Ayah, begitulah gue memanggilnya. Sosok seorang pahlawan yang tidak akan bisa digantikan oleh siapapun. Gue lahir di keluarga kecil yang tampak harmonis. Ayah gue seorang pekerja kantor dan memiliki kedudukan cukup tinggi di perusahaanya. Sedangkan ibu, seorang ibu metropolitan yang sebagian waktunya dihabiskan untuk berbelanja dan pergi bersama teman-teman sebangsanya. Saat ini gue berumur 25 tahun dan masih belum menikah, belum juga memiliki pekerjaan. Lulusan sebuah kampus swasta di Bandar Lampung, jurusan psikologi.

Oh iya, kenalin. Nama gue Viona. Anak satu-satunya dalam keluarga Gumilar. Semua keinginan gue dikabulkan dan apapun yang gue minta akan diberikan. Ibarat, gue memiliki lampu jin dari cerita Aladdin.

Sebenarnya ini bukan cerita kehidupan gue yang sekarang. Melainkan, cerita kehidupan masa lalu gue. Masa lalu, dari sejak kecil. Ceritanya akan panjang dan mungkin akan membosankan, bagi kalian yang tidak tahan akan cerita membosankan dan panjang, tutup bukunya dan jangan baca lagi. Tapi, jika kalian penasaran, buat kopi, siapkan camilan, dan nikmati ceritanya.

2001

Umur gue 4 tahun kala itu, hari pertama gue masuk ke Taman Kanak-Kanak. Dimana seorang anak mulai merasakan kesenangan belajar dan mempunyai banyak teman. Sedari kecil, ayah sangat memanjakan gue. Bahkan, ayah selalu menunggu di depan kelas, hingga gue beranjak pulang setiap harinya. Karena gue memang anak satu-satunya dari keluarga ini. Ingatan ini samar dan tidak begitu gue ingat. Namun, saat itu terjadi sebuah kecelakaan yang mengakibatkan tewasnya teman sekelas gue, anak itu bernama Bella. Dia tenggelam dan tidak bisa diselamatkan, saat ada acara sekolah.

Dalam ingatan, gue pernah dijahili olehnya saat masih TK dulu. Dia pernah merebut pensil warna dan juga pernah mendorong gue dari atas ayunan, hingga hidung gue terluka kala itu. Saat kecelakaan, seluruh guru terkejut dan tidak menemukan Bella dimanapun kala itu, hingga tiba-tiba, Bella ditemukan mengapung tak bernyawa di sebuah kolam renang sedalam 2 meter. Saat itu, yayasan TK dituntut oleh kedua orangtua Bella dan akhirnya TK ditutup karena tidak dapat menjaga anak murid dengan benar.

Kejadian itu, menimbulkan traumatis yang dalam dan selalu gue ingat, bahkan sampai sekarang. Saat itu, pihak kepolisian-pun mencari penyebabnya dan memutuskan kasus tersebut murni kecelakaan dan akhirnya kasus ditutup.

Setelah kejadian tersebut, ayah gue memindahkan gue ke TK yang lain dan kala itu, tidak ada lagi teman yang menjahili gue, sampai hari kelulusan.

Hari itu, ayah mengajak gue untuk pergi ke laut dan merayakan kelulusan. Sayangnya, ibu tidak bisa hadir, karena dia ada urusan bersama teman-temannya, entah itu arisan, atau apapun itu, gue tidak begitu mengingatnya.

Hari kelulusan itu, hari yang benar-benar bahagia dan tidak bisa gue lupakan.

"Viona sayang, mau hadiah apa di hari kelulusan kamu?"

"Aku mau skuter ayah!"

Gue dapat mengingat dengan jelas skuter pertama gue. Saat itu, Teletubbies masih tayang di tv dan karakter Po, menggunanakan skuter sebagai mainannya. Ayah gue tanpa ragu membelikan gue skuter yang paling bagus dan terbaik diantara skuter lainnya dan membuat teman-teman sebaya gue, iri kala itu.

2008

Gue berumur 11 tahun kala itu dan itu adalah hari pertama gue masuk ke SMP, dengan mudah gue masuk ke Sekolah Terbaik di Lampung. Jelas saja, banyak tetangga gue yang iri dengan kondisi tersebut, ada yang menuduh gue masuk dengan menyuap dan masih banyak lagi tuduhan lainnya, padahal semua itu, adalah berkat usaha gue sendiri dan dengan bimbingan dari ayah yang sangat gue cintai.

Seperti biasa, Masa Orientasi Sekolah selalu diadakan di sekolah manapun. Saat Masa Orientasi Sekolah, ada saja kakak kelas yang menjahili gue. Ada salah satu kakak kelas yang sangat kelewatan menjahili gue, dia anak laki-laki dengan tingkat satu tahun di atas gue, namanya Abimanyu. Abimanyu memiliki perawakan tinggi dengan kulit putih dan gigi yang sangat rapih. Saat itu, dia mencoba menjahili gue dengan mendandani gue seperti badut dan dandanan tersebut tidak boleh dihapus, hingga gue sampai dirumah. Dengan polosnya, gue ikuti kemauan dia dan gue pulang kerumah dengan dandanan tersebut.

Sesampainya dirumah, ibu gue melirik gue dan tertawa dengan sangat keras, ayah juga saat itu sedang dirumah dan sudah pulang dari kerja. Dia melihat gue dan tersenyum, kemudian mendekat dan mengelus kepala gue.

"Viona, siapa yang menyuruh kamu berdandan seperti ini?" Kata ayah dengan senyumnya yang sangat manis

"Kakak kelas yah, namanya Abimanyu."

Ayah gue tersenyum dan menuntun gue ke westafel untuk mencuci wajah gue. Dengan pelan dan sangat hati-hati, ayah gue menghapus make-up di wajah gue dengan penuh kasih sayang, gue sangat bahagia merasakan kasih sayang dari ayah gue. Kemudian, setelah wajah gue bersih dia mencium kening gue dan setelah itu pergi entah kemana.

Malam harinya, ayah gue pulang dan gue menyambutnya di depan pintu garasi, gue melihat mobil milik ayah rusak dibagian bumper, terdapat penyok yang cukup dalam.

"Mobil ayah kenapa?"

"Numbur ayam."

"Jadi jelek dong?"

"Nanti ayah benerin kok Viona sayang."

Ayah gue tersenyum seperti biasa, dengan senyum yang sangat menawan.

Keesokan harinya, gue masuk sekolah seperti biasa. Sampai tiba-tiba, gue mendapat kabar bahwa Abimanyu kecelakaan saat pulang dari sekolah kemarin dan saat ini sedang koma di Rumah Sakit, menurut guru dan teman-teman gue, itu adalah kasus tabrak lari dan belum diketahui siapa pelakunya. Karena saat itu, teknologi CCTV masih sangat rendah dan jarang di Kota Bandar Lampung dan tidak diketahui siapa pelakunya.

Ada beberapa polisi yang datang ke sekolah kami untuk penyelidikan, namun pelakunya tidak juga diketahui.

"Kasian yah Abimanyu, padahal kemarin dia masih ngerjain kamu." Celetuk teman baru gue bernama Melly

"Iya, gimana yah keadaanya, kita jenguk yuk." Kata gue

"Cie, kamu suka ya sama Abimanyu?"

Pipi gue tiba-tiba memerah dan tampak malu

"Apaan sih kamu."

"Jujur aja Vio, suka kan?"

Perbincangan itu berlanjut dengan Melly yang terus menggoda gue. Waktu pulang sekolah tiba, biasanya gue pulang dengan angkutan umum karena ayah sedang bekerja, namun hari itu, ayah menyusulku dengan mobil barunya.

Gue sangat senang dan bangga memiliki mobil baru, setelah gue masuk ke dalam mobil, gue mengutarakan niat gue untuk menjenguk Abimanyu, ayah melirik dengan tatapan tajam ke arah gua dan kemudian tersenyum.

"Kita pulang saja ya."

Gue menunduk sedih, yah gue harus jadi anak penurut dan tidak boleh membantah ucapan ayah.

Ketika sampai dirumah, ibu gue tersenyum-senyum, tidak biasanya dia bertingkah seperti ini.

"Ayah, Viona!" Panggilnya

Ayah dan gue menghampiri ibu dengan rasa penasaran, kemudian ibu gue memberikan kabar tidak terduga.

"Ibu hamil, Viona jadi kakak!" Teriaknya girang

Wajah gue memerah dan sangat marah saat itu, ekspresi ayah juga sangat tajam menatap ibu, dan "plak!" tamparan keras mendarat di pipi ibu.

"Bukankah kamu KB!?" Tanya ayah dengan nada tinggi

Ibu cuma diam dan menangis, setelah itu ayah mengelus kepalanya dan tersenyum seperti biasanya.

"Kita gugurkan saja yah, mumpung belum terlambat."

Ibu hanya bisa mengangguk sedih dan tidak bisa membantah apa-apa lagi.

Gue tersenyum dengan ekspresi bahagia dan sangat senang mendengar perkataan ayah gue, yah gue gak mau ada yang kedua. Cukup gue satu-satunya.

Karena gue gak mau, cinta ayah terbagi dengan keberadaan bayi yang tidak diinginkan.