- Beranda
- Komunitas
- News
- Citizen Journalism
Pedagang Eceran Keluhkan Harga Minyak Goreng yang Melonjak


TS
lidiaazhr27127
Pedagang Eceran Keluhkan Harga Minyak Goreng yang Melonjak
Jakarta Timur- Pedagang eceran di Kp.Gedong, Jakarta Timur keluhkan kenaikan harga minyak goreng sejak beberapa bulan lalu yang berdampak menurunnya jumlah penjualan. Tidak hanya di sekitaran Jakarta Timur, kenaikan tersebut juga terjadi di beberapa wilayah. Hal tersebut membuat pedagang maupun konsumen merasa terbebani.
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengungkapkan, kenaikan harga minyak goreng berasal dari naiknya harga komoditas minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO). Ia menjelaskan, CPO merupakan bahan baku dari produk minyak goreng. Dengan begitu, jika harga CPO naik maka, harga minyak goreng mau tak mau juga ikut merangkak naik. Kemendag menetapkan harga eceran tertinggi (HET) Rp11 ribu per kilogram (kg) dengan acuan harga CPO internasional sebesar US$500-US$600 atau sekitar Rp7,1 juta-Rp8,5 juta (kurs Rp14,262) per metrik ton (MT). Sementara, saat ini harga CPO telah menyentuh kisaran US$1.250 atau sekitar Rp17,8 juta per MT. Oleh karena itu, kata Lutfi, secara otomatis harga minyak goreng dalam negeri pun meroket. Dilansir dari cnnindonesia.com pada acara Technopreneur Fest HIPMI, Jumat (19/11/2021)
Adapun kondisi ini menjadi keluhan bagi para pedagang eceran.Salah seorang pedagang warung eceran di Kp. Gedong, Laras, mengatakan harga minyak goreng kemasan naik dari Rp 15 ribu per liter kini menjadi Rp 22 ribu per liter.
Menurutnya, naiknya harga minyak goreng membuat volume penjualan minyak goreng jadi menurun, karena harga minyak goreng yang ia jual juga ikut naik. Sebagai pedagang, Laras hanya mengikuti harga pasaran, sementara harga ditentukan dari pusat.
”Banyak konsumen yang jadi mikir-mikir lagi kalo mau beli, karena harganya kemahalan. Mereka kira saya yang menaikkan harga, padahal dari agen juga udah mahal,”keluh Laras, saat diwawancarai langsung di warung miliknya, pada Minggu, (05/12/2021)
Laras mengaku, selama pandemi omset yang didapatkan juga berkurang, ditambah lagi dengan kondisi harga minyak goreng. Ia berharap, situasi ini bisa segera teratasi sehingga harga minyak bisa turun dan tidak memberatkan pedagang maupun pembeli.
"Semoga harganya bisa cepet turun," tuturnya.
Dia menambahkan, dengan naiknya harga minyak goreng bukan dari sisi pedagang saja yang mengalami imbas, melainkan pembeli pun juga merasakan hal yang sama. "Kita semua jadi susah, pedagang susah, pembeli pun juga ikut kesusahan gara-gara harga minyak naik," ucapnya.
Kenaikan harga minyak goreng tentunya dikeluhkan warga di daerah Kp.Tengah, khususnya para ibu rumah tangga. Salah seorang ibu rumah tangga, kelurahan Tengah, Cholilah, merasa keberatan dengan kenaikkan harga minyak goreng. Karena dirinya merasa harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk membeli bahan pokok tersebut.
“Tentunya keberatan ya dengan kenaikkan harga yang drastis, minyak goreng sangat diperlukan untuk kebutuhan masak sehari-hari, apalagi ibu rumah tangga seperti saya,” kata Cholilah. Saat diwawancarai langsung di rumahnya, pada Minggu, (05/12/2021)
Menurutnya, kenaikan harga minyak goreng biasanya hanya dirasakan setiap menjelang akhir tahun, namun tidak seberapa. ”Biasanya minyak naik saat akhir tahun, tapi gak semahal sekarang. Ini naiknya banyak banget,” katanya.
Ia berharap dalam kondisi yang serba mahal faktor pandemi ini pemerintah memberi solusi kepada warga, demi keberlangsungan hidup dan perekonomian dan pemerintah segera mengatasi kenaikkan tersebut, agar tidak berlangsung lama serta harga minyak goreng bisa segera kembali normal. “Ya semoga pemerintah bisa kasih solusi buat masyarakat dan cepet diatasi supaya harga cepet turun,” kata Cholilah
Maulidia Azzahra , mahasiswi semester 3
Program Studi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.




SunDaimond dan metaverse memberi reputasi
0
1.2K
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan