Sejak kemunculan pertama Film The Kingsman tahun 2015, ada sejumlah pendapat mengatakan, bahwa franchaisenya akan sukses. Bahkan, disejajarkan dengan pertunjukan fenomenal seperti Jame Bond hingga Mission Imposible.

Pada dasarnya pernyataan tersebut memang tidak salah, salah satu kelebihan yang membuatnya berbeda dengan film action lainnya adalah kualitas aksinya. Mereka melakukannya secara hati-hati, penuh perhitungan, dan taktis. Tidak salah bila pertunjukannya sangat memukau dan ditunggu oleh banyak fans.

Masuk akhir tahun 2021 ini, The Kingsman akhirnya kembali dengan aksinya. Tetapi, bukan melanjutkan cerita di Golden Circle, melainkan penonton dibuat mundur sejenak di masa Perang Dunia I sebagai awal terbentuknya agen rahasia ini. Bagaimana pertunjukannya secara keseluruhan?

Karya Sutradara Matthew Vaughn ini masih mempertahankan jati diri serta ciri khasnya. Walaupun pertunjukan tersebut hanya sebuah prekuel, namun dari sini penonton jadi memahami, mengapa dua film sebelumnya kita diberikan sajian seperti itu.

Langkah senyap, sembunyi, seakan tidak mau tahu merupakan ciri khas mereka yang semakin ditonjolkan disini. Jika, dilihat bahwa ini adalah pertunjukan prekuel, maka sah saja, tetapi bila pandangan tersebut diubah sudut pandangnya. Maka, eksplorasi tokoh antagonisnya dinilai kurang.

Sepertinya Matthew terlalu terlena dengan jati diri tersebut, sehingga melupakan aspek penyeimbang yang membuat pertunjukan ini akan berjalan sempurna. Harus diakui, ketika melihatnya ada sedikit kebingungan mau dibawa kemana arah ceritanya, karena penggambaran penjahat yang jumlahnya cukup banyak hanya dikisahkan sepenggal. Sehingga, membutuhkan pemahaman serta mengejanya perlahan.

Hingga akhirnya sepertiga film, penonton baru tahu kemana tujuan dan bagaimana keinginan Sutradara dalam menyampaikan semua informasi di dalamnya. Walau minus, mereka masih punya keberuntungan besar.

Keberuntungan besar dari pertunjukan ini adalah banyak kata-kata menarik yang bisa disimak. Sang penulis sepertinya paham benar bagaimana membuat percakapan tersirat, mengenai bagaimana mendidik seorang anak.

Sikap orang tua kepada buah hatinya dan begitu pula sebaliknya. Pelajaran kehidupan tersebut membuat penonton mengerti harus bagaimana menjadi seorang pahlawan. Karena, semua orang dapat melakukannya.

Tidak peduli siapa dirinya, asalkan mempunyai tekad yang kuat pasti bisa. Hal tersebut tergambar jelas dalam setiap potongan adegan. Bahkan, sebagian yang terasa menjemukan layaknya sinetron, pupus dengan satu scene, penuh makna.

Sebuah tulisan berharga dari jenderal Kitchener. Membuka sebuah ruang, memberikan pengembangan cerita lebih liar sebagai sosok orang tua serta pejuang demi melindungi keluarga serta anak tercintanya.

  Bagi sebagian orang pasti menimbulkan tanda tanya besar, mengapa pihak 20 Century Studios memilih menghadirkan prekuelnya terlebih dulu, dibandingkan seri ke 3. Jika, dilihat hampir semua Studio Film selalu menghadirkan sekuelnya terlebih dulu, baru prekuelnya.

Menurut pendapat mereka, memang ada rahasia besar dibalik peluncurannya tersebut, dimana Matthew mengungkap apa yang ada disini, merupakan pondasi atau dasar cerita untuk sekuelnya nanti.

Tidak heran, bila proyek tersebut begitu penting untuk didahulukan dari pada menghadirkan musim selanjutnya, apakah itu? Masih rahasia perusahaan, karena kedua belah pihak masih menyimpan rapat berita tersebut.

Mereka hanya berpesan, kegilaan di film ini menjadi dasar bagaimana proyek selanjutnya membuat penonton tidak bisa berkedip sejak awal sampai akhir. Bagaimana menurut Anda sendiri? Apakah pertunjukannya sudah sesuai dengan harapan selama ini?

Harus diakui, film The Kingsman merupakan karya yang sulit dilupakan, keyakinan bahwa mereka tidak akan pernah mengecewakan terjawab dengan sendirinya. Walau masih mempunyai sejumlah pekerjaan rumah dalam mengeksplorasi setiap tokohnya, namun secara keseluruhan, tetap layak dijadikan sebagai rekomendasi tontonan di libur natal kali ini.