- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
MISTERI VESPA TUA [Bukan Cerita Horor]
TS
indri507
MISTERI VESPA TUA [Bukan Cerita Horor]
Spoiler for :
pic : gridoto.com
Part 1 :
Sudah beberapa hari ini Mas Gun, suamiku, ngambek. Gara garanya sepele sebenarnya. Dia ingin beli motor lagi, dan aku tak menyetujuinya. Bukan tanpa alasan kalau aku tak setuju, selain karena kami sudah memiliki motor yang meski butut tapi masih layak pakai, motor yang ingin ia beli adalah sebuah Vespa tua yang kondisinya jauh lebih buruk dari barang rongsokan.
"Ayolah Ndut (ia biasa memanggilku Ndut, kependekan dari kata Gendut, sebuah panggilan yang sangat tak kusukai sebenarnya), sekali ini saja. Kemarin mau beli PS nggak boleh, sekarang mau beli Vespa juga nggak boleh. Masa kamu tega sih?" rayu Mas Gun kala itu.
"Nggak!" jawabku tegas. "Ngapain sih Mas ngotot banget mau beli Vespa segala? Kita kan sudah ada motor. Buang buang duit saja!"
"Sekarang lagi musim Vespa Ndut. Motor antik tuh. Itu Pak Bejo sama Mas Darso sudah punya. Bahkan Slamet juga udah punya. Akhir bulan katanya mereka mau ngetrip ke luar kota. Konvoi gitu Ndut, sama anak anak Vespa yang lain. Aku pengen ikut, makanya..."
"Nggak!" lagi lagi aku menjawab tegas. "Bulan ini kita sudah banyak pengeluaran Mas. Lagian barang rongsokan begitu kok mau dibeli. Dengar suaranya saja aku sudah pusing. Kayak kaleng rombeng diseret di jalanan!"
"Tapi Ndut...."
"Nggak!"
"Sekali ini saja Ndut!"
"Sekali enggak ya tetep enggak!"
Dan diapun ngambek. Berhari hari aku didiamkan. Memang begitu kebiasaannya kalau sedang ngambek. Aku tak begitu peduli. Nanti juga lama lama hilang sendiri ngambeknya.
Hari berganti hari, dan waktupun terus berlalu. Kukira Mas Gun sudah lupa dengan niatnya untuk membeli Vespa. Namun dugaanku ternyata salah. Suatu sore, sepulang kerja, dia pergi entah kemana, tanpa pamit, dan tak lama kembali dengan menaiki Vespa butut dengan suara knalpotnya yang cempreng kayak kaleng rombeng.
"Gimana Ndut? Keren nggak?" ia memamerkan Vespa yang dikendarainya itu sambil nyengir. Sepertinya ngambeknya yang kemarin itu sudah hilang.
"Punya siapa Mas?" aku sedikit merinding melihat kendaraan yang kondisinya sudah tak layak untuk disebut kendaraan itu. Penyok disana sini, penuh tambalan dempul yang sepertinya dioleskan secara serampangan, bahkan hampir seluruh catnya telah mengelupas, menampakkan besi body motor itu yang berwarna keabu abuan.
"Punyaku lah," Mas Gun menjawab sambil mengamat amati Vespa yang telah ia standartkan di halaman itu dengan mata berbinar. "Keren kan?"
"Keren apanya? Kayak barang rongsokan gitu kok! Tapi serius ini punyamu Mas? Dapat duit dari mana?" tanyaku.
"Ada dech!" Mas Gun menjawab singkat, sambil berjongkok dan mengamat amati setiap jengkal body Vespa butut itu dengan seksama.
"Jangan bilang kalau kamu ngutang..."
"Nggak!"
"Terus?"
"Ada lah!"
"Nyolong ya?"
"Ngawur! Aku beli ini pake duit halal. Hasil keringatku sendiri. Dan yang jelas, bukan dari hasil menyunat uang belanjamu!" sanggahnya setengah menyindir.
Aku hanya angkat bahu, karena memang jatah uang belanja yang ia berikan kepadaku belakangan ini masih tetap seperti biasanya, tak berkurang barang sepeserpun. Mas Gun memang orang yang punya seribu satu cara untuk mencari uang tambahan selain dari gaji tetapnya, dengan cara yang halal tentunya.
Kutinggalkan Mas Gun yang masih asyik dengan Vespa barunya itu. Biarlah, sesekali membiarkan suami dengan kesenangannya, sepertinya bukan hal yang buruk. Dan masalah tentang Vespa ini kuanggap selesai, kalau saja kehadiran Vespa tua itu di rumah kami ternyata membawa masalah berkepanjangan bagi kami. Mas Gun membeli kendaraan yang salah! Berbagai kejadian aneh, dari yang janggal sampai yang tak masuk akal mulai meneror keluarga kami!
Bersambung
MFriza85 dan 13 lainnya memberi reputasi
12
2.8K
28
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan