- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mahasiswa ITS Ciptakan Terobosan Medis untuk Penyintas Gagal Ginjal Kronis


TS
rinagamila
Mahasiswa ITS Ciptakan Terobosan Medis untuk Penyintas Gagal Ginjal Kronis

Berangkat dari masalah penyintas Gagal Ginjal Kronis (GGK) dalam melakukan self monitoring yang pada akhirnya berdampak komplikasi, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ciptakan terobosan di bidang teknologi medis, yang diberi nama SahabatCAPD, mengusung teknologi machine learning di dalamnya.
Teknologi yang diciptakan mahasiswa ITS ini, ditujukan untuk membantu penyintas Gagal Ginjal Kronis (GGK) dalam upaya pendeteksian dini resiko komplikasi dan juga meningkatkan self monitoring bagi penyintas tersebut.
Mahasiswa ITS itu bernama Fiqey Indriati Eka Sari sekaligus sebagai ketua tim memaparkan, bahwa pemerintah Indonesia telah menetapkan solusi untuk pemerataan treatment stadium akhir Gagal Ginjal Kronis (GGK), yakni melalui terapi Peritoneal Dialysis, khususnya metode CAPD.
“Metode CAPD menjadi alternatif karena pasien bisa memiliki kualitas hidup 90 persen lebih baik dari pada metode terapi lainnya,” ungkapnya seperti dilansir dari laman resminya pada Minggu, 6 Februari 2022.
Dalam penjelasannya, prinsip kerja CAPD adalah dengan menyalurkan cairan dialisat steril ke rongga peritoneum melalui kateter permanen sebagai pengganti fungsi ginjal. Hal ini dilakukan secara rutin oleh pasien sebanyak tiga hingga lima kali dalam sehari.
“Karenanya, pasien dituntut memiliki disiplin dan self monitoring yang tinggi,” tambahnya.
Selanjutnya Fiqey menambahkan kembali, penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 dan 2020 menunjukkan tingkat kelalaian penyintas Gagal Ginjal Kronis mencapai 74 persen. Hal ini disebabkan kesulitan para penyintas GGK mengenali gejala komplikasi yang berdampak pada keterlambatan penanganan.
“Kondisi terkini, pasien juga kurang mem-follow up data penggantian cairan, sehingga tenaga medis kesulitan untuk mendiagnosis komplikasi lebih dini,” ungkap mahasiswi yang juga anggota tim Robotic Ichiro ITS.
Setelah mengkaji puluhan jurnal mengenai Peritoneal Dialysis, Fiqey dan tim menemukan bahwa perubahan warna cairan buangan pasien CAPD dapat digunakan sebagai salah satu indikator awal untuk diagnosa komplikasi. Hal ini juga ditunjukkan berdasarkan tingkat kekeruhan cairan buangan pasien.
“Oleh karena itu, kami mengusung judul penelitian Mobile Virtual Assistant Pendeteksi Dini Risiko Komplikasi Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis pada Penyandang Gagal Ginjal Kronis Berbasis Machine Learning, yang juga kami sebut sebagai SahabatCAPD,” tutur mahasiswi Departemen Teknik Informatika ini.
Aplikasi SahabatCAPD memiliki tiga konsep fungsionalitas utama. Pertama, logbook sebagai pengganti buku catatan dialisis pada pasien yang lebih efektif dan sistematis dalam memberikan follow up data ke tenaga medis.
Yang kedua, chatbot sebagai sistem virtual assistant ketika pasien membutuhkan edukasi mengenai CAPD, dan yang ketiga merupakan model deteksi dini komplikasi berbasis machine learning.
Aplikasi ini memungkinkan pasien terhubung dengan tenaga medis, sehingga follow up data penggantian cairan akan lebih mudah dimonitoring. Hal ini ditujukan untuk memudahkan tenaga medis mencegah komplikasi sedini mungkin.
“Yang mulanya pasien harus membawa buku catatan ke rumah sakit, sekarang monitoring dapat ditinjau langsung dari jauh,” kata mahasiswi asal Kota Pasuruan ini.
Secara akurasi kesesuaian solusi image processing terhadap indikasi dan komplikasi model, memiliki akurasi mencapai 94,7 persen. Selain itu, aplikasi ini juga telah diujikan kepada lima pasien GGK sesuai dengan standar System Usability Scale (SUS) dan mendapat skor 80.
“Selama tujuh hari penggunaan aplikasi, pasien secara rutin meng-update data penggantian cairan dengan lancar,” tegasnya.
Menurut Fiqey, timnya juga menguji aplikasi berdasarkan salah satu standar medis yang ada, yaitu uji laboratorium dari Nilai Cells Count Leukosit.
“Hasilnya, perbandingan antara diagnosis hasil aplikasi dan uji lab memiliki kecocokan yang sesuai,” bebernya.
Aplikasi SahabatCAPD ini memiliki potensi hak cipta dan pengembangan kedepannya, yakni terintegrasi dengan website rumah sakit sebagai bentuk real time sistem monitoring.
“Alhamdulillah SahabatCAPD telah mendapat HAKI, Oktober lalu dan untuk website saat ini sedang kami kembangkan,” aku mahasiswi ITS tersebut.
Gagasan yang awalnya diniatkan untuk membantu salah satu kerabat tim yang juga merupakan pasien GGK itu, telah berhasil membawa salah satu tim perwakilan ITS meraih prestasi membanggakan di Indonesia.
Para mahasiswa ITS ini berhasil menyabet medali emas kategori presentasi dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-34 bidang Karsa Cipta tahun 2021 lalu.
Selain Fiqey, dirinya dibantu bersama dengan tim lainnya yang beranggotakan Muchamad Maroqi Abdul Jalil dari Departemen Teknik Informatika, Nabilla Alvania Nurwardani dari Departemen Biologi, Shinta Ulwiya dari Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), dan Millads Anwary Fandiaz dari Departemen Teknik Fisika.
Adapun selama merancang aplikasi tersebut, mereka dibimbing oleh dosen pendamping Dini Adni Navastara SKom MSc.
Harapan kedepannya dari para mahasiswa ITS ini, aplikasi SahabatCAPD dapat menjadi salah satu solusi penyelesaian masalah yang dialami pasien CAPD dan tenaga medis.
“Kami juga berharap potensi pengembangan aplikasi melalui website sebagai sistem real time monitoring ini dapat segera terealisasi,” tandasnya.
Demikian berita baik yang datang dari putra dan putri Indonesia, ini merupakan salah satu kontribusi nyata para mahasiswa ITS untum menciptakan sebuah terobosan di bidang teknologi medis untuk penyintas Gagal Ginjal Kronis dan komplikasi. ***
Sumber : Klik Disini
Diubah oleh rinagamila 06-02-2022 19:34






bukan.bomat dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.3K
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan