Le Sommet das Dieux adalah film Prancis yang diadaptasi dari Jepang. Animasi ini bercerita tentang pendaki Gunung Everest dan seluk - beluk tentangnya.



Hidup adalah tentang sebab - akibat. Pandangan seperti itu terkadang menggiring seseorang untuk bertanya "Kenapa?" dan "Bagaimana?"

Kenapa begini bukan begitu? Kenapa melakukan ini tidak melakukan itu? Bagaimana nanti kalau terjadi sesuatu?



Film animasi berdurasi 136 menit itu menunjukkan bahwa alasan terkadang tidak dibutuhkan. Karena alasan menghentikan spontanitas hidup. Alasan juga menyumbat kepercayaan seseorang terhadap aliran kebesaran semesta.

Tapi, sebagai orang - orang yang sudah kadung punya pengetahuan tentang sebab - akibat, apakah itu mampu dilakukan? Di satu sisi film ini memiliki pesan bagus untuk tidak perlu repot - repot mencari pembenaran. Di lain sisi film ini juga terdengar utopis, karena pembenaran dibutuhkan dalam dunia sebab - akibat.



Meski pesan moral film ini bisa mencukit kegamangan, tapi kisah dan cerita para tokohnya mampu menaikkan gairah hidup. Film bernama lain The Summit of The God ini mampu membangkitkan semangat. Jurnalis yang meliput berita menampilkan kegigihan dan totalitas dalam pekerjaannya. Sang pendaki legendaris juga menunjukkan kuatnya komitmen terhadap hal yang ditekuninya. Sementara pendaki lain tampak profesional dengan kehati - hatiannya.

Mungkin alasan vital bagi seseorang dalam satu waktu, dan mungkin alasan tak dibutuhkan dalam menjalani sesuatu di saat yang lain. Seseorang akan terlihat butuh dan tidak memerlukan alasan secara bergiliran. Persis seperti kata sang fotografer, puncak gunung bukanlah tujuan tapi hanya jalan untuk menemukan Tuhan. Penting atau tidaknya sebuah alasan bukanlah puncak. Ia hanya jalan untuk mendekati kebenaran.



Manga dari Jiro Tamiguchi dan Baku Yumemakura ini mengajak penonton untuk tahu sejarah pendakian Everest. Dimulai dari ekspedisi Mallory, berlanjut ke petualangan pendaki lain. Julianne Films berhasil mengadopsi cerita itu dengan visual halus dan menyejukkan mata.