Kaskus

Entertainment

bajer.dinar212Avatar border
TS
bajer.dinar212
Polemik 119 Ponpes Terafiliasi ISIS hingga 50% Medsos berisi Intoleransi
Polemik 119 Ponpes Terafiliasi ISIS hingga 50% Medsos berisi Intoleransi


BNPT Ungkap Ada 119 Ponpes Terafiliasi Jaringan ISIS, 68 Jaringan JI

Polemik 119 Ponpes Terafiliasi ISIS hingga 50% Medsos berisi Intoleransi

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkap dugaan sejumlah pondok pesantren (ponpes) terafiliasi kelompok terorisme, termasuk jaringan ISIS. Anggota Komisi III DPR Fraksi PKB Jazilul Fawaid meminta BPNT tidak membiarkan dan menyampaikan daftar pesantren yang terpapar tersebut sehingga bisa dicegah.

"Aneh kalau sudah tahu kok dibiarkan. Lakukan tindakan pencegahan. Tentu BNPT harus menjalankan tugasnya agar pondok pesantren yang terafiliasi teroris diberikan pembinaan. Sampaikan daftar pesantren tersebut ke publik agar masyarakat juga dapat mengawasi aktivitasnya," kata Jazilul saat dihubungi, Rabu (26/1/2022).

Jazilul mengatakan BNPT harus melakukan pencegahan agar tidak jatuh korban akibat afiliasi kelompok terorisme tersebut. Dia menyarankan BNPT membina para santri di pondok pesantren tersebut lewat keluarganya hingga mencari penyebab terpaparnya pondok pesantren tersebut.

"Saran saya, santrinya dibina melalui keluarganya juga. Caranya, cari sebab musababnya sehingga dapat dicegah lebih dini," ucapnya.

Sebelumnya, Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar mengungkap ada sejumlah pondok pesantren yang terafiliasi dengan kelompok terorisme. Hal itu disampaikan pada rapat kerja dengan Komisi III DPR RI pada Selasa (25/1).

"Kami menghimpun beberapa pondok pesantren yang kami duga terafiliasi dan tentunya ini merupakan bagian upaya-upaya dengan konteks intel pencegahan yang kami laksanakan di lapangan," ujar Boy.

Sementara itu, BNPT juga sempat menunjukkan data pondok pesantren yang terafiliasi oleh kelompok terorisme. Dalam slide pemaparan BNPT terlihat data 11 pondok pesantren terafiliasi Jamaah Anshorut Khilafah (JAK).

Selain itu, 68 pondok pesantren terafiliasi jaringan kelompok terorisme Jamaah Islamiyah (JI) yang terkait dengan Al-Qaeda. Bahkan sebanyak 119 pondok pesantren juga dilaporkan terafiliasi Jamaah Ansharut Daulah (JAD) atau simpatisan ISIS.


364 Teroris Ditangkap pada 2021,16 orang diantaranya terafiliasi dengan FPI

Boy juga menyampaikan pihaknya bersama Densus 88 telah menindak sebanyak 364 terduga teroris. Sebanyak 16 orang terduga teroris yang ditangkap merupakan mantan anggota Front Pembela Islam (FPI).

"Dalam hal ini telah bersama melakukan penindakan 364 orang, dengan perincian pemeriksaan dan penyidikan, yang lanjut ke penyidikan adalah 332 orang dilanjut oleh Densus, dilimpahkan ke penuntut umum sudah 3 orang, meninggal dunia 13 orang, dipulangkan 16 orang," kata Boy.

"Berdasarkan afiliasi teror, 178 orang di antaranya terafiliasi dari kelompok yang sudah dinyatakan sebagai organisasi terlarang, yaitu Jamaah Al-Islamiyah, 178 orang kepada JI, 154 orang kepada JAD, 16 orang terafiliasi MIT yang terpusat di Poso Sulteng, dan 16 lainnya juga terafiliasi dengan ormas yang telah dinyatakan dilarang oleh pemerintah, yaitu FPI," ucapnya.


Hampir 50% Medsos Isinya Intoleransi dan Rencana Kejahatan

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar menyebut 50% konten di media sosial berisi ujaran intoleransi dan rencana kejahatan. Menurutnya, kelompok remaja rentan terindikasi paham radikal.

Hal itu disampaikan Boy saat memberi sambutan dalam acara 'Ngopi Bareng Pangdam Jaya', di Kodam Jaya, Cililitan, Jakarta Timur, Kamis (27/1/2022). Boy mencatat remaja rentan terpapar paham radikalisme.

"Social media hari ini hampir 50% berisi bagian dari semangat intoleransi, semangat untuk melakukan merendahkan martabat manusia, dan tempat menyebarluaskan rencana-rencana yang mengarah ke kejahatan," kata Boy dalam sambutannya.

Boy menyebut anak muda merupakan golongan rentan terpapar paham radikalisme. Terkhusus golongan remaja dan pelajar.

"Anak-anak muda pelajar itu rentan sekali terpapar ideologi radikal ini. Yang berusia remaja ini," ujar Boy.

