- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Semesta Senja


TS
pangayup.hening
Semesta Senja
halo agan-agan semua
kenalin ane Pangayup Hening, seorang penulis baru yang pengen ngeshare tulisan berupa cerita pendeknya. Sebenarnya tulisan ane udah ada di wattpad link wattpad tapi pengen ane share di mari. Sapa tahu kalian terhibur
tulisan ane berupa cerpen, belum nulis novel (walaupun udah ada kerangka idenya) soalnya kalo cerpen lebih cepet dan lebih ringkas. Beda ama novel yang harus lebih panjang dan ceritanya lebih kompleks.
di sini bakal ane update dulu tulisan yang udah ane buat, nanti kalau ada update an lagi bakal ane perbarui di thread ini.
so selamat menikmati
kenalin ane Pangayup Hening, seorang penulis baru yang pengen ngeshare tulisan berupa cerita pendeknya. Sebenarnya tulisan ane udah ada di wattpad link wattpad tapi pengen ane share di mari. Sapa tahu kalian terhibur
tulisan ane berupa cerpen, belum nulis novel (walaupun udah ada kerangka idenya) soalnya kalo cerpen lebih cepet dan lebih ringkas. Beda ama novel yang harus lebih panjang dan ceritanya lebih kompleks.
di sini bakal ane update dulu tulisan yang udah ane buat, nanti kalau ada update an lagi bakal ane perbarui di thread ini.
so selamat menikmati
Spoiler for 1. Sepasang Pencuri Senja:
“Kudengar kau suka sekali cerita-cerita senja, maka izinkanlah diriku untuk mendongengimu tentang sebuah cerita yang sangat terkenal di antara para pelaut, pencari paus, dan penjaga mercusuar. Apa kau mau duduk dan membuatkanku kopi, barangkali? Atau mungkin dirimu ingin mendengarkan dongeng ini sembari merasakan bagaimana jadi siluet yang diceritakan dalam kisah ini nanti? Segala pilihan yang engkau pilih adalah baik, dan mari kita perbincangkan. “
Kisah ini dimulai ketika senja keemasan yang bersinar di ujung dunia menyampaikan salam terakhirnya, bahwa ia takkan lagi bisa kami temui di setiap ujung penantian, bahwa ia takkan lagi memberi setiap kesedihan yang menjadi candu bagi kami, tentu ini adalah sebuah pertanda ganjil yang pernah kami terima. Terus terang, sudah sekian lama sejarah manusia selalu ditemani senja keemasan yang bersinar di ujung dunia, selalu menjadikan kapal-kapal dan perahu,serta layarnya berubah kelam kehitaman, menandakan sebuah pengharapan atas semua mimpi, jadi ketika senja keemaasan yang bersinar di ujung dunia menyampaikan salam terakhirnya, kami harus mengupayakan sesuatu hal agar setiap titik cahaya emasnya tetap abadi. Apapun caranya.
Kemudian terlintas sebuah ide, mengapa harus bingung? Kalau senja mau berakhir, maka akan kucuri segenap cahaya terahirnya sehingga sewaktu-waktu aku rindu, tinggal kupandangi segenap cahaya keemasan terakhir di bilik milikku sendiri, sehingga tiadalah orang lain yang akan merasakan hal yang sama. Apakah aku egois? Membiarkan segenap rindu umat manusia kutanggung sendiri dengan mencuri senja dan kemudian memandanginya? Biarlah aku egois, biarlah rindu ini kutanggung sendiri. Karena akupun tahu bahwa tiap rindu yang didera, akan membuat setiap sel dalam tubuh merana. Pandangan kabur, perut menangis, dan menimbulkan kedukaan luar biasa terhadap para pelakunya, makanya biarlah rindu seluruh umat manusia kutanggung sendiri. Karena mereka tiadalah akan mampu.
Hari yang kurencanakanpun tiba, sudah kusiapkan semua peralatan yang dibutuhkan. Bukanlah amplop seukuran kartu pos, bukan pula sebuah kotak senja yang biasa dijual di toko-toko, tetapi sudah kusiapkan ruang dalam hatiku sendiri. Berukuran tiga kecemasan pada lebarnya, empat belas rasa cinta pada panjangnya, serta duapuluh rasa bahagia dalam ujungnya. Selain itu, sudah kusiapkan tisu untuk menahan segala kerinduan tak berbatas yang biasanya akan menghinggapi. Sore itu, aku mengendap pelan-pelan ke pantai, tempat biasanya orang-orang yang mencintai kenangan datang dan mempersilakan dirinya sendiri berubah dan menguap menjadi siluet, menemani senja hingga malam tiba, kemudian pulang setelah tubuhnya hilang bersamaan bintang-bintang. Kulihat orang-orang sedang duduk berduaan sambil berharap-harap cemas pada hari yang telah dijanjikan oleh senja. Tentu, apalah yang bisa dijanjikan pada setiap kenangan masa lalu? Selain setiap rasa rindu bercampur sedih yang selalu dinantikan pada setiap pertemuan? Maka yang pertama kulakukan adalah menutup langit dengan tirai yang telah kupersiapkan di hadapan lepas pantai dan orang-orang, sehingga mereka akan mengira bahwa malam sudah tiba dan tubuh mereka menghilang, tujuannya agar tidak ada yang curiga bahwa senja telah kucuri.
Kulompati sejumlah manusia yang sudah duduk menantikan datangnya senja, kemudian kupijak tiang kapal yang sedang berdiam juga di ombak yang sedang diam. Tiraipun sudah tertutup dengan berhasil, kuharap rencanaku berjalan dengan baik. Kemudian kutolehkan pandanganku ke arah ujung dunia, tempat senja akan memberikan sinar keemasannya untuk terakhir kali. Tetapi ternyata sudah kosong. Hanya bekas sinar keemasannya saja yang bersisa di ujung tersebut, disertai awan biru separuh ungu yang mengelilingi sebuah tanda senja. Senja sudah hilang. Padahal waktu yang dijanjikan masih kurang setengah jam. Berarti senja telah dicuri!
Sial, siapa sih yang berani men curi senja selain aku? Padahal sudah kupastikan bahwa orang-orang takkan pernah mencuri senja, takkan pernah mencuri keindahan yang membuat mereka selalu mengenang akan sesuatu. Dan orang yang bisa mencuri itu hanya aku, seorang pencuri senja paling ulung sedunia! Sial.
Kemudian tiba –tiba kulihat seseorang berlari menjauh, siluet itu berlari cepat sekali. Pasti dialah yang telah menduluiku mencuri senja! Sial ! akan kukejar dia sampai ke ujung manapun!
Selama empat puluh hari empat puluh malam kukejar, biar peluru menembus kulitku, aku tetap meradang menerjang, luka dan rindu kubawa berlari, berlari mengejar pencuri senja yang kurang ajar karena menduluiku mencuri senja! Kalau sampai ia kutemukan, maka tak akan dapat dibayangkan apa yang akan kulakukan padanya! Sial pencuri senja sialan.
Pengejaranku sangat alot, setiap siluet pencuri senja itu akan berhasil kutangkap, dia selalu gesit dan bertambah cepat. Pernah suatu waktu pelarian kami tiba di negeri pemulung, dimana para rakyatnya adalah pemulung paling tersohor di dunia. Jika siapapun tidak berhati-hati, maka seluruh apa yang kamu miliki akan lenyap tanpa kau sadari, bahkan jiwamu itu sendiri. Pernah suatu waktu aku bertemu dengan seseorang yang kembali dari negeri pemulung, dan nasibnya sungguh teramat mengerikan, seluruh tubuhnya berubah menjadi zombie. Maka meski aku adalah pencuri senja paling ulung sedunia, aku tetaplah harus berhati-hati. Sepertinya siluet itu sependapat denganku. aku dan siluet pencuri senja itu setuju untuk istirahat sebentar, sekadar untuk meminum kopi sambil berdiskusi tentang senja yang ia curi. Tapi tetap saja, diskusi yang dilakukan gagal, karena tak sepatah katapun ia mau berbicara, padahal kopi yang dia minum sudah habis, dan tenyata harganya ditagihkan kepadaku. Sial. Harga kopi di negeri ini duapuluh kali lipat lebih mahal dibanding toko kopi dimanapun. Dan sialnya, tiap dia meminum kopi sampai mengeluarkan bunyi sruput yang lebih keras, pasti kepalaku selalu menengok ke arah lain sehingga pandanganku yang selalu fokus padanya pasti terpecah. Saat itulah si pencuri senja lari.
Pernah ketika hari pengejaran ketiga puluh, kami tiba di ujung dunia satunya, dimana disitu terletak air terjun pengharapan manusia. Air terjun itupun sebenarnya bukanlah berwujud air, melainkan doa-doa yang telah ditolak dan jatuh sehingga tiada pernah terwujud dan jatuh ke lubang kesengsaraan, dan jatuhnya doa-doa yang begitu banyaknya dari manusia menjadikannya air terjun. Disitu aku hampir terpeleset, kalau tidak ditolong oleh doaku sendiri yang ternyata masih mengingatku, kemudian menarikku ke atas batu hingga tak jadi terjun ke lubang kesengsaraan. Si pencuri pun telah hilang lagi dari pandangan.
Aku dan doaku pun sepakat, untuk berpencar mencari si pencuri yang ternyata sangat lihai untuk bersembunyi. Aku mengejar dari sisi sebelah kanan, doaku mengejar dari sisi sebelah kiri, sehingga ketika kami bertemu, maka si pencuri takkan ada lagi tempat untuk melarikan diri.
Hari ketigapuluh sembilan, saat itu aku akhirnya bisa mengejar ketertinggalanku dengan si pencuri, meskipun jaraknya masih amat jauh, tapi aku bisa merasakan siluet itu hadir, layaknya sebuah rasa cinta yang sewaktu-waktu datang meskipun tiada punya wujud fisik, namun dapat kita rasakan kehadirannya. Dugaanku benar, siluet itu berada tiga blok di depanku. Tapi ini aneh, dia seolah-olah bergerak lebih lambat, padahal dia mempunyai kecepatan yang luar biasa. Tapi tak masalah, kukejar dengan sekuat tenaga hingga akhirnya dia tepat berada di depanku.
Kami berdua berkejaran, hingga doaku bertemu di depan kami, tiba-tiba si pencuri pun masuk ke dalam gang kecil. Aku tahu itu gang buntu. Akhirnya akan kudapatkan senja terakhir itu.
Tapi tak kusangka, dia langsung menerobos lubang di bawah pagar tersebut. Terjatu ke dalam sana. Tanpa pikir panjang, akupun bersama doaku juga ikut masuk ke dalam lubang tersebut. Perosotan itu sungguh teramat panjang dan sangat berbahaya. Sambil merosot, kuperhatikan kiri dan kanan, ternyata di dalamnya terdapat kehidupan yang lain sama sekali. Kulihat banyak dioasurus tengah mencari makan, bahkan suatu waktu di depanku muncul kepala brachiosaurus yang sedang mencari makan. Lehernya panjang sekali.
Perosotan itupun melewati beberapa planet yang kukenal. Ketika kami melewati planet merkurius, aku harus menahan segala panas yang menerjang, kututupi mataku dengan doaku agar tak jadi buta. Bahkan ketika melewati planet pluto, kuambil sejumput berlian di lautan berlian yang ada disana. Untuk kujadikan kenang-kenangan.
Sampai pada akhirnya, aku dan doaku hampir menyusul si pencuri yang sudah di dekat kami. Sampai tiba-tiba muncul cahaya yang sangat terang, dan kupikir itulah ujung dari perosotan ini. Dugaanku benar, ternyata itu adalah ujungnya. Kurasakan tenaga meluncur yang luar biasa, ternyata di dalam ujung perosotan ini terdapat gravitasi yang menarik apapun. Doakupun terisap ke dalam, menguap menjadi sejumput cahaya yang menyinari dengan lembut. Tinggalah aku sendiri meluncur dengan sangat cepat. Sial, aku belum mau jadi sinar. Biarkan aku mendapatkan senja itu.
Bruuuk. Aku pun terjatuh di ujungnya. Ternyaa ujung dari perosotan ini adalah sebuah ruangan. Aneh, sepertinya aku pernah melihat ruangan ini,seperti tak asing bagiku. Kulihat siluet pencuri itu diam berdiri di depanku, seolah menungguku masuk ke dalam sini. Aku pun waspada, mungkin saja si pencuri itu sudah capai untuk dikejar-kejar, dan bersiap membunuhku setiap ada kesempatan. Barangkali di dalam siluet bajunya yang teramat kelam itu tersimpan sebuah pisau, yang siap untuk dihunuskan sewaktu-waktu. Diapun mendekat. Aku makin waspada. Tiba-tiba dia mengulurkan tangan. Tanda persahabatan.
Kulihat raut muka siluet itu. Wajahnya memancarkan cahaya keemasan yang dapat membuat siapapun kecanduan untuk terus merindu. Cahaya keemasan yang selama ini selalu membuatku ingin mencurinya. Kemudian seluruh siluet itupun menunjukkan jati dirinya. Akupun takjub ketika dia menunjukkan sinar keemasannya yang keindahannya tiada tara, tak pernah ada satupun makhluk yang tercipta seindah ini.
“bukankah kau menginginkan ini? Mari kita nikmati waktu berdua ini dengan segelas air limun, mau?”
Aku hanya terdiam, kami pun duduk. Kugenggam tangannya erat-erat. Dibisikkannya janji tak teringkari. Sebuah janji senja bahwa akan selalu ia pancarkan sinar keemasannya untuk setiap orang yang haus. Haus karena Rindu.
Kami berdua akhirnya menjadi siluet dalam ruang hatiku sendiri.
Kisah ini dimulai ketika senja keemasan yang bersinar di ujung dunia menyampaikan salam terakhirnya, bahwa ia takkan lagi bisa kami temui di setiap ujung penantian, bahwa ia takkan lagi memberi setiap kesedihan yang menjadi candu bagi kami, tentu ini adalah sebuah pertanda ganjil yang pernah kami terima. Terus terang, sudah sekian lama sejarah manusia selalu ditemani senja keemasan yang bersinar di ujung dunia, selalu menjadikan kapal-kapal dan perahu,serta layarnya berubah kelam kehitaman, menandakan sebuah pengharapan atas semua mimpi, jadi ketika senja keemaasan yang bersinar di ujung dunia menyampaikan salam terakhirnya, kami harus mengupayakan sesuatu hal agar setiap titik cahaya emasnya tetap abadi. Apapun caranya.
Kemudian terlintas sebuah ide, mengapa harus bingung? Kalau senja mau berakhir, maka akan kucuri segenap cahaya terahirnya sehingga sewaktu-waktu aku rindu, tinggal kupandangi segenap cahaya keemasan terakhir di bilik milikku sendiri, sehingga tiadalah orang lain yang akan merasakan hal yang sama. Apakah aku egois? Membiarkan segenap rindu umat manusia kutanggung sendiri dengan mencuri senja dan kemudian memandanginya? Biarlah aku egois, biarlah rindu ini kutanggung sendiri. Karena akupun tahu bahwa tiap rindu yang didera, akan membuat setiap sel dalam tubuh merana. Pandangan kabur, perut menangis, dan menimbulkan kedukaan luar biasa terhadap para pelakunya, makanya biarlah rindu seluruh umat manusia kutanggung sendiri. Karena mereka tiadalah akan mampu.
Hari yang kurencanakanpun tiba, sudah kusiapkan semua peralatan yang dibutuhkan. Bukanlah amplop seukuran kartu pos, bukan pula sebuah kotak senja yang biasa dijual di toko-toko, tetapi sudah kusiapkan ruang dalam hatiku sendiri. Berukuran tiga kecemasan pada lebarnya, empat belas rasa cinta pada panjangnya, serta duapuluh rasa bahagia dalam ujungnya. Selain itu, sudah kusiapkan tisu untuk menahan segala kerinduan tak berbatas yang biasanya akan menghinggapi. Sore itu, aku mengendap pelan-pelan ke pantai, tempat biasanya orang-orang yang mencintai kenangan datang dan mempersilakan dirinya sendiri berubah dan menguap menjadi siluet, menemani senja hingga malam tiba, kemudian pulang setelah tubuhnya hilang bersamaan bintang-bintang. Kulihat orang-orang sedang duduk berduaan sambil berharap-harap cemas pada hari yang telah dijanjikan oleh senja. Tentu, apalah yang bisa dijanjikan pada setiap kenangan masa lalu? Selain setiap rasa rindu bercampur sedih yang selalu dinantikan pada setiap pertemuan? Maka yang pertama kulakukan adalah menutup langit dengan tirai yang telah kupersiapkan di hadapan lepas pantai dan orang-orang, sehingga mereka akan mengira bahwa malam sudah tiba dan tubuh mereka menghilang, tujuannya agar tidak ada yang curiga bahwa senja telah kucuri.
Kulompati sejumlah manusia yang sudah duduk menantikan datangnya senja, kemudian kupijak tiang kapal yang sedang berdiam juga di ombak yang sedang diam. Tiraipun sudah tertutup dengan berhasil, kuharap rencanaku berjalan dengan baik. Kemudian kutolehkan pandanganku ke arah ujung dunia, tempat senja akan memberikan sinar keemasannya untuk terakhir kali. Tetapi ternyata sudah kosong. Hanya bekas sinar keemasannya saja yang bersisa di ujung tersebut, disertai awan biru separuh ungu yang mengelilingi sebuah tanda senja. Senja sudah hilang. Padahal waktu yang dijanjikan masih kurang setengah jam. Berarti senja telah dicuri!
Sial, siapa sih yang berani men curi senja selain aku? Padahal sudah kupastikan bahwa orang-orang takkan pernah mencuri senja, takkan pernah mencuri keindahan yang membuat mereka selalu mengenang akan sesuatu. Dan orang yang bisa mencuri itu hanya aku, seorang pencuri senja paling ulung sedunia! Sial.
Kemudian tiba –tiba kulihat seseorang berlari menjauh, siluet itu berlari cepat sekali. Pasti dialah yang telah menduluiku mencuri senja! Sial ! akan kukejar dia sampai ke ujung manapun!
Selama empat puluh hari empat puluh malam kukejar, biar peluru menembus kulitku, aku tetap meradang menerjang, luka dan rindu kubawa berlari, berlari mengejar pencuri senja yang kurang ajar karena menduluiku mencuri senja! Kalau sampai ia kutemukan, maka tak akan dapat dibayangkan apa yang akan kulakukan padanya! Sial pencuri senja sialan.
Pengejaranku sangat alot, setiap siluet pencuri senja itu akan berhasil kutangkap, dia selalu gesit dan bertambah cepat. Pernah suatu waktu pelarian kami tiba di negeri pemulung, dimana para rakyatnya adalah pemulung paling tersohor di dunia. Jika siapapun tidak berhati-hati, maka seluruh apa yang kamu miliki akan lenyap tanpa kau sadari, bahkan jiwamu itu sendiri. Pernah suatu waktu aku bertemu dengan seseorang yang kembali dari negeri pemulung, dan nasibnya sungguh teramat mengerikan, seluruh tubuhnya berubah menjadi zombie. Maka meski aku adalah pencuri senja paling ulung sedunia, aku tetaplah harus berhati-hati. Sepertinya siluet itu sependapat denganku. aku dan siluet pencuri senja itu setuju untuk istirahat sebentar, sekadar untuk meminum kopi sambil berdiskusi tentang senja yang ia curi. Tapi tetap saja, diskusi yang dilakukan gagal, karena tak sepatah katapun ia mau berbicara, padahal kopi yang dia minum sudah habis, dan tenyata harganya ditagihkan kepadaku. Sial. Harga kopi di negeri ini duapuluh kali lipat lebih mahal dibanding toko kopi dimanapun. Dan sialnya, tiap dia meminum kopi sampai mengeluarkan bunyi sruput yang lebih keras, pasti kepalaku selalu menengok ke arah lain sehingga pandanganku yang selalu fokus padanya pasti terpecah. Saat itulah si pencuri senja lari.
Pernah ketika hari pengejaran ketiga puluh, kami tiba di ujung dunia satunya, dimana disitu terletak air terjun pengharapan manusia. Air terjun itupun sebenarnya bukanlah berwujud air, melainkan doa-doa yang telah ditolak dan jatuh sehingga tiada pernah terwujud dan jatuh ke lubang kesengsaraan, dan jatuhnya doa-doa yang begitu banyaknya dari manusia menjadikannya air terjun. Disitu aku hampir terpeleset, kalau tidak ditolong oleh doaku sendiri yang ternyata masih mengingatku, kemudian menarikku ke atas batu hingga tak jadi terjun ke lubang kesengsaraan. Si pencuri pun telah hilang lagi dari pandangan.
Aku dan doaku pun sepakat, untuk berpencar mencari si pencuri yang ternyata sangat lihai untuk bersembunyi. Aku mengejar dari sisi sebelah kanan, doaku mengejar dari sisi sebelah kiri, sehingga ketika kami bertemu, maka si pencuri takkan ada lagi tempat untuk melarikan diri.
Hari ketigapuluh sembilan, saat itu aku akhirnya bisa mengejar ketertinggalanku dengan si pencuri, meskipun jaraknya masih amat jauh, tapi aku bisa merasakan siluet itu hadir, layaknya sebuah rasa cinta yang sewaktu-waktu datang meskipun tiada punya wujud fisik, namun dapat kita rasakan kehadirannya. Dugaanku benar, siluet itu berada tiga blok di depanku. Tapi ini aneh, dia seolah-olah bergerak lebih lambat, padahal dia mempunyai kecepatan yang luar biasa. Tapi tak masalah, kukejar dengan sekuat tenaga hingga akhirnya dia tepat berada di depanku.
Kami berdua berkejaran, hingga doaku bertemu di depan kami, tiba-tiba si pencuri pun masuk ke dalam gang kecil. Aku tahu itu gang buntu. Akhirnya akan kudapatkan senja terakhir itu.
Tapi tak kusangka, dia langsung menerobos lubang di bawah pagar tersebut. Terjatu ke dalam sana. Tanpa pikir panjang, akupun bersama doaku juga ikut masuk ke dalam lubang tersebut. Perosotan itu sungguh teramat panjang dan sangat berbahaya. Sambil merosot, kuperhatikan kiri dan kanan, ternyata di dalamnya terdapat kehidupan yang lain sama sekali. Kulihat banyak dioasurus tengah mencari makan, bahkan suatu waktu di depanku muncul kepala brachiosaurus yang sedang mencari makan. Lehernya panjang sekali.
Perosotan itupun melewati beberapa planet yang kukenal. Ketika kami melewati planet merkurius, aku harus menahan segala panas yang menerjang, kututupi mataku dengan doaku agar tak jadi buta. Bahkan ketika melewati planet pluto, kuambil sejumput berlian di lautan berlian yang ada disana. Untuk kujadikan kenang-kenangan.
Sampai pada akhirnya, aku dan doaku hampir menyusul si pencuri yang sudah di dekat kami. Sampai tiba-tiba muncul cahaya yang sangat terang, dan kupikir itulah ujung dari perosotan ini. Dugaanku benar, ternyata itu adalah ujungnya. Kurasakan tenaga meluncur yang luar biasa, ternyata di dalam ujung perosotan ini terdapat gravitasi yang menarik apapun. Doakupun terisap ke dalam, menguap menjadi sejumput cahaya yang menyinari dengan lembut. Tinggalah aku sendiri meluncur dengan sangat cepat. Sial, aku belum mau jadi sinar. Biarkan aku mendapatkan senja itu.
Bruuuk. Aku pun terjatuh di ujungnya. Ternyaa ujung dari perosotan ini adalah sebuah ruangan. Aneh, sepertinya aku pernah melihat ruangan ini,seperti tak asing bagiku. Kulihat siluet pencuri itu diam berdiri di depanku, seolah menungguku masuk ke dalam sini. Aku pun waspada, mungkin saja si pencuri itu sudah capai untuk dikejar-kejar, dan bersiap membunuhku setiap ada kesempatan. Barangkali di dalam siluet bajunya yang teramat kelam itu tersimpan sebuah pisau, yang siap untuk dihunuskan sewaktu-waktu. Diapun mendekat. Aku makin waspada. Tiba-tiba dia mengulurkan tangan. Tanda persahabatan.
Kulihat raut muka siluet itu. Wajahnya memancarkan cahaya keemasan yang dapat membuat siapapun kecanduan untuk terus merindu. Cahaya keemasan yang selama ini selalu membuatku ingin mencurinya. Kemudian seluruh siluet itupun menunjukkan jati dirinya. Akupun takjub ketika dia menunjukkan sinar keemasannya yang keindahannya tiada tara, tak pernah ada satupun makhluk yang tercipta seindah ini.
“bukankah kau menginginkan ini? Mari kita nikmati waktu berdua ini dengan segelas air limun, mau?”
Aku hanya terdiam, kami pun duduk. Kugenggam tangannya erat-erat. Dibisikkannya janji tak teringkari. Sebuah janji senja bahwa akan selalu ia pancarkan sinar keemasannya untuk setiap orang yang haus. Haus karena Rindu.
Kami berdua akhirnya menjadi siluet dalam ruang hatiku sendiri.
Diubah oleh pangayup.hening 07-09-2021 22:09






bukhorigan dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.3K
Kutip
14
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan