- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
RASI BINTANG
TS
Puputhw199
RASI BINTANG
BAGIAN #1 | Rasi Milka Raflerina

“Nyakitin nggak ,sih, pas lo lagi cinta-cintanya sama seseorang, tiba-tiba seseorang yang lo cinta nusuk lo dari belakang? Nggak tanggung-tanggung lagi main serongnya sama sahabat lo sendiri.”
Perempuan yang tengah mengemudi itu mendelik saat mendengar ocehan perempuan dari ponsel yang masih menempel ditelinganya. Lantas sebelum ia menanggapi perempuan itu bicara lagi. “Gue sudah pernah bilang kan! Cowok alim dan soleh saja pernah khilaf, apalagi cowok macam si Alfa, Alfa Mart itu. Dibibir sih bilangnya setia, lihat jidat licin lain lupa deh segalanya. Rasi Rasi, atas dasar apa coba lo mempertahankan cowok brengsek kayak dia? cinta? cinta sama bego beda tipis!”cibirnya dengan nada pelan hampir seperti bisikan.
“Jangan ngoceh terus deh Lun! Aku jadi nggak fokus nyetir,” kata perempuan itu tambah kesal. Kesal dengan sahabatnya, kesal juga dengan jalanan yang pada malam ini padat merayap membuat ia terus-terusan menekan klakson. Perempuan itu bodoamat dengan sumpah serapah pengendara lain yang terganggu dengan bunyi klaksonya. Yang terpenting ia harus segera sampai di suatu tempat. “Kamu diam disitu, jangan berisik, dan jangan kemana-mana. Sebentar lagi aku sampai.”
Terdengar helaan napas panjang dari perempuan di seberang telepon. “Iya Ras iya. Untung kita sahabatan sudah lama, coba kagak mana mau gue bela-belain ngintipin cowok lo sama cewek lain lagi sel...”

Rasi Milka Raflerina, perempuan itu berdecak kesal dengan ucapan perempuan yang sialnya adalah sahabatnya. Segera saja ia mematikan sambungan telepon secara sepihak, melempar asal ponselnya ke samping kursi penumpang.
Rasi menancap gas lebih kencang lagi, salip sana sini sudah seperti orang kesetanan. Ah bukan kesetanan, tapi sedang menjelma menjadi setan.
Tak butuh waktu lama mobil Rasi memasuki pelataran salah satu club malam, sekonyong-konyong memarkir kendaraan di depan pintu masuk. Dengan langkah tergesa-gesa Rasi menerobos kerumunan orang-orang yang tengah berjoget entah gerakan apa, menulikan telinganya dari kebisingan musik super nge-beat.
Diantara ke hingar bingaran club tersebut, iris coklat terangnya menyusuri setiap inci sudut, dan berhenti tepat pada seorang perempuan dengan dress sabrina putih tulang yang tengah mengendap-endap di bawah kolong meja.
“Luna!”
Perempuan yang dipanggil dengan sebutan Luna menoleh, meletakan jari telunjuknya pada bibir memberi isyarat kepada Rasi untuk diam. Kemudian ia mengangkat tangan ke udara, memerintahkan Rasi untuk menunduk, namun perempuan berambut hitam legam sebatas punggung itu terpaku pada satu titik pojok ruangan.
Keberisikan yang terjadi tak sanggup mengusik dirinya yang diselimuti kekecewaan juga rasa sakit. Tangannya mengepal kuat hingga membuat buku-buku tangannya memutih. Air mata yang sudah sejak tadi tertahan dipelupuk jatuh setetes, kemudian menjadi ribuan hingga tak terhitung berapa banyak air matanya yang berderai malam itu.
“Kamu benar Lun...” getir dalam suaranya tidak bisa lagi disembunyikan. “Nggak seharusnya aku sepercaya ini sama Kak Alfa dan Kak Maya.”
Luna bangkit dari posisi mata-matanya, mengusap lembut punggung Rasi yang mulai bergetar. Sebagai sesama perempuan, ia tahu bahkan sangat-sangat tahu bagaimana sakitnya berada di posisi Rasi. Lebih dari itu, Rasi sahabat Luna. Sedikit banyak Luna juga merasakan sesak melihat Rasi seterpukul itu.
Di malam perpisahan kakak tingkatnya yang seharusnya menyenangkan, tidak disangka justru membuat hati Rasi terguncang hebat. Anak-anak dari angkatan kakak kelasnya memang sengaja tidak mengadakan acara di auditorium sekolah atau ballroom hotel karena acaranya ilegal. Jadi wajar saja jika banyak terdapat berbagai merk minuman beralkohol.
Tidak sedikitpun terlintas dalam benak Rasi jika di malam terakhir sebelum Alfa terbang ke Barcelona untuk melanjutkan study, menjadi malam paling menyakitkan yang menghantam jiwanya. Ketika Alfa mengatakan dia akan kuliah diluar negeri, sebisa mungkin Rasi tersenyum lebar dan mendukung pilihannya. Seolah Rasi pasti baik-baik saja ditinggal kekasih untuk jangka waktu yang tidak sebentar. Rasi rela jika harus LDR karena alasan menuntut ilmu, tapi tidak dengan penghianatan yang Alfa lakukan.
Bagaimana bisa dua orang yang paling dia percaya melakukan hal paling menjijikan? berciuman dibelakangnya? yang benar saja! Rasi pikir Alfa dan Maya adalah orang yang bisa membuatnya bahagia, tidak sedikitpun berpotensi menimbulkan luka, nyatanya ekspektasi tidak sejalan dengan kenyataan.
Kilat amarah semakin menguasai Rasi, tangannya bergerak meraih botol bir yang teronggok diatas meja.
Prang!
Kontan saja seluruh orang yang berada di club itu menghentikan kegiatan masing-masing, termasuk Alfa dan si perempuan yang tengah bersamanya. Mata mereka sukses membulat sempurna melihat pecahan botol yang sengaja dilempar si pelaku pada tembok tepat di samping sofa merah marun, tempat dimana Alfa dan si perempuan selingkuhannya berciuman panas.
“R... Rr... Rasi.” Maya tergagap melihat Rasi ada di tempat ini. Ia dan Alfa saling menjauhkan diri satu sama lain.
Rasi menarik bibir mungilnya membentuk senyum miring. “Kenapa? Ooh... aku sudah mengganggu kalian?”
“Ini nggak seperti yang kamu lihat Ras,” sangkal Alfa.
Ia bergerak meraih lengan Rasi, namun gerakannya kalah cepat. Rasi sudah lebih dulu mundur tiga langkah. “Jangan sentuh aku, Kak Alfa menjijikan.”
Orang-orang gagal nalar dengan apa yang mereka lihat. Maklum saja, mereka sudah tidak sadar karena saking banyaknya menenggak berbotol-botol bir. Namun tak ayal mereka tidak mau ambil pusing dan kembali melanjutkan aktifitas masing-masing.
“Kalau Kak Alfa sudah bosan sama aku bilang kak, jangan begini,” lirih Rasi.
“Rasi,” Alfa melangkah maju, tidak ada pergerakan Rasi menghindar sehingga Alfa lebih berani melingkarkan tangannya memeluk Rasi. Rasi masih tidak bergerak. “Dengar! Ini tidak seperti yang kamu lihat, aku tidak bosan bersama kamu, aku cinta kamu.”
Perlahan, Rasi melepaskan dekapan Alfa. Tangannya bergerak menghapus cairan bening yang menutupi mata cantiknya. “Aku rasa semuanya sudah jelas, hubungan kita cukup sampai di sini,” ungkapnya sebelum membalikkan badan.
“Ras...” panggil Maya setelah sekian lama ia memilih membisu.
“Sejak kapan Kak?” tanya Rasi masih memunggungi Alfa dan Maya.
Maya menunduk, matanya terasa panas mendengar pertanyaan Rasi. “Aku...”
Tidak mau mendengar apa-apa lagi dari kedua kakak kelasnya, sesegera mungkin Rasi berlari meninggalkan tempat yang baru pertama kali ia menginjakan kakinya. Dan Rasi pastikan menjadi yang pertama dan terakhir.
“Puas lo berdua? baik!!” desis Luna sengaja menabrak bahu Maya sebelum ia berlari mengejar Rasi.
Alfa bilang dia punya kejutan special untuk Rasi sebelum Alfa pergi. Rasi sendiri sudah menebak-nebak kejutan menyenangkan seperti apa yang akan ia dapatkan.
Dan ya, Alfa sudah memberikannya, kejutan yang akan Rasi ingat sampai kapanpun.
Bersambung...
Quote:
-Rasi Bintang-

“Nyakitin nggak ,sih, pas lo lagi cinta-cintanya sama seseorang, tiba-tiba seseorang yang lo cinta nusuk lo dari belakang? Nggak tanggung-tanggung lagi main serongnya sama sahabat lo sendiri.”
Perempuan yang tengah mengemudi itu mendelik saat mendengar ocehan perempuan dari ponsel yang masih menempel ditelinganya. Lantas sebelum ia menanggapi perempuan itu bicara lagi. “Gue sudah pernah bilang kan! Cowok alim dan soleh saja pernah khilaf, apalagi cowok macam si Alfa, Alfa Mart itu. Dibibir sih bilangnya setia, lihat jidat licin lain lupa deh segalanya. Rasi Rasi, atas dasar apa coba lo mempertahankan cowok brengsek kayak dia? cinta? cinta sama bego beda tipis!”cibirnya dengan nada pelan hampir seperti bisikan.
“Jangan ngoceh terus deh Lun! Aku jadi nggak fokus nyetir,” kata perempuan itu tambah kesal. Kesal dengan sahabatnya, kesal juga dengan jalanan yang pada malam ini padat merayap membuat ia terus-terusan menekan klakson. Perempuan itu bodoamat dengan sumpah serapah pengendara lain yang terganggu dengan bunyi klaksonya. Yang terpenting ia harus segera sampai di suatu tempat. “Kamu diam disitu, jangan berisik, dan jangan kemana-mana. Sebentar lagi aku sampai.”
Terdengar helaan napas panjang dari perempuan di seberang telepon. “Iya Ras iya. Untung kita sahabatan sudah lama, coba kagak mana mau gue bela-belain ngintipin cowok lo sama cewek lain lagi sel...”

Rasi Milka Raflerina, perempuan itu berdecak kesal dengan ucapan perempuan yang sialnya adalah sahabatnya. Segera saja ia mematikan sambungan telepon secara sepihak, melempar asal ponselnya ke samping kursi penumpang.
Rasi menancap gas lebih kencang lagi, salip sana sini sudah seperti orang kesetanan. Ah bukan kesetanan, tapi sedang menjelma menjadi setan.
Tak butuh waktu lama mobil Rasi memasuki pelataran salah satu club malam, sekonyong-konyong memarkir kendaraan di depan pintu masuk. Dengan langkah tergesa-gesa Rasi menerobos kerumunan orang-orang yang tengah berjoget entah gerakan apa, menulikan telinganya dari kebisingan musik super nge-beat.
Diantara ke hingar bingaran club tersebut, iris coklat terangnya menyusuri setiap inci sudut, dan berhenti tepat pada seorang perempuan dengan dress sabrina putih tulang yang tengah mengendap-endap di bawah kolong meja.
“Luna!”
Perempuan yang dipanggil dengan sebutan Luna menoleh, meletakan jari telunjuknya pada bibir memberi isyarat kepada Rasi untuk diam. Kemudian ia mengangkat tangan ke udara, memerintahkan Rasi untuk menunduk, namun perempuan berambut hitam legam sebatas punggung itu terpaku pada satu titik pojok ruangan.
Keberisikan yang terjadi tak sanggup mengusik dirinya yang diselimuti kekecewaan juga rasa sakit. Tangannya mengepal kuat hingga membuat buku-buku tangannya memutih. Air mata yang sudah sejak tadi tertahan dipelupuk jatuh setetes, kemudian menjadi ribuan hingga tak terhitung berapa banyak air matanya yang berderai malam itu.
“Kamu benar Lun...” getir dalam suaranya tidak bisa lagi disembunyikan. “Nggak seharusnya aku sepercaya ini sama Kak Alfa dan Kak Maya.”
Luna bangkit dari posisi mata-matanya, mengusap lembut punggung Rasi yang mulai bergetar. Sebagai sesama perempuan, ia tahu bahkan sangat-sangat tahu bagaimana sakitnya berada di posisi Rasi. Lebih dari itu, Rasi sahabat Luna. Sedikit banyak Luna juga merasakan sesak melihat Rasi seterpukul itu.
Di malam perpisahan kakak tingkatnya yang seharusnya menyenangkan, tidak disangka justru membuat hati Rasi terguncang hebat. Anak-anak dari angkatan kakak kelasnya memang sengaja tidak mengadakan acara di auditorium sekolah atau ballroom hotel karena acaranya ilegal. Jadi wajar saja jika banyak terdapat berbagai merk minuman beralkohol.
Tidak sedikitpun terlintas dalam benak Rasi jika di malam terakhir sebelum Alfa terbang ke Barcelona untuk melanjutkan study, menjadi malam paling menyakitkan yang menghantam jiwanya. Ketika Alfa mengatakan dia akan kuliah diluar negeri, sebisa mungkin Rasi tersenyum lebar dan mendukung pilihannya. Seolah Rasi pasti baik-baik saja ditinggal kekasih untuk jangka waktu yang tidak sebentar. Rasi rela jika harus LDR karena alasan menuntut ilmu, tapi tidak dengan penghianatan yang Alfa lakukan.
Bagaimana bisa dua orang yang paling dia percaya melakukan hal paling menjijikan? berciuman dibelakangnya? yang benar saja! Rasi pikir Alfa dan Maya adalah orang yang bisa membuatnya bahagia, tidak sedikitpun berpotensi menimbulkan luka, nyatanya ekspektasi tidak sejalan dengan kenyataan.
Kilat amarah semakin menguasai Rasi, tangannya bergerak meraih botol bir yang teronggok diatas meja.
Prang!
Kontan saja seluruh orang yang berada di club itu menghentikan kegiatan masing-masing, termasuk Alfa dan si perempuan yang tengah bersamanya. Mata mereka sukses membulat sempurna melihat pecahan botol yang sengaja dilempar si pelaku pada tembok tepat di samping sofa merah marun, tempat dimana Alfa dan si perempuan selingkuhannya berciuman panas.
“R... Rr... Rasi.” Maya tergagap melihat Rasi ada di tempat ini. Ia dan Alfa saling menjauhkan diri satu sama lain.
Rasi menarik bibir mungilnya membentuk senyum miring. “Kenapa? Ooh... aku sudah mengganggu kalian?”
“Ini nggak seperti yang kamu lihat Ras,” sangkal Alfa.
Ia bergerak meraih lengan Rasi, namun gerakannya kalah cepat. Rasi sudah lebih dulu mundur tiga langkah. “Jangan sentuh aku, Kak Alfa menjijikan.”
Orang-orang gagal nalar dengan apa yang mereka lihat. Maklum saja, mereka sudah tidak sadar karena saking banyaknya menenggak berbotol-botol bir. Namun tak ayal mereka tidak mau ambil pusing dan kembali melanjutkan aktifitas masing-masing.
“Kalau Kak Alfa sudah bosan sama aku bilang kak, jangan begini,” lirih Rasi.
“Rasi,” Alfa melangkah maju, tidak ada pergerakan Rasi menghindar sehingga Alfa lebih berani melingkarkan tangannya memeluk Rasi. Rasi masih tidak bergerak. “Dengar! Ini tidak seperti yang kamu lihat, aku tidak bosan bersama kamu, aku cinta kamu.”
Perlahan, Rasi melepaskan dekapan Alfa. Tangannya bergerak menghapus cairan bening yang menutupi mata cantiknya. “Aku rasa semuanya sudah jelas, hubungan kita cukup sampai di sini,” ungkapnya sebelum membalikkan badan.
“Ras...” panggil Maya setelah sekian lama ia memilih membisu.
“Sejak kapan Kak?” tanya Rasi masih memunggungi Alfa dan Maya.
Maya menunduk, matanya terasa panas mendengar pertanyaan Rasi. “Aku...”
Tidak mau mendengar apa-apa lagi dari kedua kakak kelasnya, sesegera mungkin Rasi berlari meninggalkan tempat yang baru pertama kali ia menginjakan kakinya. Dan Rasi pastikan menjadi yang pertama dan terakhir.
Konten Sensitif
“Puas lo berdua? baik!!” desis Luna sengaja menabrak bahu Maya sebelum ia berlari mengejar Rasi.
Alfa bilang dia punya kejutan special untuk Rasi sebelum Alfa pergi. Rasi sendiri sudah menebak-nebak kejutan menyenangkan seperti apa yang akan ia dapatkan.
Dan ya, Alfa sudah memberikannya, kejutan yang akan Rasi ingat sampai kapanpun.
Bersambung...
Diubah oleh Puputhw199 22-02-2022 12:13
puputherowat875 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.5K
6
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan