- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Dalam Diam 4


TS
moucurhat
Dalam Diam 4
Nah, enggak lama setelah dia cerita bagaimana sifat & sikap dia yang sebenarnya, dia mulai agak cuek kepadaku. Dia sering bilang kangen, sering marah nggak jelas, dan sering tiba-tiba nelpon malem-malem sebelum tidur. Waktu dia seperti itu, aku belum kepikiran apa-apa. Sampai pada waktu itu, entah kenapa aku ngasih tau dia duluan kalau aku kangen. Lalu kami saling berbalas pesan melalui WhatsApp seperti hari-hari sebelumnya. Setelah itu, kan kalau malam, apalagi waktu sebelum tidur, itu kan waktu ter-enak untuk berdiskusi dengan diri sendiri ya, menyambungkan frekuensi antara otak dan hati. Nah, waktu ter-enak itu aku gunakan untuk berfikir "kenapa ya dia? Kok agak cuek? Kok mulai jarang banget mengirim pesan ke aku duluan? Bentar.. em.. oiya, dia pernah bilang kalau dia suka sama orang itu dia.. em..", ya kira-kira seperti itu yang ku pikirkan. Aku mulai curiga kalau Aro suka sama Aku.
Aku mengikuti alurnya, aku mencoba untuk memahami sikap cueknya kepadaku.
Hari Senin (kalo ga salah), dia menghubungiku "Mie Ayam yuk".
"Oke, gas, jemput" jawabku
Dia tak membalas. Tidak lama dia sampai di rumah. Aku pamit ke ibuku dan kami pun berangkat. Sampailah kami di salah satu warung mie ayam favoritnya. Kami duduk, menunggu makanan datang, dan saling tatap.
"Ngopo e, Mou? Ojo ndelokke aku, opo meneh mataku, aku rakuat." (Kenapa, Mou? Jangan lihat aku, apalagi mataku, aku gakuat) katanya.
Aku pun hanya tersenyum dan sedikit menyipitkan mata. Jujur aku curiga kalau Aro suka kepadaku.
"Reti ra? Aku ra sembarangan ngajak uwong jajan ning kene. Hanya orang sing tak anggap enak wae." (Tau gak? Aku gak sembarangan ngajak orang jajan di sini. Hanya orang yang ku anggap nyaman aja) Kata Aro berusaha mengalihkan pandanganku kepadanya.
Deg.
Aku menopang dagu "oh iya? Kenapa?" Tanya ku stay cool. Wkw. Aku berusaha sekali untuk terlihat biasa saja meski pikiranku kemana-mana.
"Karena ini mie ayam terfavorit sejak aku SMA dulu. Dari semua warung mie ayam, mie ayam buatan ibu ini yang bikin aku nyaman. Sitan aja belum pernah ku ajak ke sini." jelasnya
Aku hanya mengangguk-anggukan kepala dan meng-oh-kan penjelasannya.
Gimana perasaanmu kalau kamu di ajak ke tempat terfavoritnya dia? Nah, begitupun aku. Aku hanya bisa berpura-pura biasa saja karena kami adalah teman akrab.
Aku mengikuti alurnya, aku mencoba untuk memahami sikap cueknya kepadaku.
Hari Senin (kalo ga salah), dia menghubungiku "Mie Ayam yuk".
"Oke, gas, jemput" jawabku
Dia tak membalas. Tidak lama dia sampai di rumah. Aku pamit ke ibuku dan kami pun berangkat. Sampailah kami di salah satu warung mie ayam favoritnya. Kami duduk, menunggu makanan datang, dan saling tatap.
"Ngopo e, Mou? Ojo ndelokke aku, opo meneh mataku, aku rakuat." (Kenapa, Mou? Jangan lihat aku, apalagi mataku, aku gakuat) katanya.
Aku pun hanya tersenyum dan sedikit menyipitkan mata. Jujur aku curiga kalau Aro suka kepadaku.
"Reti ra? Aku ra sembarangan ngajak uwong jajan ning kene. Hanya orang sing tak anggap enak wae." (Tau gak? Aku gak sembarangan ngajak orang jajan di sini. Hanya orang yang ku anggap nyaman aja) Kata Aro berusaha mengalihkan pandanganku kepadanya.
Deg.
Aku menopang dagu "oh iya? Kenapa?" Tanya ku stay cool. Wkw. Aku berusaha sekali untuk terlihat biasa saja meski pikiranku kemana-mana.
"Karena ini mie ayam terfavorit sejak aku SMA dulu. Dari semua warung mie ayam, mie ayam buatan ibu ini yang bikin aku nyaman. Sitan aja belum pernah ku ajak ke sini." jelasnya
Aku hanya mengangguk-anggukan kepala dan meng-oh-kan penjelasannya.
Gimana perasaanmu kalau kamu di ajak ke tempat terfavoritnya dia? Nah, begitupun aku. Aku hanya bisa berpura-pura biasa saja karena kami adalah teman akrab.




zerauw dan bukhorigan memberi reputasi
2
278
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan