Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

riandyogaAvatar border
TS
riandyoga
Ingin Sepakbola Indonesia Mendunia? Mending Berhenti Sekolah...
Quote:


Hai GanSis! Piala AFF 2020 baru saja berakhir di awal tahun 2022. Menyajikan laga Indonesia vs Thailand di partai final. Sayangnya Indonesia (lagi-lagi) mengukuhkan diri sebagai spesialis runner-up se-ASEAN. Yang spesial dari edisi kali ini, Timnas membawa skuad muda dan sukses tembus ke partai puncak.

Tapi ke final saja bukan apa-apa bagi Indonesia, karena itu sudah biasa. Itulah sebabnya banyak koreksi, komentar dan evaluasi terkait performa Timnas dari berbagai pihak. Termasuk dari kaum "mendang-mending".

Kaum "mendang-mending" itu yang kalau komen misalnya suka ngomong: "mending rakit PC". Nah begitulah kira-kira. Ringkasnya itu orang yang kasih saran tapi sebenarnya gak tahu pokok masalahnya.

Ketika Timnas kalah, ramai sekali yang komen mending ini, mending itu. Mending naturalisasi aja, mending jangan main di Liga 1, mending liganya dibubarin aja sekalian PSSI, mending fasilitasnya ditingkatkan dulu, mending pembibitan usia dini ditingkatkan dulu baru berpikir juara, mendang-mending, ditendang dah tuh.

Begitu banyak hal yang akan dibahas jika bicara soal memperbaiki prestasi sepakbola nasional. Daripada cuma mendang-mending doang, saya punya pemikiran sendiri, bagaimana kalo mending berhenti sekolah saja?

Berhenti sekolah, bukan berarti putus sekolah ya. Berhenti sekolah secara normal, dan mulai berlatih sejak dini. Yakni bersekolah di sekolah khusus olahraga.Karena saya pikir model sekolah umum di Indonesia belum cocok jika kita ingin jadi pesepakbola profesional tingkat dunia.

Sewaktu SD saya punya teman yang masuk SSB di desa. Masuk SSB sembari tetap menjalani rutinitas sekolah umum. Dewasa ini saya baru menyadari bahwa konsep yang seperti itu tidak cocok jika cita-citanya ingin jadi pesepakbola profesional tingkat dunia.

Seperti kita tahu, rutinitas sekolah umum itu lumayan berat (menurut saya) yang PR dan tugasnya segudang. Tidak efektif jika dibarengi dengan latihan sepakbola secara serius.

Jika tunggu tamat SLTA baru latihan juga sudah telat. Memulai meniti karir sepakbola di umur 18 tahun saja itu sudah telat. Contohnya Martunis, anak angkat Cristiano Ronaldo.



“Kalau untuk berlatih di sana (Sporting Lisbon) waktu itu saya sudah terlambat. Karena (ketika itu) saya sudah 18 tahun, jadi susah untuk berlatih di sana karena saya sudah beranjak dewasa,” ungkapnya di akun YouTube Martunis Ronaldo 07.

Ini tidak hanya terpatok sepakbola ya, tapi juga bulutangkis dan olahraga lainnya. Anak-anak mesti sudah dikenalkan pada bidang olahraganya sejak dini. Diperkenalkan sejak usia 5-6 tahun. Dan mulai ditempa menjadi atlet dari usia 10-11 tahu. Tidak bisa tunggu lulus sekolah dulu. Melainkan harus sekolah khusus olahraga.

Perjuangan jadi atlet memang berat. Masa remajanya akan terenggut, tidak seperti anak-anak pada umumnya. Jadi mari kita hargai perjuangan mereka.

Kenapa mesti sekolah khusus olahraga?

Quote:


Apakah GanSis perhatikan pemain Singapura di AFF Suzuki Cup 2020 kemarin? Tinggi dan kekar bukan? Menurut informasi yang saya ketahui, rata-rata pemain Singapura di sana memang disekolahkan khusus olahraga.

Tidak hanya berlatih sepakbola. Namun pembentukan fisik dan nutrisi juga diperhatikan. Sebagai pesepakbola memang makan dan minum itu tidak boleh sembarang. Tentu saja itu sangat membantu karir atlet itu sendiri kedepannya.

Lihat Cristiano Ronaldo yang bahkan anti banget minuman bersoda. Nur Hidayat yang dicoret timnas akibat tidak jaga makan. Dan mari simak apa yang dikatakan pemain Persija Jakarta ini.



Jadi sudah terbayangkan bagaimana jika kita cita-cita jadi pesepakbola profesional dunia tapi rutinitasnya tetap sama seperti orang biasa. Makan seasalnya saja tidak terkontrol.

Apakah sekolah khusus olahraga menjamin kesuksesan sepakbola?


Terus terang ini tidak otomatis berhasil. Sama halnya seperti pesantren, sekolah khusus agama. Kan bukan berarti lulusannya jadi ustad/ustadzah semua. Setidaknya menjadi pribadi lebih baik. Tergantung masing-masing orangnya.

Bersekolah secara khusus di bidang sepakbola sejak dini juga tidak jaminan menjadi layaknya Ronaldo dan Messi. Faktor lain yang tak kalah penting adalah bakat.

Pernah dengar, Ronaldo merupakan contoh sukses berkat kerja keras, sementara Messi berkat bakat alami. Tapi ingat, Messi sejak dini berlatih di akademi Barcelona, La Masia. Bisa dibilang dia berada di tempat dan waktu yang tepat.

Jurnalis Singapura yang bekerja untuk ESPN, Gabriel Tan membandingkan antara fisik dan bakat. Sebelumnya Gabriel Tan juga menjelaskan keunggulan fisik pemain Singapura. Tapi disatukan sisi bakat juga berguna.

"Lihatlah Chanathip yang terlihat tidak sering ke tempat gym, tetapi hampir tak mungkin menekannya ketika menguasai bola," ujar Gabriel Tan.

"Jadi, saya pikir, fisik memang terkadang menentukan, tetapi bakat juga. Lihat Witan Sulaeman. Dia masih terlihat mungil, tetapi sulit merebut bola darinya. Dia terlalu cepat. Saya pikir kedua hal itu (fisik dan bakat) sama-sama bisa berguna," tutur Gabriel Tan.

Pesepakbola Indonesia juga dikenal memiliki bakat alami. Tapi bakat saja gak cukup. Maka itu tata cara dan tempat latihannya harus tepat.

BIAYA

lagi-lagi uang berbicara disini. Sekolah khusus sepakbola tentu jauh lebih mahal dibanding sekolah umum.

Ini sebuah investasi jangka panjang. Tidak banyak orang tua yang sanggup (dan rela) membiayainya. Mungkin kalau untuk masuk abdi negara, pegawai negeri dan sejenisnya, banyak yang rela keluar uang hingga jual tanah sekalipun. Tapi untuk biaya jadi pesepakbola?

Solusinya tentu saja banyakin beasiswa. Tapi ada yang lucu soal ini. Di bulutangkis kita kenal ada beasiswa Djarum. Nah itu saja masih dipermasalahkan karena perusahaan rokok. Waduh… dikira Djarum Group hanya jual rokok untuk gaji satpam BCA?

Jadi kalau untuk memajukan olahraga berjenis kelompok di Indonesia tergolong sulit, karena sulit untuk mengatur segalanya. Dibandingkankan olahraga individu.

Rianda Prayoga
Salam dari Binjai, 6 Januari 2022


Spoiler for sumber & referensi:
Diubah oleh riandyoga 06-01-2022 15:04
666fapfap
Aramina
zerauw
zerauw dan 27 lainnya memberi reputasi
24
7.6K
115
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan