Kaskus

Story

yourkiveAvatar border
TS
yourkive
Fate - Short Story.
Fate - Short Story.

“Ren, lo gak pulang? Mau sampe jam berapa di kantor?”

Pertanyaan itu mengalun dari bibir Tessa, salah satu rekan kerja Rena di kantor. Gadis berambut cokelat itu sudah hendak meninggalkan kantor, tapi ada perasaan tidak enak yang muncul dalam dirinya karena melihat Rena masih betah berkutat dengan pekerjaannya.

“Bentar lagi kok, Tes. Lo duluan aja gak apa-apa,” jawab Rena sambil mengacungkan ibu jarinya ke arah Tessa.

“Ren, jangan pulang kemaleman, loh. Udah gak ada Rei yang jemput lo,” ucap Tessa lagi.

Ketika Rena mendengar nama “Rei” disebut, gadis itu merasa perutnya seperti dicubit. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia mendengar nama pemuda itu. Pemuda yang pernah menjadi bagian dari hidupnya selama lima tahun, terhitung sejak Rena menginjak tahun kedua di universitas.

“Iya. Gue tahu kok, Tes.”

Setelah mendengar jawaban Rena, Tessa hanya bisa menghela nafasnya pelan. Dia tahu bahwa sebenarnya, dia tak perlu menyebutkan nama Rei lagi di depan Rena. Dalam diam, Tessa merutukki dirinya sendiri atas kesalahan bodoh yang dia lakukan tadi. Tak mau berlama-lama lagi dalam suasana canggung yang tiba-tiba saja muncul di antara dirinya dan Rena, Tessa memilih untuk undur diri dan meninggalkan Rena sendirian.

Rei.

Rena masih ingat ketika dirinya terakhir kali bertemu dengan pemuda itu. Dia bahkan masih ingat ekspresi terluka yang diperlihatkan oleh Rei ketika dirinya memutuskan untuk menyudahi hubungan mereka secara sepihak.

Saat itu, Rei hanya bisa menatapnya dengan sorot mata yang tak bisa Rena jelaskan. Ada ketakutan, kesedihan, kemarahan dan penyesalan di sana.

Rena tak pernah menyangka bahwa apa yang dia jaga selama lima tahun, bisa runtuh hanya dalam satu hari.

21 November 2021.

Awan kelabu kini sudah memenuhi langit yang seharusnya, terlihat indah di waktu senja. Sepertinya, hujan deras akan segera turun dan membasahi bumi. Ketika orang lain memilih untuk buru-buru pulang ke rumah, pilihan lain diambil oleh Rena. Alih-alih bergegas untuk pulang, gadis itu malah memilih pergi ke sebuah kafe kecil dekat kantornya.

Hanya butuh sepuluh menit bagi Rena untuk sampai di kafe tersebut. Setelah sampai, Rena langsung memesan secangkir cappucinountuk dirinya dan secangkir caffe latte untuk Rei. 

Iya, Rei. Hari ini, Rena ada janji bertemu dengan Rei, orang yang berstatus sebagai kekasihnya selama lima tahun terakhir. Tidak seperti biasanya, Rena tak lagi merasakan gelitik ‘kupu-kupu’ di dalam perutnya saat dia akan bertemu Rei. Hal ini mungkin bukan sesuatu yang aneh bagi mereka yang sudah menginjak tahun kelima dalam sebuah hubungan.

Namun, bagi Rena ini adalah sesuatu yang salah. Meskipun dirinya dan Rei sudah menjalani hubungan mereka cukup lama, tapi ketika mereka akan bertemu, Rena selalu bisa merasakan gelitik itu dan debaran jantung yang meningkat. Rei selalu punya ‘sihir’ untuk membuat Rena merasakan hal itu.

Semuanya perlahan hilang saat seseorang tiba-tiba menghubungi Rena secara anonim beberapa waktu yang lalu.

Awalnya, Rena tak menggubris pesan-pesan aneh yang mengatakan bahwa anonim itu punya bukti yang akan membuat Rena berpikir ulang soal hubungannya dengan Rei. Namun, anonim itu mulai memberikan bukti berupa foto dan rekaman suara yang entah dia dapat dari mana. Beberapa foto menunjukkan sosok Rei dengan begitu jelas, dan sementara foto lainnya hanya menunjukkan sosok Rei samar-samar. 

Dari semua itu, ada sebuah kesamaan yang ditangkap oleh Rena.

Rei sedang bersama seorang gadis yang bukan dirinya. Semua foto menunjukkan sosok perempuan yang sama, dengan berbagai tindakan yang menurut Rena, terlalu berlebihan jika ingin dikategorikan sebagai hubungan pertemanan biasa. 

Beberapa menit kemudian, sosok Rei muncul di pintu masuk kafe. Rena hanya terpaku pada pemuda itu selama beberapa saat. Seperti yang Rena bilang tadi, Rei punya ‘sihir’ yang mampu membuat Rena terpana. Hari ini, pemuda itu muncul dengan penampilan serba hitam. Tak ada lagi business attire yang biasanya dipakai untuk bekerja. Pakaiannya Rei saat ini hanyalah celana jeans dan sebuah hoodie berwarna hitam. Rambut pemuda itu sepertinya basah terkena air hujan, karena dia sempat mengibaskan kepalanya untuk menghilangkan air di sana.

Rei tersenyum lebar saat dia mendapati sosok Rena yang duduk di sudut kafe itu. Sementara Rena menanggapinya dengan seulas senyum kecil yang dipaksakan.

“Udah lama nunggu, Ren?”

“Sepuluh menitan, lah. Aku pesenin kamu caffe latte. Gak salah, kan?”

Rei kemudian tersenyum lagi, sambil menggelengkan kepalanya mantap. 

“Kamu tadi jam berapa dari kantor, Rei?”

“Jam setengah lima. Tapi tadi aku ke apartemen temenku dulu. Jaraknya cuma lima menit dari sini, makanya bajuku juga udah ganti,” terang Rei tanpa diminta. Rena hanya menanggapi ucapan pemuda itu dengan anggukkan kepala.

“Jadi, buat tanggal tiga puluh nanti, kamu mau ke mana tahun ini?”

Tanggal tiga puluh, ya. Tidak seperti biasanya, Rena sama sekali tidak tertarik untuk membicarakan acara mereka tahun ini. Tanggal tiga puluh November adalah peringatan hari jadi mereka ke enam, sebenarnya. Namun, Rena sama sekali tidak ingin membicarakan itu sekarang, karena hatinya terasa seperti diremas begitu mendengar tanggal itu.

Tak menjawab pertanyaan Rei, Rena malah mengajukan pertanyaan lain, “aku mau tanya serius. Kamu bisa jujur sama aku kan, Rei?”

Alis Rei kemudian bertaut. Jelas sekali ada ekspresi bingung di wajah tampannya itu. 

“Tanya apa, Ren?”

“Ini siapa, Rei?” tanya Rena sambil mengeluarkan foto-foto yang dia dapatkan dari anonim itu. Semuanya sudah dicetak di atas kertas, sehingga gadis itu bisa dengan mudah memberikannya pada Rei.

Meski jelas sekali bahwa Rei berusaha menutupi rasa terkejutnya dengan menjaga ekspresinya tetap tenang, tapi karena sudah mengenal pemuda itu cukup lama, Rena tahu bahwa orang yang saat ini tengah duduk di hadapannya itu kaget.

“Ini … apa Ren?”

 “Harusnya aku gak sih yang nanya ke kamu? Ini apa, Rei?”

“Kamu dapat ini dari mana?” tanya Rei lagi. Sorot matanya kini sudah tak lagi setenang sebelumnya. Mulai ada kekhawatiran yang terpancar di sana, dan Rena tahu betul jika sudah seperti ini, Rei mulai ketakutan.

“Gak penting kayaknya kamu tahu aku dapat ini dari mana. Aku cuma mau tanya ke kamu. Ini apa, Rei?” 

Rena berusaha menjaga nada suaranya setenang mungkin, karena dia tahu, tak ada gunanya lagi membahas semua ini dengan amarah. 

Rei tak kunjung menjawab. Pemuda itu hanya menatap nanar ke arah Rena dan foto-foto itu secara bergantian. Rasa frustasi Rena mulai menggerogoti dirinya dan membuat Rena akhirnya mengeluarkan pernyataan itu.

We have no future, Rei. You know that I can’t tolerate this. I hate cheaters more than anything in this world, because my father did that to my mother and left us. You know that, Rei. You know and yet, you still did this to me?”

“Ren …”

I guess we are over, Rei.”

Setelah mengatakan itu, Rena berdiri dan melangkah pergi ke luar dari kafe itu. Sebelum Rei berhasil mengejarnya, gadis itu sudah menghilang di tengah hujan dan itu adalah kali terakhir bagi keduanya melihat satu sama lain.

Kini, Rena tengah memandangi sebuah undangan yang baru saja tiba di mejanya tadi pagi. Sebuah nama yang familiar baginya terukir indah di sana, bersanding dengan nama perempuan lain yang tidak dikenalnya.

Takdir memang selucu itu. Setelah semuanya berakhir, hanya butuh dua bulan bagi Rei untuk menggelar pernikahan ini dan menurut informasi yang Rena dapatkan, perempuan itu adalah orang yang sama dengan yang ada di kumpulan foto bukti waktu itu.

Ketika melepaskan Rei, ada segumpal kemarahan yang bercokol dalam diri Rena. Tak terhitung rasanya dia menyumpahi keadaan dan takdir. Dia juga hampir saja menyalahkan Tuhannya pasca kejadian tersebut. Namun, ketika gadis itu berhasil mengatasi semuanya, dia bisa melihat dengan jelas bahwa selalu ada rencana indah di balik semua kejadian yang menyakitinya.

Dan, Rena juga menyadari beberapa hal penting bahwa manusia hanya bisa berencana, tapi takdir tetap berada di tangan Tuhan. Apa yang dia pikir akan selalu menjadi miliknya, ternyata bisa direnggut darinya begitu saja dan jika memang hal itu bukan miliknya, sekuat apapun Rena bertahan, dia tak akan pernah bisa memilikinya.





bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
557
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan