NGANJUK-Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi setiap tahun selalu menggelontorkan dana desa untuk pembangunan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat sampai dengan peningkatan kapasitas aparat desa. Ribuan BUMDes telah dilahirkan dengan tujuan agar ekonomi desa tumbuh dan berkembang, sehingga mampu keluar dari kemiskinan maupun ketimpangan. 

Namun rasanya harapan itu belum bisa terpenuhi, hanya sebagian kecil saja dari desa yang sukses memanfaatkan dana desa tersebut untuk menuju kemajuan.

Hampir semua tahu bahwa tidak maksimalnya pemanfaatan dana desa lebih disebabkan oleh lemahya SDM (perangkat desa) dalam mengelola. Selain itu disinyalir pemerintahan diatasnya kurang mempersiapkan disain dan skenario mengawal pemanfaatan dana itu secara terintegerasi dan holistik. Pada era industri 4.0 kata-kata Smart yang bermakna cerdas telah banyak dimanfaatkan untuk menunjang berbagai aktifitas kehidupan. Mulai dari istilah smart phone, smart city, smart village bahkan smart farming.

Pembangunan desa di negeri ini, diharapkan berorientasi kepada pendekatan smart village atau desa cerdas. Harus dibangun elaborasi antara  pemerintah pusat dan daerah serta pihak akademisi untuk membuat satu contoh desa cerdas atau smart village di setiap kabupaten/kota untuk menjadi 'role model' dan 'banch marking' bagi desa-desa lainnya.

Seperti pada terlaksananya progam  KKN bertemakan Desa Cerdas yang diusung oleh seorang mahasiswi UNTAG Surabaya bernama Maylia Goswira Witri di Desa Trayang, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk, jawa Timur, dengan memfokuskan kegiatan pada digitalisasi desa, pelatihan dan pendampingan skill berkomputer, manajemen SDM,dan inovasi pelayanan.

Melalui kolaborasi yang diciptakan dari pihak akademisi tentunya dapat membuka jalan untuk mewujudkan kemajuan bagi negeri ini.

#UntagSurabaya
#KitaUntagSurabaya
#UntukIndonesia
#UntagSurabayaKeren
#EcoCampus
#KampusKompeten