Sumber Gambar


Dear Diyana Wati. Aku ga pernah berharap sama sekali kamu baca tulisan ini karena bagiku mudah saja untuk mengirimkanmu tulisan entah via sms, sosial media atau platform chat yang kamu punya. Aku hanya ingin menulis, menulis sebuah tulisan yang bisa setidaknya menyadarkan aku tentang kesalahan2ku kepada dirimu hingga alampun membalasnya dengan pedih kini.

Maaf dan terimakasih untuk segalanya. Maaf karena selama 6 tahun kita bersama aku begitu terbiasa menorehkan luka dalam hati dan pikiranmu. Kini telah aku rasakan karma hasil perbuatanku di masa lalu. Istriku yang baru kunikahi 2 tahun sudah berselingkuh sebanyak 2 kali. Sakit sekali rasanya, pedih amat nyatanya, mungkin belum seberapa dibanding sakit yang pernah kau rasa di masa lalu saat kita bersama tapi semoga ini cukup membalas dosa dosaku padamu di masa lalu.

Aku ingat betul saat aku berselingkuh dengan wanita lain dan kamu memintaku untuk datang ke Gombong, sebuah tempat makan bakso sederhana yang kerap menjadi tempat pertemuan kita secara diam2 saat kita backstreet dengan orangtuamu sesekali. Apakah aku datang? Tidak. Apakah aku meminta maaf? Tentu saja dengan keegoisanku aku tidak melakukannya. Aku juga ingat betul di awal kita pacaran (2005), kamu dan mamamu dikagetkan dengan kemunculan dua orang wanita yang mengaku sebagai pacar aku yaitu Yulia dan Miranda. Saat itu dengan begitu tinggi semangat kalian untuk selalu berpikir positif kamu dan mamamu berpikir bahwa itu hanya akal2an si Ade(mantanmu) yang tidak rela kamu aku rebut darinya. Terimakasih atas pemikiran positif kalian tapi sayangnya mereka betul2 pacar aku (juga) yang belum aku putuskan sebelum aku benar2 memiliki kamu.

Kini setelah kali kedua istriku yang baru 2 tahun kunikahi mengkhianati hubungan kami, menghancurkan nama baik keluarga kami dan merusak rumah tangga kami yang baru seumur jagung. Aku benar2 tidak tahu lagi bagaimana aku bisa melanjutkan hidup bersamanya, setidaknya melanjutkan hidupku sendiri. Tidak ada lagi motivasi untukku untuk tetap hidup. Bahkan aku kini punya keraguan apakah benar anak perempuanku yang baru berusia 1 tahun 3 bulan itu apakah betul anakku atau anak dia bersama pria lain? Wallahualam tak ada yang benar2 tahu. Anak tak berdosa itu kini aku benci. Benar2 benci sampai aku sendiripun tak mau melihat wajahnya lagi meskipun kata ibunya, dia begitu kangen kepadaku. Sakitnya hati ini bahkan membuat aku ingin anak itu tidak pernah lahir ke muka bumi atau anak itu mati saat ini. Jujur saja, istriku adalah wanita kedua yang betul2 aku cintai setelah percintaanku kepadamu.

Aku ga tau kabarmu sekarang gimana dan aku juga ga mau cari tahu karena aku ga mau menyakiti hati siapapun. Tapi satu hal yang kupinta, tetaplah setia pada suamimu karena sejauh ini kamu masih wanita terbaik yang pernah aku kenal. Wanita yang benar2 bisa memegang apa itu janji setia dan memeluk erat kepercayaan yang pasanganmu tanam. Jangan pernah selingkuh karena perselingkuhan di dalam rumah tangga jauh lebih menyakitkan untuk banyak kepala dan hati.

"Jadilah kaya maka istrimu akan setia" itu sebuah pesan dari anonim yang entah mengapa begitu relevan dengan kasus kami. Dua kali dia berselingkuh dan dua2nya adalah orang kaya. Yang pertama dokter DKI lalu yang kedua adalah seorang duda anak 1 yang punya koleksi begitu banyak mobil mewah. Bagaimana dengan aku? Aku hanyalah seorang driver Goj*k yang bahkan istriku sendiri tidak mau mengakui profesi ini ke siapapun dalam situasi apapun. Lebih menyakitkannya lagi, perselingkuhan ini mereka lakukan saat aku sedang menerjang hujan deras dalam mengantar pesanan pelanggan. Perjuangan dan pengorbanan aku selama ini menafkahi istriku dan anakku dibalas dengan pengkhianatan yang super menyakitkan yang dilakukan seorang ibu rumah tangga kepada duda kaya.

Lalu aku teringat pada dirimu yang begitu bangga saat bercerita tentang satu2nya abangmu yang masih hidup yang sudah bekerja sebagai penjaga toko baju di bilangan Kelapa Gading. Meskipun gajinya tak seberapa, namun sebagai anak dari orang tua kaya yang tak pernah kekurangan satu apapun, kamu tetap bangga dengan profesi abangmu itu. Lalu terbesit dalam pikiranku, andai saja kamu saat itu menikah denganku, aku hampir pastikan bahwa kamu akan bangga dengan pekerjaanku. Tapi nasi sudah menjadi bubur, aku pernah merasakan cinta dan bahagia saat aku menikahi istriku ini 2 tahun silam. Namun semua rasa itu kini telah menjadi rasa pedih yang teramat sangat. Tak ada lagi kebahagiaan dan rasa suka cita yang menghiasi hari2ku.

Diyana wati, andai nanti setelah tulisanku ini aku benar2 pergi. Aku minta kamu iklaskan dan maafkan semua dosa2ku di masa lampau. Rajutlah dan layanilah suamimu selayaknya seorang istri kepada imamnya. Tak ada lagi penyesalan dari kamu dan aku tentang kisah kita karena masing2 dari kita sudah membangun kapal besar. Hanya saja kapalku sangat tidak terurus, kumuh, berantakan dan hancur tak bersisa.

14 september 2005 kita berkenalan. 17 September 2005 kita jadian lalu 17 September 2011 kitapun berpisah. Semua luka yang pernah aku karyakan di tubuh dan hatimu berdampak besar kepada apa yang aku dapatkan dari pengkhianatan istriku. Di 7 Desember 2021 akupun dihujam serangan kenyataan kalau ternyata istriku tidak benar2 menghormati, menghargai dan mencintaiku sebagai suaminya atau setidaknya pasangannya. Selamat tinggal Diyana Wati, tetaplah menjadi seorang wanita dan istri yang baik selalu.