Karena itu, Boy mengatakan perlu adanya upaya sistematis dalam penanggulangan masifnya penyebaran paham radikal di zaman ini. Terlebih akses teknologi dan informasi harus dapat memberi pengaruh positif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Karena masuknya (paham radikal) sistematis, pengelolaannya pun harus sistematis. Teknologi diharapkan dapat menjadi bagian mencerdaskan kehidupan bangsa kita," ucap Boy.

"Siapa yang dapat membuat penguatan itu, tentu kita semua," imbunya.


Data 198 Pesantren Terafiliasi Jaringan Teror Jadi Polemik, BNPT Buka Suara

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menjelaskan pernyataan Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar yang menyebut ada 198 pesantren terindikasi berafiliasi dengan kelompok jaringan terorisme. BNPT menyebut sejatinya data yang disampaikan Boy Rafli itu merupakan bentuk pertanggungjawaban institusi yang memiliki tupoksi pencegahan radikal terorisme.

"Sejatinya, data yang disampaikan Kepala BNPT tersebut harus dibaca sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja sebuah institusi di depan anggota dewan yang mempunyai tugas pencegahan radikal terorisme," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen R. Ahmad Nurwakhid dalam keterangan pers tertulisnya, Minggu (30/1/2022).

Nurwakhid menjelaskan data tersebut merupakan hasil kerja pemetaan dan monitoring dalam rangka pencegahan radikal terorisme. Nurwakhid menyebut data tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kewaspadaan bagi semua stakeholder.

"Dengan pendekatan multi pihak tersebut, kebijakan dan program pencegahan yang dilakukan oleh BNPT dibangun atas prinsip simpatik, silaturahmi, komunikatif dan partisipatif dengan seluruh elemen bangsa," tuturnya.

Nurwakhid meminta masyarakat untuk tidak membuat narasi tuduhan negatif terhadap BNPT. Apalagi, kata Nurwakhid, saat ini muncul tuduhan bahwa data yang disampaikan BNPT itu adalah bentuk Islamofobia.

"Karena itulah, sangat tidak benar dan tidak beralasan adanya narasi tuduhan terhadap BNPT yang seolah mengeneralisir dan menstigma negatif terhadap pondok pesantren yang ada di Indonesia, apalagi menuduh data tersebut bagian dari bentuk Islamofobia," ujarnya.

Mantan Kabag Banops Densus 88 itu menjelaskan data tersebut harus dipahami untuk mendeteksi dini bahaya radikalisme dan terorisme. BNPT pun telah melakukan silaturahmi kebangsaan dengan mengunjungi pesantren di berbagai wilayah di Indonesia secara berkala.

"Agar tidak keluar dari substansi dan tujuan data itu disampaikan, saya ingin menegaskan bahwa data tersebut harus dibaca sebagai upaya peningkatan deteksi dini dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya radikalisme dan terorisme yang telah melakukan infiltrasi dan kamuflase di tengah masyarakat dalam beragam bentuk dan kanal," jelasnya.

Lebih lanjut, dia memaparkan berdasarkan data di Kementerian Agama, jumlah pondok pesantren di seluruh Indonesia ada sekitar 27.722. Artinya, kata Nurwakhid, 198 pesantren yang terindikasi terafiliasi jaringan terorisme tersebut hanya sekitar 0,007 persen.

"198 pesantren yang terindikasi terafiliasi jaringan terorisme tersebut hanya sekitar 0,007 persen yang harus mendapatkan perhatian agar tidak meresahkan masyarakat. Keberadaannya justru akan mencoreng citra pesantren sebagai lembaga khas nusantara yang setia membangun narasi islam rahmatan lil alamin dan wawasan kebangsaan," tuturnya.

Nurwakhid mengungkap beberapa indikator pesantren yang disebut terindikasi berafiliasi dengan jaringan terorisme. Pertama, pesantren yang secara ideologis terafiliasi dengan ideologi jaringan terorisme dan atau melakukan kegiatan atau pun aktivitas bersama di bidang politik maupun sosial keagamaan.

"Kedua, pesantren yang secara ideologis maupun organisasi terafiliasi dengan jaringan terorisme sebagai strategi kamuflase atau siasat menyembunyikan diri dan agendanya (taqiyah) dan atau strategi tamkin, yaitu strategi penguasaan wilayah atau pun pengaruh dengan mengembangkan jaringan ataupun menginfiltrasi ke organisasi maupun institusi lain," tambahnya.

Selajutnya, Nurwakhid menyebut pesantren yang berafiliasi dengan terorisme memiliki koneksi dengan jaringan terorisme. Pesantren yang terkoneksi atau terafiliasi biasanya terkait dengan pendanaan maupun distribusi logistik.

"Di mana oknum pengurus dan atau para santri dari lembaga tersebut terkoneksi atau terafiliasi dengan jaringan terorisme, pesantren yang terkoneksi atau terafiliasi dalam pendanaan maupun distribusi logistik dengan jaringan terorisme," tuturnya.


Sumber :

- https://news.detik.com/berita/d-5915...68-jaringan-ji

- https://nasional.kompas.com/read/202...erafiliasi-fpi

- https://news.detik.com/berita/d-5916...cana-kejahatan

- https://news.detik.com/berita/d-5920...suara?single=1
jlamp
User telah dihapus
bukan.bomat
bukan.bomat dan 14 lainnya memberi reputasi
11
6.2K
106
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan