- Beranda
- Komunitas
- News
- Militer dan Kepolisian
Nostalgia Orde Lama, Korps Paskhas Resmi Berganti Nama Menjadi Kopasgat


TS
si.matamalaikat
Nostalgia Orde Lama, Korps Paskhas Resmi Berganti Nama Menjadi Kopasgat
Baru-baru ini Korps Paskhas (Pasukan Khas) TNI AU telah berganti nama, nama baru tersebut mengingatkan pasukan baret jingga tersebut akan era Orde Lama. Pasalnya kini Paskhas kembali menyandang nama Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat).Dulu semasa era Orde Lama pasukan khusus dari matra udara ini juga menyandang nama Komando Pasukan Gerak Tjepat, yang dulu lebih dikenal dengan nama PGT.
Perubahan nama Paskhas tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa Nomor Kep 66/1/2022 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan Dalam Jabatan di Lingkungan TNI, tertanggal 21 Januari 2022. Dalam SK tersebut, jabatan yang dipegang oleh Marsekal Muda (Marsda) Eris Widodo Yuliastono berubah, dari Komandan Korps Paskhas menjadi Komandan Kopasgat. Begitu pun wakilnya, dari Wakil Komandan Korps Paskhas yang dijabat Marsekal Pertama (Marsma) Taspin Hasan berubah menjadi Wakil Komandan Kopasgat.
Perubahan nama ini sejalan dengan pemberhentian dan pengangkatan terhadap 328 perwira tinggi TNI lainnya. Total 28 perwira tinggi TNI kini masuk ke dalam jabatan satuan-satuan baru TNI. Sementata itu usul perubahan nama satuan ini sebenarnya sudah diwacanakan sejak tahun 2018.
Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsma Indan Gilang Buldansyah mengatakan kepada media bahwa, waktu itu dilaksanakan rapat validasi organisasi TNI AU yang dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna. Beliau lantas mengusulkan perubahan nama Paskhas menjadi Kopasgat. Selain itu perubahan nama ini juga memunculkan jabatan baru, yakni Irkopasgat. Yang setara dengan jabatan bintang satu.
Sekilas Sejarah Kopasgat
Pasukan Gerak Tjepat (PGT)/Paskhas punya sejarah tersendiri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, setiap tanggal 17 Oktober diperingati sebagai hari ulang tahun pasukan ini. Bukan tanpa alasan memilih hari tersebut sebagai hari ulang tahun Kopasgat, pasalnya tanggal itu cukup bersejarah.
Pada tanggal 17 Oktober 1947 menjadi operasi penerjunan pertama Kopasgat, sekaligus menjadi operasi penerjunan pertama yang dilakukan oleh pasukan TNI. Operasi terjun payung itu dilakukan di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Sebagai upaya mengusir Belanda, yang waktu itu dipasrahi menjaga keamanan dan ketertiban di Kalimantan oleh AS.
Permintaan pengiriman pasukan lewat udara tersebut diajukan oleh Gubernur Kalimantan Ir. Mohammad Nur, karena satu-satunya pengiriman bantuan yang mungkin hanya lewat udara. Pasalnya jalur laut dan darat sudah diblokade Belanda. Sepucuk surat pun dikirimkan sang gubernur kepada KSAU (Kepala Staf Angkatan Udara) Komodor Suryadarma di Yogyakarta. Isi surat itu adalah untuk meminta bantuan AURI agar bersedia melatih pemuda asal Kalimantan, kemudian menerjunkan mereka ke Kalimantan agar berjuang. membantu saudara-saudaranya.
Permintaan sang gubernur disanggupi, dalam waktu singkat 60 pejuang asal Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa berhasil direkrut. Mereka lalu ditempatkan di Asrama Padasan, dekat Lanud Maguwo (sekarang Lanud Adisucipto). Tjilik Riwut ditunjuk Suryadarma memimpin pembentukan pasukan tersebut.
Mereka kemudian menjalani latihan dasar terjun dan dilatih oleh Opsir Udara II Sujono, Opsir Muda Udara II Amir Hamzah, Sersan Udara Mispar, dan Kopral Udara Sangkala. Karena sempitnya waktu, latihan untuk terjun payung hanya dipelajari secara teori tanpa latihan penerjunan langsung dari pesawat.
Dari 60 orang tersebut, akhirnya terpilih 13 orang yang akan melaksankan aksi terjun payung di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Waktu itu dua personel PHB (perhubungan) AURI akan menemani penerjunan mereka. Sementara Tjilik Riwut mendapat tugas menjadi penunjuk jalan, sedangkan Amir Hamzah bertugas sebagai jumping master.
Para penerjuan payung Kopasgat waktu itu terdiri dari: Heri Hadi Sumantri (montir radio AURI asal Semarang), FM Suyoto (juru radio AURI asal Ponorogo), Iskandar (pimpinan pasukan), Ahmad Kosasih, Bachri, J. Bitak, C. Williem, Imanuel, Amirudin, Ali Akbar, M. Dahlan, JH. Darius, dan Marawi. Semuanya belum pernah mendapat pendidikan terjun payung secara sempurna, mereka hanya mendapatkan pelajaran teori dan latihan di darat.Seorang lagi yaitu Jamhani batal terjun karena takut.
Para penerjun kemudian diberangkatkan memakai pesawat DC-47 Dakota (RI-002). Pesawat lantas dipiloti oleh Bob Freeberg, veteran pilot Angkatan Laut AS semasa PD 2 yang menjadi pilot Commercial Air Lines Incorporated (CALI), dan co-pilot Mayor Makmur Suhodo. Mereka berdua berkonsentrasi untuk mencari dropping zone, yakni Sapanbiha, Kalimantan Selatan.
Akibat cuaca buruk dan vegetasi Kalimantan yang berhutan lebat mengakibatkan Mayor (U) Tjilik Riwut kebingungan untuk memprediksi tempat penerjunan. Pada akhirnya para penerjun tetap berhasil mendarat di tanah, meski awalnya sempat tersangkut di pohon. Seluruh penerjun bisa kembali berkumpul tiga hari kemudian.
Namun, mereka ternyata bukan mendarat di Sepanbiha (dropping zone), melainkan di Kampung Sambi, barat laut Rantau Pulut, Kotawaringin Barat. Mereka pun terpaksa bertahan hidup di dalam hutan. Pada hari ke-35, mereka bermalam di sebuah ladang di tepi Sungai Koleh. Dini hari 23 November 1947, tembakan dari pasukan NICA menghujani dari tiga arah. Hal itu mengakibatkan gugurnya Heri Hadi Sumantri, Iskandar, dan Ahmad Kosasih. Sedangkan yang lainnya berhasil lolos namun akhirnya mereka berhasil ditangkap Belanda.
Dalam pengadilan, Belanda tidak bisa membuktikan bahwa mereka adalah pasukan penerjun payung dan akhirnya mereka dihukum sebagai seorang kriminal biasa. Mereka dibebaskan setelah menjalani hukuman 1 tahun penjara, setelah bebas mereka diangkat menjadi anggota AURI oleh Komodor (U) Suryadi Suryadarma.
Peristiwa Penerjunan yang dilakukan oleh ke tiga belas prajurit AURI tersebut menandai lahirnya pasukan khas TNI Angkatan Udara. Tanggal 17 Oktober 1947 kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) yang kemudian dikenal dengan nama Korps Pasukan Khas.
Sebagai tambahan informasi Pasukan Garuda Mulya adalah permulaan dari pasukan terjun TNI AU di era 50-an, mereka dilatih oleh perintis penerjunan di Yogyakarta dan pelaku operasi penerjunan di Kalimantan. Pasukan itu dibentuk pada Februari 1952. Sementara itu komandan pertama dari PGT dijabat oleh Wiriadinata.
Pada tahun 1960-an, pasukan ini dinamai Resimen Tim Pertempuran PGT (RTP-PGT). Pada 1962 berubah nama lagi menjadi Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU). Era tahun 1965, setelah Komodor Wiriadinata tak lagi memimpin, di masa kepemimpinan Komodor Ramli Sumardi pasukan ini dikenal sebagai PGT (Pasukan Gerak Tjepat).
Memasuki tahun 1966 namanya menjadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat). Pada 1985, namanya dirubah menjadi Pusat Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (PUSPASKHASAU). Dan pada tahun 1997 berubah menjadi menjadi Korps Pasukan Khas TNI AU (KORPASKHASAU). Dan terakhir pada 21 Januari 2022 kembali lagi memakai nama Kopasgat.
Perubahan nama Paskhas tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa Nomor Kep 66/1/2022 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan Dalam Jabatan di Lingkungan TNI, tertanggal 21 Januari 2022. Dalam SK tersebut, jabatan yang dipegang oleh Marsekal Muda (Marsda) Eris Widodo Yuliastono berubah, dari Komandan Korps Paskhas menjadi Komandan Kopasgat. Begitu pun wakilnya, dari Wakil Komandan Korps Paskhas yang dijabat Marsekal Pertama (Marsma) Taspin Hasan berubah menjadi Wakil Komandan Kopasgat.
Quote:
Perubahan nama ini sejalan dengan pemberhentian dan pengangkatan terhadap 328 perwira tinggi TNI lainnya. Total 28 perwira tinggi TNI kini masuk ke dalam jabatan satuan-satuan baru TNI. Sementata itu usul perubahan nama satuan ini sebenarnya sudah diwacanakan sejak tahun 2018.
Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsma Indan Gilang Buldansyah mengatakan kepada media bahwa, waktu itu dilaksanakan rapat validasi organisasi TNI AU yang dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna. Beliau lantas mengusulkan perubahan nama Paskhas menjadi Kopasgat. Selain itu perubahan nama ini juga memunculkan jabatan baru, yakni Irkopasgat. Yang setara dengan jabatan bintang satu.
Sekilas Sejarah Kopasgat
Pasukan Gerak Tjepat (PGT)/Paskhas punya sejarah tersendiri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, setiap tanggal 17 Oktober diperingati sebagai hari ulang tahun pasukan ini. Bukan tanpa alasan memilih hari tersebut sebagai hari ulang tahun Kopasgat, pasalnya tanggal itu cukup bersejarah.
Pada tanggal 17 Oktober 1947 menjadi operasi penerjunan pertama Kopasgat, sekaligus menjadi operasi penerjunan pertama yang dilakukan oleh pasukan TNI. Operasi terjun payung itu dilakukan di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Sebagai upaya mengusir Belanda, yang waktu itu dipasrahi menjaga keamanan dan ketertiban di Kalimantan oleh AS.
Permintaan pengiriman pasukan lewat udara tersebut diajukan oleh Gubernur Kalimantan Ir. Mohammad Nur, karena satu-satunya pengiriman bantuan yang mungkin hanya lewat udara. Pasalnya jalur laut dan darat sudah diblokade Belanda. Sepucuk surat pun dikirimkan sang gubernur kepada KSAU (Kepala Staf Angkatan Udara) Komodor Suryadarma di Yogyakarta. Isi surat itu adalah untuk meminta bantuan AURI agar bersedia melatih pemuda asal Kalimantan, kemudian menerjunkan mereka ke Kalimantan agar berjuang. membantu saudara-saudaranya.
Quote:
Permintaan sang gubernur disanggupi, dalam waktu singkat 60 pejuang asal Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa berhasil direkrut. Mereka lalu ditempatkan di Asrama Padasan, dekat Lanud Maguwo (sekarang Lanud Adisucipto). Tjilik Riwut ditunjuk Suryadarma memimpin pembentukan pasukan tersebut.
Mereka kemudian menjalani latihan dasar terjun dan dilatih oleh Opsir Udara II Sujono, Opsir Muda Udara II Amir Hamzah, Sersan Udara Mispar, dan Kopral Udara Sangkala. Karena sempitnya waktu, latihan untuk terjun payung hanya dipelajari secara teori tanpa latihan penerjunan langsung dari pesawat.
Dari 60 orang tersebut, akhirnya terpilih 13 orang yang akan melaksankan aksi terjun payung di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Waktu itu dua personel PHB (perhubungan) AURI akan menemani penerjunan mereka. Sementara Tjilik Riwut mendapat tugas menjadi penunjuk jalan, sedangkan Amir Hamzah bertugas sebagai jumping master.
Para penerjuan payung Kopasgat waktu itu terdiri dari: Heri Hadi Sumantri (montir radio AURI asal Semarang), FM Suyoto (juru radio AURI asal Ponorogo), Iskandar (pimpinan pasukan), Ahmad Kosasih, Bachri, J. Bitak, C. Williem, Imanuel, Amirudin, Ali Akbar, M. Dahlan, JH. Darius, dan Marawi. Semuanya belum pernah mendapat pendidikan terjun payung secara sempurna, mereka hanya mendapatkan pelajaran teori dan latihan di darat.Seorang lagi yaitu Jamhani batal terjun karena takut.
Quote:
Para penerjun kemudian diberangkatkan memakai pesawat DC-47 Dakota (RI-002). Pesawat lantas dipiloti oleh Bob Freeberg, veteran pilot Angkatan Laut AS semasa PD 2 yang menjadi pilot Commercial Air Lines Incorporated (CALI), dan co-pilot Mayor Makmur Suhodo. Mereka berdua berkonsentrasi untuk mencari dropping zone, yakni Sapanbiha, Kalimantan Selatan.
Akibat cuaca buruk dan vegetasi Kalimantan yang berhutan lebat mengakibatkan Mayor (U) Tjilik Riwut kebingungan untuk memprediksi tempat penerjunan. Pada akhirnya para penerjun tetap berhasil mendarat di tanah, meski awalnya sempat tersangkut di pohon. Seluruh penerjun bisa kembali berkumpul tiga hari kemudian.
Namun, mereka ternyata bukan mendarat di Sepanbiha (dropping zone), melainkan di Kampung Sambi, barat laut Rantau Pulut, Kotawaringin Barat. Mereka pun terpaksa bertahan hidup di dalam hutan. Pada hari ke-35, mereka bermalam di sebuah ladang di tepi Sungai Koleh. Dini hari 23 November 1947, tembakan dari pasukan NICA menghujani dari tiga arah. Hal itu mengakibatkan gugurnya Heri Hadi Sumantri, Iskandar, dan Ahmad Kosasih. Sedangkan yang lainnya berhasil lolos namun akhirnya mereka berhasil ditangkap Belanda.
Dalam pengadilan, Belanda tidak bisa membuktikan bahwa mereka adalah pasukan penerjun payung dan akhirnya mereka dihukum sebagai seorang kriminal biasa. Mereka dibebaskan setelah menjalani hukuman 1 tahun penjara, setelah bebas mereka diangkat menjadi anggota AURI oleh Komodor (U) Suryadi Suryadarma.
Peristiwa Penerjunan yang dilakukan oleh ke tiga belas prajurit AURI tersebut menandai lahirnya pasukan khas TNI Angkatan Udara. Tanggal 17 Oktober 1947 kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) yang kemudian dikenal dengan nama Korps Pasukan Khas.
Quote:
Sebagai tambahan informasi Pasukan Garuda Mulya adalah permulaan dari pasukan terjun TNI AU di era 50-an, mereka dilatih oleh perintis penerjunan di Yogyakarta dan pelaku operasi penerjunan di Kalimantan. Pasukan itu dibentuk pada Februari 1952. Sementara itu komandan pertama dari PGT dijabat oleh Wiriadinata.
Pada tahun 1960-an, pasukan ini dinamai Resimen Tim Pertempuran PGT (RTP-PGT). Pada 1962 berubah nama lagi menjadi Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU). Era tahun 1965, setelah Komodor Wiriadinata tak lagi memimpin, di masa kepemimpinan Komodor Ramli Sumardi pasukan ini dikenal sebagai PGT (Pasukan Gerak Tjepat).
Memasuki tahun 1966 namanya menjadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat). Pada 1985, namanya dirubah menjadi Pusat Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (PUSPASKHASAU). Dan pada tahun 1997 berubah menjadi menjadi Korps Pasukan Khas TNI AU (KORPASKHASAU). Dan terakhir pada 21 Januari 2022 kembali lagi memakai nama Kopasgat.
Semoga peggunaan nama lama ini bisa menjadikan motivasi baru bagi seluruh pasukan yang bertugas.
Diubah oleh si.matamalaikat 01-02-2022 14:06






4l3x4ndr4 dan 16 lainnya memberi reputasi
17
5.3K
35


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan